Mengenal B-29 Superfortress, pesawat bomber yang meratakan Nagasaki 75 tahun lalu



KONTAN.CO.ID - NAGASAKI. Hari ini 75 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1945, sebuah bom nuklir dengan daya ledak super besar dijatuhkan oleh pesawat AS di kota Nagasaki, Jepang.

Jatuhnya bom atom yang diberi julukan "Fat Man" ini menyebabkan kota Nagasaki nyaris rata dengan tanah, menewaskan hingga 32% populasi kota, dan mengakhiri Perang Dunia II.

Fat Man adalah kode nama untuk bom atom kedua AS yang meghantam Jepang pada bulan Agustus 1945. Sebelumnya, pada tanggal 6 Agustus, bom atom berjuluk "Little Boy" telah lebih dahulu menyelesaikan misinya untuk meratakan kota Hiroshima.


Bom atom dengan daya ledak yang setara dengan 22.000 ton TNT ini dirakit oleh para ilmuwan dan insinyur di Los Alamos Laboratory menggunakan plutonium dari Hanford Site. Fat Man dibawa oleh pesawat Boeing B-29 Superfortress Bockscar yang dikomandoi oleh Mayor Charless Sweeney.

Baca Juga: Rudal DF-26, pembunuh kapal induk yang China luncurkan dalam latihan baru-baru ini

B-29 Superfortress adalah bomber kelas berat yang digerakkan oleh empat mesin utama, dirancang oleh Boing dan diterbangkan oleh AS selama Perang Dunia II dan Perang Korea.

Superfortress dirancang untuk pemboman strategis di ketinggian tetapi juga unggul dalam pemboman malam di ketinggian rendah. Pesawat ini juga sempat digunakan untuk menjatuhkan ranjau laut untuk memblokir armada Jepang.

Pada bulan Agustus 1945, pesawat bomber ini sukses menjatuhkan dua bom atom nuklir, masing-masing di Hiroshima dan Nagasaki. Membuat pesawat ini menjadi satu-satunya pesawat yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam perang.

Baca Juga: Menegangkan, jet tempur Rusia usir pesawat pengintai AS di Laut Hitam

Pesawat yang bertugas di Hiroshima mendapat julukan Enola Guy, dterbangkan oleh Letkol Paul W. Tibbets, menjatuhkan bom pertama berjuluk Little Boy, pada tanggal 6 Agustus 1945. Little Boy merupakan bom atom dengan bobot hingga 4.400 kg dan memiliki daya ledak setara dengan 15.000 ton TNT.

Saat ini Enola Guy telah direstorasi dengan baik dan dipamerkan di Smithsonian's Steven F. Udvar-Hazy Center, di luar Bandara Dulles di Washington, D.C.

Dengan biaya desain dan produksi sebesar $3 miliar, setara dengan $43 miliar saat ini, proyek B-29 jadi yang termahal selama perang dunia berlangsung.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, B-29 mulai digunakan untuk tujuan lain. Misalnya adalah menerjunkan pasokan makanan dan logistik lain di kamp-kamp tawanan perang Jepang. Oleh AS, sejumlah armada B-29 juga pernah dipinjamkan ke skuadron pengebom Angkatan Udara Inggris.