KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un telah mengundang Donald Trump untuk bertemu. Undangan ini sepertinya bersambut. Pengumuman yang mengejutkan ini dikeluarkan oleh pejabat senior Korea Selatan di Washington, yang mengirimkan surat dari pimpinan Korut. Mereka mengatakan, Kim juga setuju untuk menunda ujicoba nuklir dan rudal, sekaligus berkomitmen untuk denuklirisasi.
Sepertinya, ini merupakan kemajuan besar setelah aksi balas membalas ancaman dan kekerasan selama berbulan-bulan. Seperti yang diketahui, pumpinan dua Korea telah melakukan pertemuan resmi pada awal pekan ini, di mana Kim menjamu delegasi dari Korsel di Pyongyang pada Senin (5/3). Setelah itu, delegasi Kosel menuju ke Washington DC dengan membawa kabar baik. Yakni, Trump menyatakan kesediannya untuk bertemu dengan Kim pada Mei 2018. Mengutip
BBC, pertemuan tersebut akan membahas kesepakatan penghapusan senjata nuklir dari Semenanjung Korea. "Saya berbicara kepada Presiden Trump mengenai pertemuan kami dengan pemimpin Kim Jong Un. Dia berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi. Kim berjanji, Korea Utara akan menahan diri dari tes nuklir atau rudal lagi," kata Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan Chung Eui-yong, di Gedung Putih, Kamis (8/3).
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengonfirmasi, Trump akan menerima undangan untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada tempat dan waktu yang akan ditentukan. "Kami menantikan denuklirisasi Korea Utara. Sementara itu, semua sanksi dan tekanan maksimal harus tetap ada," katanya. Trump tidak muncul bersama Chung. Namun, keduanya sempat membuat kejutan di ruang pers Gedung Putih dengan berjanji akan mengeluarkan pengumuman besar. Dalam akun Twitter pribadinya, Trump juga mengonfirmasi mengenai hal ini. "
Kim Jong Un membicarakan tentang denuklirisasi dengan delegasi Korse, bukan hanya membekukan sementara. Juga, tidak ada ujicoba nuklir oleh Korut dalam periode ini. Kemajuan hebat yang bisa dicapai, namun, sanksi akan tetap diberlakukan hingga tercapai kesepakatan. Pertemuan tengah direncanakan!" kicau Trump.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie