Mengenal Sejarah Hingga Pembenahan Wajah Baru Kereta Api di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak dulu PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menjadi salah satu moda transportasi andalan di Indonesia.

Bahkan seiring semakin perkembangannya zaman, kereta api telah banyak melakukan perubahan pelayanan. Sebut saja wajah lama kereta api yang dulunya terkenal banyak calo tiket, gerbong kereta yang penuh bahkan di atas atap, serta ramainya gerbong dengan pedagang sudah tidak terlihat lagi saat ini.

Ibarat makan sayur tanpa garam, melihat wajah baru kereta api tentunya tidak lengkap jika tidak mengenal sejarahnya.


Baca Juga: Lahan Pertanian Berharap Kucuran Air Bendungan

Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr.L.A.J Baron Sloet van de Beele pada tanggal 17 Juni 1864.

Kemudian, pada 8 April 1875, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS). Rute pertama SS ini meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.

Singkatnya, usai Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia melakukan pengambil alihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.

Kantor Pusat Kereta Api yang berlokasi di Bandung ini berhasil direbut pada tanggal 28 September 1945. Nah, pada hari tersebutlah menjadi momen pengingat dan ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia

"Pada 1945 dilakukan pengambil alihan kereta api ini oleh Angkatan Muda Kereta Api," tutur Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo saat bercerita kepada Tim Jelajah Infrastruktur, belum lama ini.

Baca Juga: Jalan Panjang 10 Tahun Pembangunan Infrastruktur di Era Presiden Jokowi

Seiring waktu, kereta api di Indonesia terus melakukan transformasi. Salah satu sosok yang menjadi kunci perubahan dari kereta api di Indonesia adalah Ignasius Jonan yang dulunya menjabat sebagai Direktur Utama KAI sepanjang 2009-2014.

Berbagai perubahan hasil peninggalan Jonan masih dirasakan hingga saat ini, mulai dari sterilisasi stasiun, penerapan pembelian tiket online, hingga keamanan

"Pak Jonan masuk melakukan transformasi yang pertama, di mana budaya kereta api yang dulu sampai naik di atas (atap),  yang benar-benar gak beraturan itu ditata, sehingga mulailah ada transformasi," katanya.

Setelah tahun 2014, transformasi kereta api tidak berhenti sampai di situ saja. Perubahan tersebut juga mengikuti jumlah kalangan milenial yang semakin banyak menjadi pengguna kereta api di Indonesia.

"Gen Z ini akan masuk terus ya. Nah, apa yang dilakukan kereta api? Tahun 2013 misalnya untuk KRL itu sudah pakai e-ticketing, pakai kartu," jelas Didik.

Kemudian pada tahun 2016 mulai diperkenalkan sistem check-in dan boarding pass. Tidak sampai di situ, pada tahun 2017, pihaknya juga melakukan peremajaan kereta, di mana pada saat itu KAI membeli 438 kereta baru ke INKA.

Baca Juga: Percepatan Pembangunan IKN: Sinergi untuk Kota Masa Depan

Pada tahun 2018, KAI mulai memperkenalkan kelas luxury, di mana kata Didik, kelas ini hanya memiliki jumlah 26 kursi.  "Kemudian pada tahun 2019 itu kereta api mengalami masa kejayaan, di mana pendapatan total bisa mencapai Rp 22,6 triliun," katanya.

Selain itu, Didik mengatakan bahwa pihaknya juga memperkenalkan kereta paranomic pada tahun 2022 lalu. Saat ini, KAI sedang dalam proses untuk program percepatan waktu tempuh.

Hal ini dilakukan untuk bisa bersaing dengan moda transportasi lain, namun tetap mengutamakan keamanan dan kenyamanan. "Nanti ke Surabaya itu sekarang 8 jam. Kita akan tekan lagi," katanya

"Ke Jogja dan ke Solo pun juga akan kita percepat," inbuh Didik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli