Mengejar status layak terima kredit lewat KUR



TABANAN. Ruang seluas sekitar 40 meter persegi ini terasa pengap. Bau unggas tajam menusuk hidung. Kotak pengeraman telur tiga susun setinggi lebih dari 170 cm, yang memenuhi hampir seluruh ruang, membuat tempat pembibitan dan penetasan itik ini makin terasa sesak

Meski sempit dan pengap, tempat pembibitan bebek yang menempati bangunan di pinggir jalan By Pass, Kediri, Tabanan ini merupakan lompatan besar I Wayan Artawa. Dengan menyulap ruko pemberian orang tuanya, peternak itu meningkatkan kapasitas penetasan.

Sebelum memperluas usaha, pembibitan bebek milik Wayan hanya menerima ribuan butir telur itik per bulan untuk dientaskan. Sekarang rata-rata ia sanggup menampung 24 ribu telur per bulan dari para pengangon.


Selain karena permintaan bebek terus meningkat, Wayan berani ekspansi lantaran mendapat sokongan modal dari PT Bank Rakyat Indonesia (Tbk). Dengan pinjaman Rp 200 juta, dia memperbanyak tempat pengeraman dan memodali sebagian para pengangon bebek di sekitar tempat tinggalnya. Memodali ini maksudnya membelikan induk bebek dan pakan. Setiap kali bebek yang "dititipkan" itu bertelur, mereka menjualnya ke Wayan.

BRI mau mempercayakan uangnya ke Wayan karena sudah tahu rekam jejaknya. Bank spesialis kredit mikro ini bahkan memahami benar bagaimana keuletan pengusaha UKM itu dalam berbisnis, potensi usaha dan tentu saja kepatuhannya dalam mengangsur pinjaman. BRI bisa mendapatkan semua track record itu karena Wayan sebelumnya adalah nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Wayan menjadi penikmat program ini pada 2008 dengan pinjaman awal kurang dari belasan juta rupiah. Setelah pinjaman lunas ia mengajukan kredit lebih besar lagi, yakni Rp 50 juta, atau masuk dalam kategori KUR Ritel.

Karena angsurannya tidak pernah telat dan usahanya terus berkembang, BRI akhirnya menawari dia hijrah menjadi debitur komersil. Ia bisa mengajukan pinjaman lebih besar lagi.

Jika dengan status debitur KUR Ritel ia hanya mendapat pinjaman maksimal sebesar Rp 50 juta, dengan menjadi debitur komersil ia bisa mendapat pinjaman hingga Rp 500 juta rupiah. Wayan tak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Total omzet Wayan rata-rata sebesar Rp 30 juta perbulan. Keuntungan yang ia kantongi antara Rp 5 juta - Rp 10 juta. "Kalau ada perayaan agama, harga jual naik. Laba bisa Rp 15 juta," kata Sarjana Teknik Elektro Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta ini.

Menurut Achmad Chairul Ghanie, Pimpinan Wilayah BRI Denpasar, migrasi debitur KUR merupakan salah satu contoh keberhasilan program kredit murah ini. Di Bali sendiri, debitur KUR yang naik kelas mencapai 10 ribu orang.

KUR, kata Ghanie, menguntungkan semua pihak. Bank bisa berburu calon debitur potensial dari pengusaha kecil. Sementara bagi si pengusaha, program ini merupakan sarana unjuk kemampuan agar mereka masuk dalam radar perbankan (bankable)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test