Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina serta memanasnya situasi politik dalam negeri membawa pengaruh besar pada kondisi pasar finansial. Sentimen negatif yang datang bertubi-tubi membuat investor semakin dihantui kekhawatiran. Bank Indonesia sendiri mencatat, aliran modal asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp10 triliun selama 14 hari perdagangan di akhir Mei 2019. Kondisi pasar memang sedang bergejolak. Indonesia masih merasakan dampak demonstrasi yang diwarnai kerusuhan usai pengumuman hasil pemilihan presiden lalu. Setelah aksi massa yang berujung ricuh pada 21 Mei 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 9 poin atau sekitar 0,15% ke 5.942,26 pada perdagangan hari selanjutnya. Posisi IHSG dalam beberapa bulan terakhir terus menurun. Sejak akhir Desember 2018 hingga 24 Mei 2019, IHSG menyusut sekitar 2,2%. Ditambah lagi, tensi perang dagang antara Washington dan Beijing terus meruncing dan belum terlihat ujungnya. Hubungan kedua negara semakin buruk dan konfrontatif dengan saling berbalas menaikkan tarif produk impornya.
Mengelola Portofolio di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Situasi Politik Pasca Pemilu
Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina serta memanasnya situasi politik dalam negeri membawa pengaruh besar pada kondisi pasar finansial. Sentimen negatif yang datang bertubi-tubi membuat investor semakin dihantui kekhawatiran. Bank Indonesia sendiri mencatat, aliran modal asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp10 triliun selama 14 hari perdagangan di akhir Mei 2019. Kondisi pasar memang sedang bergejolak. Indonesia masih merasakan dampak demonstrasi yang diwarnai kerusuhan usai pengumuman hasil pemilihan presiden lalu. Setelah aksi massa yang berujung ricuh pada 21 Mei 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 9 poin atau sekitar 0,15% ke 5.942,26 pada perdagangan hari selanjutnya. Posisi IHSG dalam beberapa bulan terakhir terus menurun. Sejak akhir Desember 2018 hingga 24 Mei 2019, IHSG menyusut sekitar 2,2%. Ditambah lagi, tensi perang dagang antara Washington dan Beijing terus meruncing dan belum terlihat ujungnya. Hubungan kedua negara semakin buruk dan konfrontatif dengan saling berbalas menaikkan tarif produk impornya.