KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan berkelanjutan tengah menjadi fokus perhatian masyarakat global saat ini untuk meminimalisir dampak perubahan iklim. Konsumen semakin melirik produk-produk dari perusahaan yang mengimplementasi konsep lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau
environmental, social, and governance (ESG) dalam menjalankan operasional bisnisnya. Dengan menerapkan praktik tersebut, perusahaan dinilai mampu menyeimbangkan antara orientasi profit bisnis dan keberlanjutan lingkungan sosial. Ke depan, komitmen dalam penerapan ESG akan sangat mempengaruhi perkembangan dan masa depan sebuah perusahaan. Hasil survei suara konsumen tahun 2024 yang dilakukan PWC menunjukkan bahwa konsumen global bersedia membayar 9,7% lebih mahal untuk produk-produk ramah lingkungan meskipun di saat yang sama biaya hidup lebih mahal di tengah tingginya inflasi.
Dengan perkembangan konsumen yang semakin meminati produk-produk ramah lingkungan, investor pun saat ini lebih tertarik berinvestasi di perusahaan yang menerapkan ESG. Selain itu, pemerintah juga memberi insentif bagi perusahaan-perusahaan yang menerapkan ESG, termasuk dari sisi pembiayaan. Faktor-faktor tersebut akan semakin membuka peluang perusahaan yang fokus menerapkan ESG tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Baca Juga: Pengembang Harus Mulai Fokus Membangun Properti Konsep Hijau, Ini Alasannya Pemerintah Indonesia telah menetapkan komitmen mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060. Berbagai inisiatif dan insentif telah dihadirkan untuk mencapai target itu. Dari sisi pembiayaan, bank-bank telah memberikan bunga kredit lebih murah terhadap perusahaan yang menerapkan ESG atau kepada konsumen yang membeli produk-produk ramah lingkungan. Di sektor properti, penerapan praktik ESG salah satunya ditunjukkan dengan pembangunan produk properti hijau atau ramah lingkungan. Properti hijau ini menghadirkan gagasan efisiensi penggunaan energi yang berujung pada penghematan biaya listrik dan tujuan jangka panjangnya akan melestarikan lingkungan hidup.
Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) Iwan Prijanto mengungkapkan bahwa proses konstruksi sebuah bangunan mengonsumsi 35% energi dan 12% air, menghasilkan 25% sampah, serta mengeluarkan 39% emisi gas rumah kaca. Setelah pembangunan selesai, operasionalisasi bangunan bertingkat itu berkontribusi tiga besar teratas produksi emisi karbondioksida (CO2). Oleh karena itu, Iwan menyebut bahwa pengembang suka tidak suka harus turut berperan aktif dalam kegiatan memerangi perubahan iklim dunia. “Konsep bangunan hijau bertujuan melakukan konservasi, efisiensi serta saling berbagi dalam pemanfaatan sumber daya energi, air, lahan, udara dan lingkungan,” tutur Iwan, Selasa (28/5).
Pengembang Harus Fokus ke Properti Hijau
Menurut Iwan, peran swasta sangat diperlukan untuk mewujudkan pengembangan kawasan dan properti hijau di Indonesia. Pasalnya, sektor swasta merupakan penggerak utama yang mendorong keberlangsungan pembangunan. Selain itu, lanjutnya, pengembang yang tidak bisa mengikuti ketentuan nol emisi karbon dalam aktivitas usahanya, akan mengalami keterlambatan dalam 10 tahun ke depan dan akan sulit menjual unit propertinya. Sementara itu, para bank belakangan juga mulai gencar mendorong penyaluran kredit kepemilikan rumah (KPR) hijau, yakni skema KPR yang khusus diberikan kepada proyek hunian yang sudah memiliki sertifikat bangunan ramah lingkungan. Direktur Jaringan dan Ritel Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto melihat bahwa prospek KPR hijau akan semakin berkembang ke depan. Hal ini sejalan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan berkelanjutan. Menurutnya, keuntungan yang didapat nasabah yang mengambil KPR hijau adalah bunganya lebih murah dari KPR konvensional. “Saat ini, Bank Mandiri menawarkan bunga KPR hijau mulai dari 2,7%
fixed 3 tahun. Rate ini lebih murah dari KPR konvensional,” ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (7/6).
Baca Juga: Perbankan Ramai-ramai Tawarkan KPR Hijau, Apa Bedanya dengan KPR Konvensional? Jakarta Garden City merupakan salah satu kawasan perumahan berskala kota yang dirancang dengan mengadopsi kawasan hijau. Implementasi ini dapat terlihat dari hunian dan fasilitas komersial yang mengusung keseimbangan kawasan. Jakarta Garden City berlokasi di Jakarta Timur dengan luas pengembangan 370 hektare (ha). Kawasan ini dikembangkan oleh PT Mitra Sindo Sukses, anak usaha PT Modernland Realty Tbk (MDLN) sejak tahun 2007. Direktur Utama PT Mitra Sindo Sukses, Kelvin O Lesmana mengatakan, perkembangan kawasan Jakarta Garden City cukup pesat. Intensifikasi pembangunan berbagai produk properti, baik hunian maupun komersial berikut fasilitas pendukung lainnya terus berlanjut. Jumlah rumah yang sudah dikembangkan sekitar 3.000 unit di mana lebih dari 2.000 unit sudah dihuni. “Lingkungan kawasan Jakarta Garden City sangat mendukung gaya hidup sehat. Porsi kawasan hijaunya tetap dijaga 30% dari total area yang dikembangkan. Memiliki danau seluas 15 hektare, sehingga lingkungan akan terasa asri dengan udara yang sehat tanpa polusi,” kata Kelvin dalam keterangannya dilansir, Senin (10/6). Ia mengatakan, setiap klaster hunian dan bangunan juga mengusung konsep hijau dengan menyediakan taman yang menghubungkan antar blok hunian. Lalu, setiap rumah dirancang memiliki ventilasi udara dan pencahayaan yang sangat baik, sehingga hemat listrik.
Mewujudkan Kota Berkelanjutan
Tak hanya mengusung konsep hijau, Modernland Realty bercita-cita mengembangkan Jakarta Garden City menjadi global city dengan menggandeng investor-investor global ikut terlibat dalam investasi pengembangan kawasan tersebut. Kelvin mengungkapkan, sudah ada beberapa investor global yang masuk ke Jakarta Garden City, di antaranya Aeon Mall, Lotte Engineering & Construction (Lotte E&C), Kongsi Hong Kong Land-Astra Internasional, Ikea, dan Shell. “Lotte E&C bersama Modernland Realty juga telah resmi membentuk perusahaan patungan yang akan mengembangkan proyek mixed use,” ujar Kelvin. Menurutnya, prospek Jakarta Garden City menarik karena kawasannya berada di Jakarta serta dikelilingi berbagai infrastruktur modern dan aksesibilitas terlengkap di Koridor Timur Jakarta. Kawasan ini sangat dekat dengan pintu Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR). Selain itu, memiliki akses lain, yakni jalan tembus Tipar Cakung dan jalan Tol Layang Dalam Kota Seksi Kelapa Gading - Pulo Gebang. Sekitar 70 ha dari lahan Jakarta Garden City ditujukan untuk kawasan komersial dan 300 ha merupakan hunian. Terdapat enam klaster hunian yang sudah selesai dibangun dan mulai dihuni. Kelvin bilang, pihaknya saat ini menawarkan beragam produk properti. Ada produk rumah yang dibanderol mulai Rp 2 miliar, ruko dipasarkan mulai Rp 3 miliar, kavling siap bangun dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1 miliar hingga Rp 6 miliar per unit, serta apartemen mulai dari Rp 800 juta.
Baca Juga: Banyak Kendala, Penyaluran Kredit Hijau Belum Maksimal Dengan lokasinya yang strategis, konsep yang diusung, serta berbagai fasilitas yang menyertainya, Kelvin meyakini Jakarta Garden City akan berkembang menjadi kawasan kota dengan nilai investasi tinggi. Adapun klaster hunian terbaru yang dikembangkan adalah Vastu @Garden City. Klaster ini yang menghadirkan hunian premium dengan tetap mengusung konsep hijau ini dikembangkan di lahan seluas 7,5 ha yang merangkum 388 unit rumah. “Setiap unit rumah di klaster Vastu dirancang dengan menempatkan bukaan besar pada setiap jendela sehingga memudahkan sirkulasi udara dan cahaya matahari untuk masuk ke dalam ruangan,” kata Kelvin.
Ia mengatakan, setiap rumah didesain khusus memiliki luas bangunan maksimal, supaya terasa lebih luas dan sirkulasi udara mengalir dengan baik. Hasilnya, rumah yang lebih sejuk dan hemat dalam pemakaian listrik. Klaster ini menawarkan beberapa tipe unit. Harganya dibanderol mulai Rp 3,8 miliaran untuk rumah dua lantai tipe 7 x 15 dengan luas tanah 105 meter persegi (m2) dan luas bangunan 140 m2. Harga termahal sekitar Rp 5,7 miliar untuk rumah tiga lantai tipe 9 x 15 dengan luas tanah 135 m2 dan luas bangunan 250 m2. Peluncuran klaster Vastu merupakan momentum bagi Jakarta Garden City untuk memasuki pasar hunian premium. “Melihat perkembangan kawasan dan harga lahan yang terus meningkat, bisa dikatakan Jakarta Garden City sudah benar-benar siap naik level memasuki pasar hunian premium di Jakarta,” pungkas Kelvin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk