KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan infrastruktur masih menjadi salah satu lahan penting bagi penyaluran pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri (BSM), namun BSM masih sangat berhati-hati dalam proyek infrastruktur. BSM lebih memilih proyek infrastruktur yang telah dibidik oleh induk PT Bank Mandiri Tbk yang disinyalir aman. Mulya E Siregar, Komisaris Utama BSM menjelaskan, untuk proyek infrastruktur yang akan di ambil BSM biasanya proyek yang sudah seleksi dan dibidik oleh Bank Mandiri. Dengan kata lain, untuk pembiayaan infrastruktur, BSM akan membuntuti induk dalam menyalurkan dana. “Kita ikut dalam konsorsium dengan Mandiri,jadi lebih bagi BSM. Khusus untuk korporasi dan infrastruktur biasanya akan mengikuti dari induk, karena induk sudah sangat baik dalam mitigasi resiko di pembiayaan tersebut,” ujar Mulya saat acara Media Training BSM, Jumat (8/12). Menurutnya, BSM lebih fokus pada sektor ritel mikro. Di sektor tersebut BSM kita melakukan semuanya secara mandiri seperti melakukan pendekatan mikro dan melakukan evaluasi sendiri. “Tapi untuk infrastruktur kita mengikuti dari induk, strateginya seperti itu,” tambah Mulya. Mulya menambahkan, kalau dari strategi BSM saat ini, porsi untuk ritel sekitar 65% dan 35% untuk korporasi. Menurutnya, arah bisnis BSM sebetulnya lebih ke sektor ritel. Pembiayaan di sektor infrastruktur dilakukan dengan sangat selektif sehingga nasabah menjadi percaya untuk menyimpan dana di BSM. Total pembiayaan BSM sendiri per Oktober 2017 sebesar Rp 58,29 triliun. Untuk rasio pembiayaan bermasalah (NPF gross) per kuartal III 2017 sebesar 4,69%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mengekor induk, BSM main aman di infrastruktur
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan infrastruktur masih menjadi salah satu lahan penting bagi penyaluran pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri (BSM), namun BSM masih sangat berhati-hati dalam proyek infrastruktur. BSM lebih memilih proyek infrastruktur yang telah dibidik oleh induk PT Bank Mandiri Tbk yang disinyalir aman. Mulya E Siregar, Komisaris Utama BSM menjelaskan, untuk proyek infrastruktur yang akan di ambil BSM biasanya proyek yang sudah seleksi dan dibidik oleh Bank Mandiri. Dengan kata lain, untuk pembiayaan infrastruktur, BSM akan membuntuti induk dalam menyalurkan dana. “Kita ikut dalam konsorsium dengan Mandiri,jadi lebih bagi BSM. Khusus untuk korporasi dan infrastruktur biasanya akan mengikuti dari induk, karena induk sudah sangat baik dalam mitigasi resiko di pembiayaan tersebut,” ujar Mulya saat acara Media Training BSM, Jumat (8/12). Menurutnya, BSM lebih fokus pada sektor ritel mikro. Di sektor tersebut BSM kita melakukan semuanya secara mandiri seperti melakukan pendekatan mikro dan melakukan evaluasi sendiri. “Tapi untuk infrastruktur kita mengikuti dari induk, strateginya seperti itu,” tambah Mulya. Mulya menambahkan, kalau dari strategi BSM saat ini, porsi untuk ritel sekitar 65% dan 35% untuk korporasi. Menurutnya, arah bisnis BSM sebetulnya lebih ke sektor ritel. Pembiayaan di sektor infrastruktur dilakukan dengan sangat selektif sehingga nasabah menjadi percaya untuk menyimpan dana di BSM. Total pembiayaan BSM sendiri per Oktober 2017 sebesar Rp 58,29 triliun. Untuk rasio pembiayaan bermasalah (NPF gross) per kuartal III 2017 sebesar 4,69%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News