KONTAN.CO.ID - Pneumonia atau radang paru-paru adalah salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak. Jika tidak ditangani sejak dini, pneumonia bisa mengancam jiwa buah hati. Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 14 persen kematian anak usia balita disebabkan oleh pneumonia. Bahkan pada 2019 tercatat sebanyak 740.180 anak meninggal karena pneumonia. Melansir dari situs Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia adalah 2,1% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok anak usia 12 hingga 23 bulan.
Penyebab pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyebabkan kantung udara paru (sel alveoli) yang seharusnya terisi udara justru terisi oleh “nanah” atau cairan. Hal ini menyebabkan kesulitan saat bernapas dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Infeksi dari virus, bakteri atau jamur yang menyebabkan proses peradangan menyebabkan munculnya nanah atau cairan tersebut. Kuman tersebut masuk ke paru-paru baik secara langsung (akibat inhalasi atau aspirasi/terhirup secara tidak sadar) maupun tidak langsung (misalnya akibat penyebaran kuman melalui aliran darah). Masuknya kuman memicu imun tubuh merespon dan menyebabkan peradangan. Kondisi ini menyebabkan paru-paru terisi sel darah putih, cairan, dan sisa sel yang mengganggu proses pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Kuman penyebab pneumonia bervariasi sesuai usia anak, namun secara umum kuman yang paling sering ditemukan pada berbagai usia yakni Streptococcus pneumoniae, Adenovirus, Influenza A dan B, Respiratory syncytial virus, dan Haemophilus influenzae (baik tipe B dan non-tipe). Sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, virus SARS-CoV-2 juga menjadi salah satu penyebab pneumonia pada anak. Namun, bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae. Bakteri dapat menyebabkan penyakit pneumokokus berupa infeksi berat (sepsis dan meningitis), infeksi telinga tengah/otitis media dan pneumonia. Baca Juga: Ini Cara Menghilangkan Noda Tinta Pada Baju Pakai Bahan Sederhana dan MurahGejala pneumonia pada anak
Selain penyebab, ada beberapa faktor risiko terjadinya pneumonia yang wajib dipahami orangtua, yakni:- Imunitas rendah (misalnya akibat gizi kurang, gizi buruk, tidak mendapatkan ASI eksklusif)
- Hunian padat
- Status ekonomi rendah
- Penyakit penyerta seperti HIV dan campak
- Polusi udara
- Asap rokok serta imunisasi tidak lengkap
- Batuk
- Sesak (ditandai napas yang cepat, tarikan dada, napas cuping hidung, tampak biru, penurunan saturasi oksigen)
- Sulit makan dan minum
- Penurunan kesadaran (anak tampak lemah dan lebih banyak tidur)
- Demam atau hipotermia
- Kejang
- Terdapat suara napas tambahan (misalnya mengi atau grok-grok)
- Gejala penyerta lain seperti diare dan muntah
Cara mencegah pneumonia anak
Bila anak menunjukkan tanda dan gejala pneumonia, Anda perlu membawanya segera ke dokter atau fasilitas kesehatan.- Sesak yang memberat
- Suara napas merintih
- Kesulitan makan atau minum
- Penurunan saturasi oksigen
- Keluarga tidak mampu melakukan pemantauan dan memberikan pengobatan di rumah
- Serta terdapat penyakit penyerta seperti penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, penyakit paru kronik, dan sebagainya
- Memberikan ASI eksklusif pada anak, sedapat mungkin hingga usia 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
- Cegah anak terpapar rokok dan polusi udara
- Imunisasi sesuai jadwal, terutama imunisasi DTP-Hib, PCV, dan influenza
- Menjaga kebersihan antara lain dengan cuci tangan, membersihkan mainan (terutama mainan yang digunakan bersama), tidak berbagi peralatan makan seperti gelas/sedotan/dan sebagainya
- Memberikan asupan nutrisi yang baik, cukup, serta sesuai dengan usia anak
- Menghindari orang yang sedang sakit
- Selama pandemi Covid-19 selalu meningkatkan kewaspadaan dan sedapat mungkin melakukan 6M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi) serta melakukan vaksinasi sesuai anjuran dokter dan kebijakan pemerintah.