MOMSMONEY.ID - Bagi wanita, sangat penting untuk mengetahui gejala dan penyebab kista ovarium. Yuk, simak selengkapnya berikut ini! Kista ovarium merupakan salah satu kondisi ginekologis yang cukup umum di kalangan wanita. Mengutip dari
Mayo Clinic, kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang berkembang di ovarium wanita. Wanita memiliki dua ovarium, yang masing-masing berada di sisi kanan dan kiri rahim, dengan ukuran dan bentuk yang mirip almond. Fungsi utama ovarium adalah untuk mengembangkan dan mematangkan telur, yang kemudian dilepaskan dalam siklus menstruasi selama periode subur wanita.
Keberadaan kista ovarium cukup sering ditemukan dan biasanya tidak menyebabkan rasa sakit atau masalah kesehatan yang serius. Sebagian besar kista bahkan akan menghilang dengan sendirinya tanpa memerlukan intervensi medis dalam beberapa bulan.
Baca Juga: Kista Payudara Apakah Bisa Menjadi Kanker? Yuk Simak Penjelasannya! Namun, dalam beberapa kasus, kista ovarium dapat mengalami torsion (terpuntir) atau pecah. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang lebih serius. Untuk menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul, sangat penting bagi wanita untuk menjalani pemeriksaan panggul secara rutin dan menyadari gejala yang bisa menunjukkan adanya kondisi yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut. Gejala kista ovarium Banyak kista ovarium yang tidak menimbulkan gejala dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Namun, beberapa kista dapat menimbulkan gejala yang merugikan, terutama jika kista pecah. Menyadur dari
Hello Sehat, gejala yang mungkin timbul dari kista ovarium meliputi:
- Kembung secara rutin pada perut.
- Sensasi penuh atau berat di area perut.
- Pembengkakan dan nyeri perut.
- Nyeri di area pinggul.
- Nyeri di bagian punggung bawah dan paha.
- Kesulitan atau nyeri saat buang air kecil dan besar.
- Nyeri selama atau setelah aktivitas seksual.
- Kenaikan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
- Nyeri saat menstruasi.
- Pendarahan vagina yang tidak biasa.
- Rasa tegang pada dada.
- Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
Baca Juga: 8 Makanan Penyebab Kista Ovarium yang Jarang Disadari, Para Wanita Wajib Waspada Dalam kondisi kista yang lebih serius, gejala yang mungkin dialami antara lain:
- Nyeri tajam di daerah pinggang atau panggul.
- Demam.
- Pusing, yang dalam beberapa kasus bisa diikuti dengan kehilangan kesadaran.
- Pernapasan yang menjadi lebih cepat.
Pecahnya kista seringkali ditandai dengan nyeri yang intens, dan bisa disertai gejala lain seperti nyeri perut hebat, mual, atau muntah, terutama jika kista menyebabkan kerusakan pada ovarium. Penyebab kista ovarium Kista ovarium dapat terbentuk karena berbagai hal. Di bawah ini adalah beberapa penyebab kista ovarium:
- Gangguan Hormonal: Penggunaan obat-obatan fertilitas yang memicu ovulasi, seperti clomiphene atau letrozole yang dapat meningkatkan risiko terbentuknya kista.
- Infeksi Panggul yang Serius: Infeksi yang menyebar ke ovarium bisa memicu pembentukan kista.
- Riwayat Kista Ovarium: Wanita yang pernah mengalami kista ovarium berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan kista lainnya di masa depan.
- Endometriosis: Wanita dengan endometriosis dapat mengembangkan jenis kista yang dikenal sebagai endometrioma. Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim tumbuh di luar rahim.
- Kehamilan: Kista ovarium dapat terbentuk pada awal kehamilan untuk membantu mendukung kehamilan sampai plasenta terbentuk. Biasanya, kista ini akan hilang dengan sendirinya tetapi dapat memerlukan pengawasan atau pengobatan.
Baca Juga: Moms Wajib Tahu Nih, Kenali 10 Gejala Gangguan PCOS pada Perempuan Demikianlah pembahasan terkait gejala dan penyebab kista ovarium. Meskipun kebanyakan kista ovarium jinak dan sering kali tidak memerlukan pengobatan, penting untuk secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Deteksi dini dan pengelolaan yang tepat adalah kunci untuk mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan kista ovarium. Wanita harus proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka dengan memperhatikan perubahan dalam tubuh dan mengkomunikasikannya dengan dokter bila perlu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rezki Wening Hayuningtyas