Menggendong laba dari penjualan tas laptop



Penggunaan laptop atau komputer jinjing sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari gaya hidup masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Piranti elektronik ini sangat rentan dengan benturan keras dan risiko terjatuh. Karenanya, tas penyimpan laptop jadi sebuah kebutuhan. Bagaimana peluang bisnis produsen lokal tas laptop? Beragam merek tas laptop, baik lokal maupun impor, terus membanjiri pasar. Dengan semakin terjangkaunya harga komputer jinjing itu, membuat penggunanya terus bertambah. Dengan peningkatan ini, bisa dipastikan kebutuhan tas penyimpanan piranti elektronik ini juga akan makin meningkat. Eko Sulistyo, produsen tas laptop merek Tristan di Depok, Jawa Barat, mengatakan saat ini keberadaan tas laptop menjadi sangat penting. Selain berfungsi sebagai sarana penyimpan, tas laptop juga menjadi wadah pengamanan dari kemungkinan terjatuh, kotor dan benturan benda keras.Kebutuhan ini jelas membuka celah yang besar bagi bisnis pembuatan dan penjualan tas laptop. Apalagi, Agus Purnomo Sidik, produsen tas laptop merek Exotic, menambahkan, permintaan tas laptop bakal terus tumbuh. Maklum, tren pemakaian laptop terus menanjak di berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya di perkotaan, tren menenteng laptop juga mulai merambah pedesaan, seperti layaknya telepon genggam.Pasar yang besar dan terus tumbuh itu membuat bisnis Eko yang dia mulai sejak tahun 2008 bertumbuh cepat. Kini dia mampu menjual hingga 300 tas berbagai model dan warna dalam sebulan. Ia mendapat banyak pesanan dari perorangan. Namun, kadang juga dari korporasi. "Biasanya perusahaan memesan sekitar 200-300 tas dalam satu periode waktu," imbuh dia. Eko menjual tas merek Tristan buatannya dengan rentang harga antara Rp 185.000 sampai Rp 250.000 per unit.Adapun penjualan tas buatan Agus memang lebih kecil. Agus yang mulai menerima order pembuatan tas laptop sejak 2006 kini rata-rata menerima pesanan pembuatan laptop sebanyak 40 unit per bulan. Maklum, dia hanya memproduksi tas dari bahan kulit. "Segmen yang menyukai bahan kulit cukup terbatas, namun lebih loyal," jelas dia. Karena terbuat dari bahan dasar kulit, harga tas laptop Exotic lebih mahal, sekitar Rp 300.000-Rp 500.000 per unit.Pembeli tas buatan Agus lebih banyak dari kalangan perseorangan. "Orderan dari perusahaan sifatnya hanya sesekali," imbuh dia. Seperti saat ini, Agus sedang mengerjakan pesanan 1.000 tas laptop berbahan kulit untuk salah satu perusahaan besar berstatus BUMN. Agus bilang, pembuat tas laptop berbahan kulit masih sangat sedikit. Padahal, peminatnya banyak. Tas laptop kulit memiliki kelebihan dari sisi elastisitas bahan serta ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan bahan nonkulit. Saat ini Agus lebih memilih fokus menggarap pasar lokal. "Selanjutnya jika memungkinkan baru ekspor ke luar negeri," ujarnya. Walau fokus ke pasar lokal, Agus tetap berusaha menambah pelanggan dengan mempopulerkan tas laptop berbahan kulit melalui jaringan internet. Baik Agus dan Eko memproduksi tiga jenis tas laptop. Yaitu model tas jinjing, selempang dan ransel. Dalam sebulan, keduanya mengaku bisa mengantongi omzet rata-rata Rp 20 juta. "Itu di luar omzet pesanan partai besar dari perusahaan," kata Eko. Agar lebih terkenal, keduanya banyak menggunakan jaringan penjualan online.

Eko mengaku terus memantau perkembangan desain dan bentuk (style) dari tas laptop di pasaran. Ia menerima masukan dari pelanggan mengenai kekurangan dan hal yang perlu diperbaiki dari tas laptop merek Tristan buatannya. "Saat ini tas laptop di pasaran masih mengutamakan fungsi daripada style," ujarnya.Bermunculannya berbagai jenis dan merek tas laptop di pasar lokal belakangan ini membuat persaingan kian ketat. Eko sadar betul akan hal itu. Maka, dia pun memutuskan mulai melirik pasar ekspor. Meski begitu, Eko tetap melihat bahwa peluang pasar dalam negeri masih sangat besar. Karena itu, dia tetap akan mempertahankan hasil yang telah diraihnya di pasar dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi