KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keterbukaan terhadap teknologi yang lebih maju berpotensi membangkitkan dan meningkatkan daya saing global industri manufaktur makanan & minuman Indonesia. Nah, badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru menyediakan peluang mendukung manufaktur makanan minuman Indonesia menerapkan teknologi pintar yang bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik. Teknologi sistem keamanan tinggi yang dapat membantu mengelola keselamatan dengan mengurangi kontak antar sesama manusia. “Juga sistem pendingin udara yang fleksibel, rekayasa industri virtual yang mempermudah analisa data dan pengambilan keputusan, dan teknologi virtual untuk K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan),” terang Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (6/5). Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, sekitar 49,2% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9% berasal dari makanan olahan. Pertumbuhan industri makanan dan minuman mengalami penurunan dari 7,8% pada tahun 2019 menjadi 1,5% pada tahun 2020 akibat gangguan dari pandemi COVID-19.
Menggenjot industri makanan dan minuman bisa dengan bantuan teknologi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keterbukaan terhadap teknologi yang lebih maju berpotensi membangkitkan dan meningkatkan daya saing global industri manufaktur makanan & minuman Indonesia. Nah, badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru menyediakan peluang mendukung manufaktur makanan minuman Indonesia menerapkan teknologi pintar yang bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik. Teknologi sistem keamanan tinggi yang dapat membantu mengelola keselamatan dengan mengurangi kontak antar sesama manusia. “Juga sistem pendingin udara yang fleksibel, rekayasa industri virtual yang mempermudah analisa data dan pengambilan keputusan, dan teknologi virtual untuk K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan),” terang Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (6/5). Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, sekitar 49,2% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9% berasal dari makanan olahan. Pertumbuhan industri makanan dan minuman mengalami penurunan dari 7,8% pada tahun 2019 menjadi 1,5% pada tahun 2020 akibat gangguan dari pandemi COVID-19.