JAKARTA. Tak dapat dipungkiri bahwa di Indonesia, arsitektur gaya Jepang banyak diadopsi, khususnya untuk rumah-rumah berkonsep minimalis yang terletak di pusat kota. Bahkan, terkadang, konsep ini juga muncul untuk ide unit apartemen. Kian sempitnya lahan di ibukota, membuat peruntukan rumah jadi semakin sedikit (kecil).
Hal ini senada dengan negara Jepang yang harga tanahnya sudah sangat tinggi. Sehingga memaksa mereka untuk membuat rumah minimalis dengan pemanfaatan ruang yang baik. Lantas seperti apa gaya arsitektur rumah Jepang? Apakah desain tersebut pas jika diterapkan di Indonesia? 1.Material Dimulai dari materialnya, arsitektur Jepang kerap menggunakan bahan kayu, berbeda dengan Indonesia yang lebih umum menggunakan bata/tembok. Terkenal dengan negara yang kerap ditimpa musibah gempa bumi, kayu memiliki kelebihan untuk mereduksi gempa, sehingga bangunan tidak mudah roboh. Jika ingin digunakan, material ini akan sangat cocok untuk lokasi–lokasi yang kerap terjadi gempa, seperti Sumatera Utara dan Aceh. Hanya saja, kayu harus diplester lebih dulu agar lebih kuat terhadap serangan rayap. 2.Genkan Begitu membuka pintu utama, pengunjung akan dihadapkan oleh genkan, yakni tempat dimana alas kaki harus dilepas dan diletakkan pada Getabako (rak sepatu). Umumnya, seluruh area rumah letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan genkan. Jika diterapkan di Indonesia, khususnya area yang rawan banjir, genkan bisa menjadi penahan agar air tidak langsung masuk ke dalam rumah. 3.Washitsu Ini merupakan ruang serba guna yang beralaskan Tatami (tikar khas Jepang). Bentuknya yang kotak sederhana tanpa banyak barang, membuat ruangan ini menjadi multifungsi, yakni sebagai ruang tamu, ruang tidur, hingga ruang makan. Jika lahan yang Anda miliki tergolong sempit, Anda juga bisa mengadopsi gaya Washitsu Jepang dengan penggunaan barang–barang portable, misalnya kasur lipat. Selain itu, ada pula Oshiire (ruang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan). Sementara itu, Tatami sendiri digunakan untuk menjadi alas agar suhu ruangan tetap hangat dikala musim panas, namun juga tetap normal ketika musim dingin. Awalnya, Tatami terbuat dari jerami, namun seiring berkembangnya waktu, telah banyak yang terbuat dari styrofoam.