Mengenal Asma, Penyakit Paru Kronis yang Bisa Dikendalikan



KONTAN.CO.ID - Asma adalah penyakit paru kronis yang menyerang segala usia. Penyakit ini menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran udara di paru-paru, sehingga menyulitkan pernapasan.

Gejala asma bisa berupa batuk-batuk, mengi, sesak napas, dan dada terasa sesak. Gejala ini bisa ringan atau berat dan muncul hilang seiring waktu.

Meskipun asma bisa serius, penyakit ini dapat dikontrol dengan penanganan yang tepat. Penderita asma yang mengalami gejala harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Dampak Asma


Mengutip WHO, Asma seringkali tidak terdiagnosis dan tidak tertangani dengan baik, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Penderita asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami gangguan tidur, kelelahan di siang hari, dan kesulitan konsentrasi. Penderita asma dan keluarganya mungkin harus lebih sering absen dari sekolah dan pekerjaan, sehingga menimbulkan dampak finansial bagi keluarga dan masyarakat.

Pada kasus yang parah, penderita asma mungkin membutuhkan perawatan kesehatan darurat dan dirawat inap di rumah sakit. Bahkan pada kasus yang paling parah, asma bisa menyebabkan kematian.

Tonton: Susu Ikan Masuk Menu Makan Bergizi Gratis, Cek Kandungan & Manfaatnya untuk Kesehatan

Gejala Asma

Gejala asma dapat bervariasi pada setiap orang. Terkadang gejala asma bisa memburuk secara signifikan, yang dikenal sebagai serangan asma. Gejala asma biasanya lebih buruk pada malam hari atau saat berolahraga.

Berikut beberapa gejala umum asma:

  • Batuk terus-menerus, terutama di malam hari
  • Mengi saat menghembuskan napas dan terkadang saat menghirup napas
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas, bahkan saat istirahat
  • Dada terasa sesak, sehingga sulit bernapas dalam
  • Gejala asma bisa juga disebabkan oleh kondisi lain. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mengetahui penyebabnya.
Baca Juga: Kerap Pusing setelah Makan? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Penyebab Asma

Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena asma, meskipun seringkali sulit untuk menemukan penyebab tunggal dan langsung.

  • Riwayat keluarga: Asma lebih mungkin terjadi jika anggota keluarga lain juga menderita asma, terutama kerabat dekat seperti orang tua atau saudara kandung.
  • Alergi: Asma lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kondisi alergi lain, seperti eksim dan rinitis (hay fever).
  • Urbanisasi: Urbanisasi dikaitkan dengan peningkatan prevalensi asma, kemungkinan besar karena berbagai faktor gaya hidup.
  • Riwayat awal kehidupan: Kejadian di awal kehidupan yang memengaruhi perkembangan paru-paru dapat meningkatkan risiko asma. Ini termasuk berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, paparan asap tembakau dan sumber polusi udara lainnya, serta infeksi saluran pernapasan akibat virus.
  • Paparan alergen dan iritan: Paparan terhadap berbagai alergen dan iritan lingkungan juga diduga dapat meningkatkan risiko asma, termasuk polusi udara dalam dan luar ruangan, tungau debu rumah, jamur, dan paparan bahan kimia, asap, atau debu di tempat kerja.
  • Berat badan: Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih besar terkena asma.
Baca Juga: 12 Penyakit yang Bisa Diatasi dengan Jengkol, Cek di Sini!

Pengobatan Asma

Asma tidak dapat disembuhkan, tetapi ada beberapa pengobatan yang tersedia. Pengobatan yang paling umum adalah menggunakan inhaler, yang memberikan obat langsung ke paru-paru.

Inhaler dapat membantu mengontrol penyakit dan memungkinkan penderita asma untuk hidup normal dan aktif.

Ada dua jenis utama inhaler:

  • Bronkodilator (seperti salbutamol), yang membuka saluran udara dan meredakan gejala; dan
  • Kortikosteroid (seperti beclometasone) yang mengurangi peradangan di saluran udara, sehingga memperbaiki gejala asma dan mengurangi risiko serangan asma berat dan kematian.
Penderita asma mungkin perlu menggunakan inhaler setiap hari. Penanganan mereka akan tergantung pada frekuensi gejala dan jenis inhaler yang tersedia.

Penggunaan inhaler bisa sulit, terutama untuk anak-anak dan selama situasi darurat. Penggunaan spacer dapat memudahkan penggunaan inhaler aerosol. Spacer ini membantu obat mencapai paru-paru dengan lebih mudah. Spacer adalah wadah plastik dengan corong atau masker di salah satu ujung dan lubang untuk inhaler di ujung lainnya. Spacer buatan sendiri yang terbuat dari botol plastik 500ml bisa sama efektifnya dengan spacer yang diproduksi secara komersial.

Akses ke inhaler menjadi masalah di banyak negara.

Selain pengobatan, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi mitos dan stigma yang terkait dengan asma di beberapa daerah.

Baca Juga: 7 Tanda-Tanda Ibu Terkena Baby Blues Syndrome dan Cara Mencegahnya

Perawatan Sendiri

Penderita asma dan keluarganya perlu mendapatkan edukasi untuk lebih memahami tentang asma mereka. Ini termasuk pilihan pengobatan mereka, pemicu yang harus dihindari, dan cara penanganan gejala di rumah.

Penting bagi penderita asma untuk mengetahui cara meningkatkan pengobatan mereka ketika gejala memburuk untuk menghindari serangan serius. Tenaga kesehatan mungkin memberikan rencana penanganan asma untuk membantu penderita asma dalam mengontrol pengobatan mereka dengan

Selanjutnya: Biografi Warren Buffett, Investor dan Pebisnis Ulung dari Omaha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana