Menggapai kemerdekaan finansial di pasar keuangan



JAKARTA. Setelah 71 tahun merdeka, perekonomian Indonesia mengalami pasang surut. Demikian pula kondisi pasar modal, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perekonomian nasional.

Sejumlah pihak menilai, peran pasar modal belum maksimal. Satu indikasinya, rasio investor pasar modal terhadap jumlah penduduk Indonesia masih minim. Hingga Juli 2016, jumlah investor pasar modal hanya 475.112 investor. Angka ini setara 0,24% dari jumlah penduduk Indonesia di atas 200 juta.

"Saat ini, pasar modal kita belum bisa menjadi lokomotif perekonomian nasional," ungkap Isakayoga, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia kepada KONTAN, awal pekan lalu.


Lukas Setia Atmadja, Financial Expert Prasetiya Mul-ya Business School, menilai, tak banyak masyarakat mengutamakan pasar modal sebagai sarana investasi. Padahal, return pasar modal lebih menjanjikan.

Selain itu, pasar modal domestik masih bergantung dana asing. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, komposisi kepemilikan asing di saham adalah 64%. Tapi dari nilai perdagangan (trading value), lokal 54%.

Peran investor asing di pasar modal memang masih dominan. Jika ada hantaman krisis dari luar maupun dalam, asing akan mudah keluar. Otoritas bursa bukan tak bergerak.

Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menjelaskan, BEI terus berupaya meningkatkan jumlah investor, misalnya sosialisasi ke kampus-kampus dan meluncurkan gerakan Yuk Nabung Saham.

Data KSEI menunjukkan, jumlah investor menurut Single Investor Identification (SID) meningkat 26% per akhir Juli lalu dibanding periode sama tahun lalu, yakni 475.112 investor. Dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp 5.700 triliun, pasar saham Indonesia diharapkan mampu berperan maksimal bagi kemerdekaan finansial masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie