KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi hijau menjadi perhatian banyak pihak. Energi ini menjadi perhatian dalam pertemuan tingkat tinggi Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Jakarta.

Dalam pertemuan itu, perusahaan asal Prancis, Hydrogene de France SA (HDF Energy), PT PLN (Persero) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) alias SMI menandatangani nota kesepahaman strategis (MoU) untuk menjajaki peluang pembiayaan proyek-proyek hidrogen hijau HDF di Indonesia.

Secara paralel, HDF menandatangani kesepakatan bersama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  mempercepat pengembangan proyek pembangkit listrik hidrogen di wilayah tersebut.

Hasil Studi Sebut PNM Mekaar Asah Kepemimpinan Perempuan Akar Rumput

Perjanjian tiga pihak antara HDF, PLN dan PT SMI untuk menjajaki mekanisme keuangan inovatif guna mendukung proyek-proyek hidrogen hijau ke listrik (green hydrogen-to-power) yang didorong oleh HDF.

Baca Juga: Prabowo Minta Dukungan Macron Percepat Penyelesaian Negosiasi Indonesia - EU CEPA

Proyek green hydrogen to power tersebut sejalan rencana aksi nasional hidrogen dan amonia yang baru diluncurkan oleh Indonesia. Rencana aksi tersebut menempatkan hidrogen sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional. Terutama dalam sektor ketenagalistrikan.

HDF saat ini sedang mengembangkan 23 proyek Renewstable di sejumlah lokasi di Indonesia Timur. Sumba menjadi proyek pertama. Total investasi lebih dari US$ 2,3 miliar.

Mathieu Geze, Direktur HDF Energy untuk Asia Pasifik dan Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia menyatakan, melalui perjanjian ini, pihaknya mengoptimalkan potensi hidrogen hijau di Indonesia.

"Kami bertekad menyediakan pasokan listrik yang andal dan bersih bagi kawasan ini sambil membangun fondasi ekosistem hidrogen yang tangguh untuk memenuhi kebutuhan energi dan maritim," kata Geze, dalam rilis ke Kontan.co.id, Sabtu (31/3). 

   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News