Mengeruk omzet besar dari rak sepatu



Bisnis ritel yang makin bergairah mendatangkan berkah bagi banyak pihak. Salah satunya, produsen rak sepatu. Menjamurnya toko pakaian dan sepatu ala anak muda semacam distro dan juga pusat perbelanjaan, mendorong permintaan displai rak sepatu ini. Kelly Wahyu Purwoko, desainer displai sepatu dari Inspiring Idea Design menuturkan, permintaan display sepatu mulai marak sejak 2008. Saat itu, gerai-gerai distro sedang naik daun. Bahkan, Kelly bilang, pada tahun itu, pesanan displai sepatu di Inspiring Idea Design mencapai puncaknya. Kini, setelah distro tak lagi naik daun, permintaan membuat displai sepatu datang dari berbagai pusat perbelanjaan di tanah air.Inspiring Idea Design menetapkan tarif berbeda untuk pembuatan displai sepatu di distro dan pusat belanja. Boleh jadi, untuk distro yang kebanyakan dimiliki kaum muda ini, harga yang dipatok, sesuai dengan ukuran kantong mereka. Selain itu, biasanya distro tidak menjual khusus sepatu melainkan juga menjual barang lainnya. Untuk proyek displai sepatu di distro itu, Kelly memasang tarif berkisar Rp 20 juta sampai Rp 250 juta. Tentu saja, penetapan tarif ini juga tergantung dari luas ruangan dan bahan material yang digunakan. Sementara itu, Kelly menetapkan harga pembuatan displai sepatu untuk pusat perbelanjaan lebih mahal ketimbang distro. Harganya berkisar Rp 180 juta hingga dengan Rp 500 juta. "Di mal lebih mahal karena semua perhitungannya menggunakan dasar dollar," terangnya. Selain di Jakarta, permintaan displai sepatu juga mengalami peningkatan di Bali. Maklum, sebagai magnet pariwisata, bisnis ritel banyak berkembang di Bali. Tak hanya gerai lokal, gerai-gerai asing juga banyak yang produk sepatu di sana. meningkat di Bali.I Ketut Suastika, pemilik Interior Desain 99 pun menuai banyak pesanan displai sepatu. "Saya mengerjakan order dari mana saja," ujarnya. Dari Bali, Ketut sering mendapatkan pesanan dari toko-toko yang ada di kawasan Kuta, Denpasar dan Seminyak. Selain itu, ia juga pernah memperoleh order di luar Pulau Bali. Khusus untuk klien dari luar Pulau Bali ini, Ketut hanya membuat desain displai saja. Hanya, Ketut yang mulai merambah usaha pembuatan displai sepatu sejak 2005 ini membanderol harga displai sepatu ini lebih murah dibandingkan dengan di Jakarta. Yakni, berkisar Rp 25 juta hingga Rp 30 juta. "Biaya pembuatan displai sepatu ini dihitung berdasarkan luas ruangan, desain serta material yang akan dipakai," ujarnya. Ide desain termahalUntuk mengerjakan satu proyek displai sepatu ini, biasanya, para desainer itu membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan. Waktu yang cukup lama ini karena mereka harus melakukan pengukuran ruang, pembuatan desain, proses pembuatan rak sepatu itu sendiri serta pemasangan. Belum lagi, jika dalam pemasangan diperlukan proses tambahan, seperti pemasangan instalasi listrik. "Kami mengerjakan dari ruangan kosong sampai penataan secara keseluruhan," kata Kelly. Begitu pula dengan Ketut. Ia mengaku sanggup menggarap satu proyek displai untuk sebuah toko, dalam waktu dua hingga tiga bulan. "Proses pembuatan displai sendiri relatif singkat, hanya satu minggu. Yang lama adalah proses perakitannya," terang Ketut. Namun, dalam tiga bulan itu, Ketut mampu mengerjakan 10 proyek displai sepatu sekaligus. Alhasil, ia pun bisa mengumpulkan omzet hingga ratusan juta per tiga bulan. Demikian pula dengan Kelly. Bersama timnya, Kelly bisa mengerjakan enam proyek displai sepatu dalam waktu tiga bulan. Selama itu pula, Inspiring Idea Design bisa memperoleh omzet lebih dari semiliar. "Tapi, proses produksi ini juga membutuhkan biaya tinggi," tandas Kelly. Biaya yang mahal ini terletak pada desain displai. "Ide desain inilah yang paling mahal," kata Kelly. Selain itu tenaga kerja, baik tenaga kerja untuk pembuatan maupun pemasangan. Sementara itu, Kelly bilang, sampai saat ini, pembuat displai sepatu lebih banyak yang meminati bahan baku kayu lunak atau block board. Pasalnya, kayu lapis olahan ini mudah dibentuk sesuai desain yang diinginkan. "Meski itu kayu olahan, itu merupakan sisa kayu olahan jati, jadi harganya mahal," ujar Ketut. Meski begitu, ia juga sering mengombinasikan kayu lunak itu dengan material lain, supaya tampilan lebih menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi