JAKARTA. Demam bisnis spa melanda kota-kota besar. Tengok saja, di Jakarta, hampir di setiap mal, hotel, hingga perumahan ada usaha spa. Relaksasi dan perawatan tubuh memang sudah menjadi kebutuhan masyarakat di tengah aktivitas yang padat.Everyday Spa adalah salah satu brand usaha spa. Usaha yang dirintis tahun 2007 ini menawarkan layanan spa khas Bali, seperti royal balinese, amazing balinese, heritage dreamland, balinese boreh, hingga ear candle. Everyday Spa membanderol biaya perawatan tubuh berkisar dari Rp 49.000 hingga Rp 275.000."Sesuai dengan konsep spa khas Bali, semua produk perawatan tubuh diproduksi di Bali," kata Gema Harsa, Manager Marketing & Promotion Everyday Spa.Pengalaman menyediakan jasa pijat refleksi selama lima tahun membuat pemilik Everyday Spa percaya diri menawarkan kemitraan sejak tahun lalu. Kini, Everyday memiliki 4 gerai yang berlokasi di Bandung, Bogor, Jakarta dan Bali. Satu milik mitra dan tiga milik pemitra.Bagi calon, mereka harus menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 miliar. Dari investasi sebesar itu, mitra bakal mendapatkan initial investment berupa renovasi, furnitur, penyediaan produk, perlengkapan gerai, peralatan kantor, logo, dan pelatihan karyawan. Kata Gema, biaya investasi itu belum termasuk franchise fee sebesar Rp 400 juta untuk kerjasama selama lima tahun.Selain itu, mitra juga harus menyiapkan lokasi berukuran 500 m2. Mitra boleh membuka bisnis dengan konsep rumah atau ruko. "Tapi, sebaiknya lokasi di dekat perumahan kelas menengah atas dan perkantoran," ungkapnya. Balik modal 3 tahunGema menyebut, dalam enam bulan pertama beroperasi, gerai mitra bisa mengantongi omzet Rp 150 juta-Rp 200 juta per bulan. Setelah itu, dia optimistis, omzet mitra bisa meningkat menjadi Rp 250 juta-Rp 300 juta per bulan. Targetnya, untuk satu hari kerja, gerai bisa menangani 80 customer, sedang akhir pekan sampai 110 customer.Tiap bulan, Everyday memungut biaya manajemen 10% dari omzet. Adapun, untuk pembelian produk perlu sekitar 20% dari omzet. Gema mengklaim, Everyday Spa memiliki keunggulan dalam recruitment dan pelatihan terapis. "Kami punya department training yang memberikan pelatihan secara berkala pada para terapis," ucapnya. Dengan perhitungan laba bersih 20%-30% dari omzet, modal mitra kembali sekitar 3 tahun. Konsultan Waralaba Khoerussalim Ikhsan menilai, pasar untuk bisnis gaya hidup seperti spa masih sangat menjanjikan. Ini didukung pertumbuhan kelas ekonomi menengah yang semakin baik. “Secara tidak langsung, kebutuhan masyarakat terhadap spa pun ikut meningkat,” paparnya.Namun, Khoerussalim mengingatkan, calon mitra harus memperhatikan sumber daya manusia alias terapis untuk bisnis ini. Biasanya, SDM untuk bisnis spa diambil dari pusat. Jadi, kalau jumlah SDM dari pusat terbatas, calon mitra harus menyiapkan terapis sendiri.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mengelus untung dari bisnis relaksasi tubuh
JAKARTA. Demam bisnis spa melanda kota-kota besar. Tengok saja, di Jakarta, hampir di setiap mal, hotel, hingga perumahan ada usaha spa. Relaksasi dan perawatan tubuh memang sudah menjadi kebutuhan masyarakat di tengah aktivitas yang padat.Everyday Spa adalah salah satu brand usaha spa. Usaha yang dirintis tahun 2007 ini menawarkan layanan spa khas Bali, seperti royal balinese, amazing balinese, heritage dreamland, balinese boreh, hingga ear candle. Everyday Spa membanderol biaya perawatan tubuh berkisar dari Rp 49.000 hingga Rp 275.000."Sesuai dengan konsep spa khas Bali, semua produk perawatan tubuh diproduksi di Bali," kata Gema Harsa, Manager Marketing & Promotion Everyday Spa.Pengalaman menyediakan jasa pijat refleksi selama lima tahun membuat pemilik Everyday Spa percaya diri menawarkan kemitraan sejak tahun lalu. Kini, Everyday memiliki 4 gerai yang berlokasi di Bandung, Bogor, Jakarta dan Bali. Satu milik mitra dan tiga milik pemitra.Bagi calon, mereka harus menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 miliar. Dari investasi sebesar itu, mitra bakal mendapatkan initial investment berupa renovasi, furnitur, penyediaan produk, perlengkapan gerai, peralatan kantor, logo, dan pelatihan karyawan. Kata Gema, biaya investasi itu belum termasuk franchise fee sebesar Rp 400 juta untuk kerjasama selama lima tahun.Selain itu, mitra juga harus menyiapkan lokasi berukuran 500 m2. Mitra boleh membuka bisnis dengan konsep rumah atau ruko. "Tapi, sebaiknya lokasi di dekat perumahan kelas menengah atas dan perkantoran," ungkapnya. Balik modal 3 tahunGema menyebut, dalam enam bulan pertama beroperasi, gerai mitra bisa mengantongi omzet Rp 150 juta-Rp 200 juta per bulan. Setelah itu, dia optimistis, omzet mitra bisa meningkat menjadi Rp 250 juta-Rp 300 juta per bulan. Targetnya, untuk satu hari kerja, gerai bisa menangani 80 customer, sedang akhir pekan sampai 110 customer.Tiap bulan, Everyday memungut biaya manajemen 10% dari omzet. Adapun, untuk pembelian produk perlu sekitar 20% dari omzet. Gema mengklaim, Everyday Spa memiliki keunggulan dalam recruitment dan pelatihan terapis. "Kami punya department training yang memberikan pelatihan secara berkala pada para terapis," ucapnya. Dengan perhitungan laba bersih 20%-30% dari omzet, modal mitra kembali sekitar 3 tahun. Konsultan Waralaba Khoerussalim Ikhsan menilai, pasar untuk bisnis gaya hidup seperti spa masih sangat menjanjikan. Ini didukung pertumbuhan kelas ekonomi menengah yang semakin baik. “Secara tidak langsung, kebutuhan masyarakat terhadap spa pun ikut meningkat,” paparnya.Namun, Khoerussalim mengingatkan, calon mitra harus memperhatikan sumber daya manusia alias terapis untuk bisnis ini. Biasanya, SDM untuk bisnis spa diambil dari pusat. Jadi, kalau jumlah SDM dari pusat terbatas, calon mitra harus menyiapkan terapis sendiri.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News