Mengenal microgreen, teknik budidaya kaum urban



KONTAN.CO.ID - Budidaya tanaman microgreens tidak memerlukan lahan luas, sehingga semua warga perkotaan bisa menanam di rumah masing-masing. Budidaya microgreens sendiri merupakan teknik pertanian yang paling sederhana bagi kaum urban yang tinggal di perkotaan dibanding dengan teknik pertanian lainnya.

"Budidaya microgreens ini yang paling mudah diantara teknik budidaya lainnya, seperti hidroponik, akuaponik maupun budidaya vertikal. Setiap orang bisa menanam di rumahnya dan hanya butuh sebuah wadah seperti nampan untuk menanamnya," jelas Fajar Wiryono, HSC Urban Farm asal Jakarta.

Ia menjelaskan, microgreens sendiri sebenarnya adalah tunas dari aneka tanaman sayur. Semua jenis bibit sayur yang berdaun bisa dikembangkan menjadi tanaman microgreens. Bahkan, waktu penanamannya juga singkat, hanya butuh waktu 14 hari sampai bisa dipanen.


"Proses microgreens ini hanya butuh waktu 14 hari panen dan cukup dengan nampan kecil untuk menanamnya. Selain aneka bibit sayuran berdaun, microgreens dari bibit bunga, seperti bunga matahari dan bunga edible bisa juga dikonsumsi," kata Fajar.

Melihat peluang yang cukup menjanjikan dari bertani microgreens, HSC Urban Farm pun menjual paket awal untuk bertani microgreens. Satu paket starter pack dibanderol Rp 35.000. Dalam paket tersebut sudah termasuk wadah menanam (nampan), campuran tanah, dan satu pak kecil bibit sayuran.

"Untuk wilayah Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya, peminat microgreens ini sebenarnya lumayan banyak. Satu bulan, saya bisa jual sampai ratusan paket starter pack," ujar Fajar.

Tak hanya menjual paket menanam microgreens, ia juga menjual hasil panen dari kebunnya. Satu wadah kecil microgreens aneka jenis sayur dibanderol Rp 50.000.

"Kalau yang hasil panen ini biasanya buat orang yang nggak mau ribet menanam, tinggal praktis saja langsung bisa dimakan atau dipakai sebagai garnish. Satu bulan kira-kira bisa sampai 200-an box," tuturnya.

Peluang dari berbudidaya tanaman microgreens juga digarap oleh Ira Trisna asal Bali. Ia menjajal peruntungan microgreens sejak tahun 2015. Ia menjual satu box microgreens dengan berat sekitar 50 gram senilai Rp 200.000. Ia juga menyediakan paket menanam microgreens mulai Rp 40.000.

"Kalau di Bali, kebanyakan microgreens digunakan untuk penghias atau garnish. Tapi ada juga beberapa konsumen saya yang untuk dikonsumsi sendiri," ungkapnya. Ia mengaku, sebulan bisa menjual sampai sekitar 5 kilogram tanaman microgreens.                                  

Microgreens bisa dipanen hanya dalam dua minggu

Tren microgreens sebagai sumber makanan sehat dan bergizi di Indonesia terus berkembang. Peminatnya semakin banyak, terutama dari para pelaku gaya hidup sehat. Kandungan gizi microgreens dipercaya lebih tinggi dibandingkan tanaman sayur berumur dewasa.

"Ada sebuah jurnal yang mengatakan, tanaman microgreens punya kandungan gizi 4-5 kali lipat dibanding sayur berumur dewasa. Kandungan antioksidannya juga lebih tinggi," terang Fajar Wiryono, pemilik HSC Urban Farm asal Jakarta.

Awalnya, tanaman microgreens banyak digunakan oleh para chef sebagai penghias kudapan atau garnish. Namun seiring berjalannya waktu, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa microgreens punya kandungan gizi tinggi. Mulai saat itulah, microgreens makin banyak dikonsumsi. Fajar bilang, tren konsumsi microgreens di Indonesia baru  muncul sejak dua tahun belakangan.

"Karena peminatnya makin tinggi, mulai banyak orang yang menanam microgreens sebagai hobi. Apalagi, bisa ditanam di dapur rumah dan menjadi peluang bisnis baru," jelas Fajar.

Tak hanya memiliki kandungan gizi lebih tinggi,  budidaya microgreens sangat mudah dipelajari. "Saya yakin, semua orang pasti bisa," ujarnya.

Mudahnya membudidayakan microgreens juga diakui oleh Ira Trisna, pembudidaya microgreens asal Bali. Ia menuturkan, resiko kegagalannya cukup kecil, tidak seperti tanaman lainnya. Selain itu, waktu panen singkat. "Semua orang pasti bisa menanam ini di rumahnya. Panennya hanya 14 hari, perawatannya tidak rumit, hanya perlu disiram secara rutin," kata Ira.

Hal terpenting yang perlu disiapkan adalah tanah humus setinggi 15-20 cm, bibit aneka tanaman sayur atau bunga, wadah atau nampan, dan spray berisi air matang. Dengan peralatan tersebut, semua orang sudah bisa menanam microgreens sendiri.

"Media tanamnya itu, kami bisa pakai campuran pupuk kandang, sekam bakar, cocopeat, arang bakar, tanah. Masing-masing bahan perbandingannya 1 : 1 : 1 : 1," jelasnya. Setelah media tanam siap, bibit disemai di atas media tanam.

Baik Fajar maupun Ira mengatakan, agar bibit tanaman microgreens cepat pecah, sebaiknya diletakkan di tempat lembab. Namun tetap terkena paparan cahaya, bisa cahaya matahari maupun cahaya lampu.

Tanaman microgreens juga harus rajin disiram dengan air matang. Penyiraman dilakukan dengan semprot atau spray agar air tidak menggenang di wadah.  

Setelah dua minggu penanaman, tanaman microgreens siap dipanen. Memanennya cukup unik. Fajar mengatakan, panen microgreens dilakukan dengan cara memotong 3/4 bagian dari tanaman.

"Panennya cukup dipotong saja. Lalu sisanya bisa dibiarkan sampai kering, nanti bisa jadi kompos. Microgreens ini juga sudah pasti organik, karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.