Menggali untung pada ORI 009



JAKARTA. Obligasi negara ritel (ORI) kembali meluncur. Kali ini pemerintah menawarkan seri teranyar adalah 009. Investor ritel yang menginginkan kepastian imbal hasil bisa mencicipi produk ini. Tak hanya itu, ORI juga dipercaya minim risiko.

Analis menilai tingkat imbal hasil ORI009 masih menjanjikan. Pemerintah memasang kupon ORI009 sebesar 6,25% per tahun. Para analis menghitung, kupon ORI dengan tenor tiga tahun itu, masih lebih tinggi daripada suku bunga deposito sebesar 5,5%.

Pemerintah pun mengindikasi bahwa minat ORI 009 ini masih cukup besar. Robert Pakpahan, Pjs Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mengatakan, total kesanggupan 22 agen penjual ORI 009 sebesar Rp 14,97 triliun.


Namun, pemerintah hanya memasang target perolehan dana ORI 009 senilai Rp 12 triliun. Angka itu masih lebih tinggi daripada nilai penerbitan ORI 008 yang hanya Rp 11 triliun.

Meski lebih rendah daripada total kesanggupan agen penjual, pemerintah masih membuka peluang menambah jumlah penyerapan (upsize). Tentu, itu baru terjadi jika banyak yang berminat berinvestasi di ORI 009.

Sejak awal, pemerintah telah menetapkan mereka yang ingin memutar dana di ORI 009, harus memegang (holding period) minimal satu kali pembagian kupon. Artinya, pembeli ORI 009 tidak bisa langsung menjual di pasar sekunder. Namun, harus menunggu satu kali pembagian kupon yaitu 15 November. "Kami ingin investor menikmati kupon itu dulu, agar merasakan keuntungan dari kupon," alasan Robert.

Namun tidak perlu cemas, setelah satu bulan itu, investor bisa langsung menjual di pasar sekunder. Pastinya, investor institusi pun sudah siap menampung ORI yang dijual di pasar sekunder itu.

Kupon masih menarik

Robert menuturkan, banyak keunggulan berinvestasi di ORI. Salah satunya, aman karena dikeluarkan oleh pemerintah. Imbal hasil tetap diberikan setiap bulan yaitu per tanggal 15. Selain itu, potongan pajak final atas obligasi hanya sebesar 15%. Tarif itu lebih murah daripada dengan pajak yang diberlakukan untuk deposito, yaitu 20%.

Minimal investasi membeli ORI 009 Rp 5 juta, dan maksimal Rp 3 miliar. Kisaran angka itu dinilai cukup terjangkau bagi investor ritel.

Para analis yang dihubungi KONTAN sepakat, prospek ORI 009 moncer. Raditya Ariwibowo, Analis Treasury Bank Negara Indonesia (BNI) mengatakan, meski kupon ORI009 lebih rendah daripada kupon ORI 008 yang sebesar 7,3%, namun kupon ORI terbaru tetap prospektif di saat suku bunga acuan masih berada di level rendah.

Apalagi, jika dibanding kupon Surat Utang Negara (SUN), imbal hasil ORI 009 memberikan premium tinggi. "Tahun lalu kupon tinggi karena suku bunganya juga tinggi," jelas dia.

Handy Yulianto, Head of Fix Income Research Mandiri Securities mengatakan, kupon ORI 009 yang diberikan pemerintah sudah cukup fair dengan kondisi pasar saat ini. Tingkat premi yang diberikan pemerintah lebih tinggi dibandingkan kupon sukuk ritel yang terbit pada Maret lalu.

Saat itu, kupon sukuk ritel memberikan premium 40 basis poin di atas yield sukuk negara. Sementara kupon ORI 009 memberikan premium hingga 80 basis poin di atas seri SUN benchmark bertenor sama. "Dengan premi yang dibayarkan pemerintah sebesar itu, demand akan cukup tinggi," ujar dia.

Bukan cuma itu, ORI 009 juga memiliki tenor pendek yakni tiga tahun. Secara historis, ORI tenor pendek jauh lebih laris dan diminati investor ritel.

Lihat saja ORI 008 tahun 2011, yang mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga Rp 20,35 triliun. Padahal saat itu pemerintah hanya menargetkan perolehan dana Rp 10 triliun.

Raditya menduga, penjualan ORI kali ini akan melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Apalagi, ada dua ORI yang memasuki masa jatuh tempo tahun ini, yakni ORI 004 dan ORI 006. Jadi kemungkinan besar, investor ORI 004 dan ORI 006 akan membeli ORI baru.

Jatuh tempo

Handy menilai, laju inflasi bisa mengancam prospek investasi ORI 009, mengingat ada potensi kenaikan harga minyak. Namun dia yakin, pemerintah mampu menjaga laju inflasi. Year to date inflasi baru menyentuh level 3,48%. Dia pun percaya, suku bunga acuan juga masih akan berada di level rendah.

Tenor ORI 009 yang pendek juga menjadi satu alasan agar investor tidak perlu khawatir. Menurut Handy, tingkat capital loss akan lebih rendah dibandingkan obligasi bertenor panjang. Apalagi, pertumbuhan dana pihak ketiga di perbankan masih sangat besar. "Resikonya hanya jika pemerintah menaikkan BBM tahun ini," ujar Handy.

Karena itu, Handy menyarankan agar investor memegang ORI 009 hingga jatuh tempo atau hold to maturity. Jika investor buru-buru menjualnya di pasar sekunder, keuntungan yang dituai malah tidak maksimal.

Misalnya saja, investor yang menggenggam ORI 005 tahun 2008, yang memberikan kupon 11,45% per tahun. Investor ORI bertenor lima tahun itu akan lebih untung jika menggenggam sampai jatuh tempo. Karena, saat ini pasar sekunder tidak bisa memberikan return setinggi itu.

"Saat 2008 itu banyak yang jual di pasar sekunder, padahal, kalau saja dipegang sampai jatuh tempo, sampai sekarang investor akan tetap mendapatkan kupon 11,45% per bulannya," jelas Handy.

Namun, jika ada indikasi kenaikan suku bunga, misalnya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) atau bahan bakar minyak (BBM) investor bisa melepas ORI. Asal, harga yang didapat di atas par.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana