Mengenal Parapuar, Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuhan Bajo



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) sedang aktif dalam pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuan Bajo, yang dikenal dengan nama Parapuar.

Nama "Parapuar" diambil dari bahasa Manggarai, yang menggabungkan "Para" yang berarti Pintu atau Gerbang dengan "Puar" yang berarti hutan.

Kawasan Parapuar ini berada di bawah pengelolaan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dan terletak di dekat hutan produksi, Hutan Nggorang Bowosie, yang secara administratif terletak di antara dua desa, yaitu Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta kelurahan Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.


Kawasan Parapuar ini meliputi empat zona yang akan dikembangkan di atas lahan seluas 400 hektar. Salah satunya adalah Zona Budaya (Cultural District), yang akan mencakup luas 21,69 hektar dari total kawasan.

Baca Juga: Layak Ditiru, Berhasil Memacu Untung Tanpa Lingkungan Menjadi Buntung

Zona ini akan mencakup berbagai fasilitas, seperti Pusat Budaya (Cultural Center) yang mencakup Hikayat Komodo, Cultural Perfomance Park, Museum, Agriculture Tourism, Culture Gallery, Ring of Fire Flores View, Pray Hill, dan atraksi penunjang lainnya yang mempromosikan pariwisata dan budaya NTT.

Tujuan utama pembangunan Zona Budaya ini adalah untuk mempresentasikan keberagaman budaya daerah, terutama budaya Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama). Para pengunjung akan memiliki kesempatan untuk memahami dan merasakan kehidupan budaya dan keindahan alam Flores sambil menikmati alam Labuan Bajo yang indah dengan hutan dan bukitnya.

Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, menjelaskan bahwa pengembangan kawasan Parapuar merupakan langkah pemerintah untuk meningkatkan jumlah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo, dengan harapan dapat memperpanjang durasi kunjungan wisatawan di kota ini. 

"Kehadiran Parapuar akan menambah daftar destinasi wisata di Labuan Bajo, dengan penawaran atraksi darat yang beragam. Letak strategis Parapuar di tengah kota Labuan Bajo juga akan membuka peluang lapangan kerja yang lebih luas dan mendukung produk-produk lokal Floratama," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (2/11).

Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Mendorong Peningkatan Aktivitas Eksplorasi Migas

Labuan Bajo telah dikenal luas karena Taman Nasional Komodo, tempat hidupnya Varanus Komodoensis, satwa endemik yang menjadi daya tarik utama. Pemerintah telah berupaya keras untuk menambah destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo, agar wisatawan tidak hanya fokus pada laut dan pulau, tetapi juga menghabiskan waktu di dalam kota Labuan Bajo dan berbelanja oleh-oleh khas lokal.

Salah satu fitur unik Zona Budaya adalah pengembangan miniatur budaya Floratama, dengan narasi budaya yang mencakup sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata, dan Bima, serta sejarah Komodo yang berkembang menjadi cerita rakyat.

Selain itu, pengembangan zona ini akan menyuguhkan berbagai pertunjukan budaya, termasuk tari, musik, nyanyian, arsitektur tradisional, kuliner, dan permainan tradisional.

Dengan beragam fasilitas dan daya tarik ini, Zona Budaya Parapuar akan ditawarkan dalam berbagai paket wisata, sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman budaya Floratama yang mendalam.

Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Mendorong Peningkatan Aktivitas Eksplorasi Migas

"Di Parapuar, kami akan menyediakan paket wisata yang mengintegrasikan perjalanan bagi para pengunjung, termasuk kunjungan ke desa-desa wisata di sekitar Parapuar. Kami juga akan melibatkan masyarakat setempat dalam pengembangan kawasan wisata ini melalui program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan lokal," jelasnya.

Sebagai langkah awal, BPOLBF akan memperkenalkan Parapuar kepada masyarakat dengan menyelenggarakan mini event Picnic Over The Hill (POTH) di Zona 1 Parapuar. Acara ini akan berlangsung selama 2 hari, yaitu tanggal 11 hingga 12 November, dan menawarkan pengalaman menikmati pemandangan Kota Labuan Bajo mulai dari senja hingga malam hari.

Saat ini, pengembangan kawasan telah dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar, termasuk pembangunan jalan aspal sepanjang 1,5 kilometer. Rencananya, pengembangan zona-zona lain akan dimulai pada tahun 2024, yang akan melibatkan pembangunan infrastruktur dasar seperti penyediaan air, listrik, dan jaringan komunikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli