JAKARTA. Untuk meningkatkan minat masyarakat berinvestasi di reksadana, Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) akan menggelar even bertajuk “Pekan Reksadana Nasional”. Kegiatan yang melibatkan para pelaku industri Reksadana ini akan berlangsung pada Kamis - Minggu atau 18 - 21 Oktober 2012 di Atrium Laguna, Mall Central Park, Jakarta Barat. Denny R. Thaher, Ketua Umum Pekan Reksadana Nasional menuturkan, melalui kegiatan ini, APRDI ingin lebih memperkenalkan dan mendekatkan produk reksadana kepada keluarga Indonesia. Itu sebabnya, acara ini diselenggarakan di mall yang bisa menjadi representasi tempat beraktivitas sebagian besar keluarga Indonesia. “Kami ingin keluarga Indonesia mulai menjadikan reksadana sebagai pilihan utama berinvestasi, bukan lagi sebuah alternatif untuk berinvestasi," kata Denny, Minggu (13/10). Menurutnya, sebagai produk investasi, reksadana bisa digunakan untuk mempersiapkan pendidikan anak, biaya pensiun ataupun untuk meningkatkan aset keuangan keluarga. Melalui Pekan Reksadana Nasional ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai reksadana, termasuk mengelola risikonya sehingga memiliki potensi keuntungan yang optimal. Acara ini juga akan diikuti oleh 45 manajer investasi dan agen penjual reksadana. Investor reksadana masih sedikit Sejak diperkenalkan melalui undang-undang Pasar Modal pada tahun 1996, jumlah investor reksadana di Indonesia tergolong masih sangat kecil, yaitu baru sekitar 161 ribu investor dengan dana kelolaan sebesar Rp 170 triliun. Jumlah dana kelolaan itu tidak sebanding dengan simpanan masyarakat di perbankan yang mencapai Rp 2.984 triliun per Agustus 2012. Sementara hingga April 2012 total rekening nasabah perbankan sebanyak 101.531.209 rekening. Persentase dana kelolaan reksadana terhadap produk domestik bruto (PDB) juga masih sangat rendah. Di tahun 2011, persentasenya hanya 2,2% dari total PDB Indonesia senilai Rp 7.427 triliun. Sementara di tahun 2010, di Malaysia persentasenya sudah sekitar 49%, Thailand 20% ataupun Filipina yang sudah 19,5%. Kecilnya jumlah investor reksadana ini sangat ironis di tengah melesatnya kelas menengah Indonesia. Di mana, berdasarkan survei Bank Dunia tahun 2010, populasi kelas menengah dengan pengeluaran US$ 2 hingga US$ 20 dollar per hari mencapai sekitar 134 juta.
Mengenalkan investasi, APRDI gelar pekan reksadana
JAKARTA. Untuk meningkatkan minat masyarakat berinvestasi di reksadana, Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) akan menggelar even bertajuk “Pekan Reksadana Nasional”. Kegiatan yang melibatkan para pelaku industri Reksadana ini akan berlangsung pada Kamis - Minggu atau 18 - 21 Oktober 2012 di Atrium Laguna, Mall Central Park, Jakarta Barat. Denny R. Thaher, Ketua Umum Pekan Reksadana Nasional menuturkan, melalui kegiatan ini, APRDI ingin lebih memperkenalkan dan mendekatkan produk reksadana kepada keluarga Indonesia. Itu sebabnya, acara ini diselenggarakan di mall yang bisa menjadi representasi tempat beraktivitas sebagian besar keluarga Indonesia. “Kami ingin keluarga Indonesia mulai menjadikan reksadana sebagai pilihan utama berinvestasi, bukan lagi sebuah alternatif untuk berinvestasi," kata Denny, Minggu (13/10). Menurutnya, sebagai produk investasi, reksadana bisa digunakan untuk mempersiapkan pendidikan anak, biaya pensiun ataupun untuk meningkatkan aset keuangan keluarga. Melalui Pekan Reksadana Nasional ini, masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai reksadana, termasuk mengelola risikonya sehingga memiliki potensi keuntungan yang optimal. Acara ini juga akan diikuti oleh 45 manajer investasi dan agen penjual reksadana. Investor reksadana masih sedikit Sejak diperkenalkan melalui undang-undang Pasar Modal pada tahun 1996, jumlah investor reksadana di Indonesia tergolong masih sangat kecil, yaitu baru sekitar 161 ribu investor dengan dana kelolaan sebesar Rp 170 triliun. Jumlah dana kelolaan itu tidak sebanding dengan simpanan masyarakat di perbankan yang mencapai Rp 2.984 triliun per Agustus 2012. Sementara hingga April 2012 total rekening nasabah perbankan sebanyak 101.531.209 rekening. Persentase dana kelolaan reksadana terhadap produk domestik bruto (PDB) juga masih sangat rendah. Di tahun 2011, persentasenya hanya 2,2% dari total PDB Indonesia senilai Rp 7.427 triliun. Sementara di tahun 2010, di Malaysia persentasenya sudah sekitar 49%, Thailand 20% ataupun Filipina yang sudah 19,5%. Kecilnya jumlah investor reksadana ini sangat ironis di tengah melesatnya kelas menengah Indonesia. Di mana, berdasarkan survei Bank Dunia tahun 2010, populasi kelas menengah dengan pengeluaran US$ 2 hingga US$ 20 dollar per hari mencapai sekitar 134 juta.