KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jalan tol Trans Jawa adalah magnet baru perekonomian nasional. Bisnis properti merupakan satu dari segudang potensi ekonomi yang menarik untuk digali dari hamparan lahan di sepanjang koridor Trans Jawa. Jalur tol Trans Jawa membentang dari ujung barat hingga timur Jawa, melewati 40 kabupaten/kota di lima provinsi. Dari Banten, misalnya, jalur tol Trans Jawa mengiris Kabupaten Cilegon, Kabupaten dan Kota Serang serta Kabupaten Tangerang. Setelah melalui Jakarta, jalur tol Trans Jawa menjangkau delapan kabupaten kota di wilayah Jawa Barat, antara lain Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang hingga Kabupaten Majalengka. Adapun di Jawa Tengah dan Jawa Timur, jalan tol Trans Jawa melewati masing-masing 14 kabupaten/kota di kedua provinsi tersebut.
Presiden Joko Widodo memang mengharapkan kehadiran jalan tol Trans Jawa dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan wilayah di sekitarnya. Secara umum, pengembangan jalur tol Trans Jawa bakal memperkuat konektivitas dan meningkatkan kemampuan logistik. Dari sini, pengembangan kawasan industri merupakan opsi yang relevan. Kawasan yang berada di sepanjang jalur Trans Jawa, terutama di wilayah yang dekat pintu keluar (exit toll) berpeluang menjadi kawasan industri (lihat infografik). "Kami berharap ada integrasi antara jalur Trans Jawa dengan arah pengembangan kawasan industri di Pulau Jawa, sehingga memiliki nilai tambah dalam hal distribusi barang," ungkap Ignatius Warsito, Direktur Perwilayahan Industri Direktorat Jenderal Ketahanan Perwilayahan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, kepada KONTAN, belum lama ini. Kawasan Industri Kendal Pada akhir Februari lalu, Tim Jelajah Ekonomi KONTAN menyusuri potensi yang terhampar di sepanjang jalur Trans Jawa. Pengembangan kawasan industri yang terintegrasi dengan Trans Jawa terlihat di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Akses pintu keluar tol ke Kawasan Industri Kendal, misalnya, hanya membutuhkan waktu 10 menit. Alhasil, jarak pengiriman barang dari kawasan industri tersebut ke berbagai pelabuhan di Jawa, seperti Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang), Tanjung Perak (Surabaya), maupun Tanjung Priok (Jakarta) menjadi lebih cepat. Hal tersebut menggoda para investor untuk masuk ke Kawasan Industri Kendal. Tahun ini, pengelola kawasan ini memproyeksikan 20 tambahan investor baru yang segera merealisasikan investasinya di kawasan ini. Head of Sales & Marketing PT Kawasan Industri Kendal (KIK) Juliani Kusumaningrum mengatakan, hingga Februari 2019, tercatat 51 tenant yang akan investasi di KIK. Adapun perusahaan yang sudah beroperasi di kawasan industri Kendal di antaranya PT Tat Wai, PT APP Timber, PT Ganda Sugih Arthaboga, PT MMI, PT Kendal Eco Furindo, PT Roda Maju Bahagia. Juliani mengakui, pertambahan investor baru dipicu oleh terhubungnya jalan tol Trans Jawa. Investor semakin meyakini proyek infrastruktur akan mempermudah akses logistik barang dari Kendal ke kota lain. Pengelola kawasan industri lainnya, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), juga mengakui jalur tol Trans Jawa memberikan nilai tambah bagi para pengusaha. Kecepatan distribusi barang dan jasa turut mempengaruhi minat investor masuk ke kawasan industri. "Dengan lokasi Deltamas yang strategis, kami berharap kawasan industri ini semakin diminati," ungkap Tondy Suwanto, Direktur Independen, PT Puradelta Lestari Tbk. Pada kuartal pertama tahun ini, pengembang kawasan industri terpadu Kota Deltamas ini membukukan marketing sales sebesar Rp 914 miliar. Pencapaian tersebut setara dengan 73% dari target marketing sales sepanjang tahun ini Rp 1,25 triliun. Kinerja yang cukup menggembirakan itu terutama disumbangkan oleh penjualan lahan industri seluas 19 hektare dan penjualan lahan komersial seluas 9 ha. "Dengan pencapaian ini, kami yakin target marketing sales pada tahun ini dapat tercapai, bahkan mungkin terlampaui karena minat (inquiry) terhadap lahan industri kami masih tinggi," ujar Tondy. Hingga kini, angka inquiry di Kota Deltamas sekitar 150 ha. Kondisi ini mencerminkan permintaan terhadap lahan industri mulai membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pengembangan Batang Soal integrasi jalur Trans Jawa, Pemerintah Kabupaten Batang juga menyiapkan tiga lokasi bakal kawasan industri. Pertama, di dekat Pantai Celong Kecamatan Banyuputih. Kedua, di Kecamatan Tulis dan ketiga di Kecamatan Kademan dekat PLTU. Khusus kawasan industri Banyuputih akan dibuat konsep transit oriented development (TOD) yang kelak menjadi sentra lokasi usaha pelaku usaha kecil menengah (UKM). Target pasarnya adalah para pengguna jalan tol Trans Jawa. Tidak hanya menjadi sentra kawasan usaha kecil menengah, kawasan industri ini berfungsi sebagai tempat wisata karena dekat Pantai Celong. Pengunjung bisa santai menikmati pemandangan laut, plus menyantap kuliner khas Batang dan berbelanja produk UKM setempat. Batang telah mengusulkan ketiga lokasi tersebut ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, juga Presiden Jokowi. Batang sedang menyelesaikan persyaratan administrasi tata ruang wilayah (RTRW) dan mengajukan revisi Perda Tata Ruang. Pemkab Batang mendekati beberapa calon investor. Hasilnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KWI) menjadi pengelola kawasan industri. Batang juga menyasar investor asal China, Korea Selatan dan Malaysia. "Intinya mereka (investor asing) tertarik," kata Wihaji, Bupati Batang. Potensi Ngawi Bergeser ke Jawa Timur, wilayah yang kini bersolek adalah Kabupaten Ngawi. Tak ingin ketinggalan booming Trans Jawa, Ngawi mengemas strategi untuk mengerek potensi ekonomi daerah. Seperti halnya Batang, Ngawi bakal menggiring para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan industri. Ngawi telah menyiapkan 1.200 ha sebagai kawasan industri yang dibagi tiga kluster yakni industri berat, industri berpolusi sedang serta industri berpolusi ringan. UMK Ngawi yang cukup rendah, yakni Rp 1,6 juta per bulan, juga menjadi daya tarik agar investor mau membangun pabrik. "UMK kami terendah nomor lima se-Jawa Timur dan tetap lebih rendah dari UMK di kawasan industri Solo dan Semarang," ungkap Ony Anwar, Wakil Bupati Ngawi. Ngawi mendorong pelaku UKM untuk memanfaatkan tol Trans Jawa. Pemkab Ngawi ingin mengajak pelaku UKM kuliner masuk rest area di ruas jalan tol Ngawi-Kertosono. Mereka bisa menjual makanan khas Ngawi. Upaya ini untuk mengerek omzet UKM kuliner yang menyusut sejak akses Trans Jawa terbuka. Bukan hanya pemodal kakap, tentu pelaku UKM ingin menikmati efek gulir tol Trans Jawa. Ony menjelaskan, PT Kawasan Industri Jababeka mengaku tertarik untuk investasi di kawasan industri Ngawi. "Karena kami tahu Jabebeka memiliki jaringan tenant terkait pabrik atau industri yang bisa masuk," ungkap Ony. Saat dikonfirmasi, Direktur PT Jababeka Tbk Hyanto Wihadhi belum mau memberikan keterangan banyak mengenai hal tersebut. "Kami baru komunikasi dan studi saja," kata dia kepada KONTAN. Proyek hunian Bukan hanya kawasan industri, pengembang properti juga mengintip prospek bisnis hunian. Anak usaha PT Jasa Marga Tbk (JSMR), yakni PT Jasamarga Properti siap menggelar ekspansi bisnis properti. Jasamarga Properti tengah mengembangkan proyek hunian bernama Royal Pandaan Residence di Pandaan, Malang, Jawa Timur. Proyek ini berlokasi di koridor jalan tol Surabaya-Malang dan didukung akses langsung dari exit toll Pandaan. Jika sudah selesai nanti, perumahan yang dibangun di atas lahan seluas 61 ha itu akan memiliki lebih dari 330 unit rumah.
Melalui Royal Pandaan, Jasamarga Properti menawarkan konsep hunian dengan nuansa resor yang dilengkapi kawasan komersial, hotel dan supermarket. Selain itu, kawasan tersebut akan dilengkapi juga dengan wahana permainan air (waterpark) sebagai sarana rekreasi. Pada tahap awal, Jasamarga Properti berharap bisa menjual 100 unit rumah dengan rentang harga jual Rp 500 juta hingga Rp 800 juta per unit. Jadi, minimal target marketing sales alias pendapatan pra penjualan mereka sebesar Rp 50 miliar. Selain di Malang, ada pula rencana pengembangan proyek di Bogor dan Bekasi, Jawa Barat. Kebetulan Jasamarga Properti memiliki landbank atau tabungan lahan masing-masing seluas 1 ha di kedua lokasi tersebut. "Yang di Bekasi rasanya mau dijadikan perumahan, sedangkan di Bogor masih dievaluasi," ujar Tita Paulina Purbasari, Direktur Teknik PT Jasamarga Properti, belum lama ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat