Menggenjot penjualan properti di paruh kedua



JAKARTA. Industri properti mendapat angin segar, pasca kuncupnya penjualan di awal tahun. Katalis positif datang dari kebijakan Bank Indonesia yang melonggarkan batasan pagu kredit atas pinjaman rumah ke bank atau loan to value serta dibolehkannya asing memiliki properti khususnya apartemen di Indonesia.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Metropolitan Land Tbk (Metland) Olivia Surodjo meyakini, kebijakan tersebut bisa mendorong laju pertumbuhan penjualan properti  pada semester dua tahun ini. 

Apalagi, fakta juga menyebutkan bahwa pembayaran  bank atau kredit pemilikan rumah atau KPR mendominasi sebanyak 80% dalam transaksi penjualan hunian di Metland. "Memang tidak akan menyamai dua atau tiga tahun lalu tapi sedikit lebih baik ketimbang semester pertama," tandas Olivia kepada KONTAN, Rabu (1/7).


Sales & Marketing Division Head PT Duta Paramindo Sejahtera C.Y. Andreas juga memprediksi, kebijakan BI bisa meningkatkan penjualan perusahaannya 20% dari penjualan semester I-2015. Meski porsi pembelian dengan KPA di Duta Paramindo tak mendominasi, yakni hanya 25%.

Sementara pengembang properti pelat merah PT Wika Realty  berharap penjualan mereka di semester II meningkat 10% ketimbang semester I. Direktur PT Wika Realty Imam Sudiyono bilang, proyeksinya juga memasukkan dampak dari kebijakan membolehkan warga negara asing memiliki properti. Saat ini porsi pembelian KPR dalam transaksi penjualan Wika Realty adalah 40%.

Pendapat sedikit berbeda datang dari Komisaris PT Margahayuland Development Hari Raharta. Komisaris pengembang yang menyiapkan proyek mixed use Superblok 19 Avenue di Tangerang, efek aturan LTV baru akan terasa efeknya dua bulan lagi. Awal semester II, belanja masyarakat masih berkonsentrasi Lebaran dan libur sekolah.

Meski begitu, ini tak menyurutkan rencana pengembang asal Bandung ini untuk  meluncurkan menara kedua dan ketiga serta area komersial pendukung di Superblok 19 Aveneu, Tangerang.

Chief Executive Officer PT Margahayuland Development Anti Gantira menyebut, efek pelonggaran beleid LTV baru terasa enam bulan pasca aturan berlaku.  Tapi ini juga harus didukung makro ekonomi yang lebih stabil.

Tantangan suku bunga

Theresia Rustadi, Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Pengembangan Usaha Real Estate Indonesia juga  berharap,  ada gairah pasar properti pasca Lebaran. Peluang belanja properti muncul seiring penerimaan tunjangan hari raya (THR). Apalagi, secara historikal, kontribusi pendapatan perusahaan properti semester II umumnya juga  lebih besar. "Kontribusi penjualan semester II bisa mencapai 55%-60%, sisanya dari semester I," kata Olivia.

Pengamat properti yang juga Kepala Riset Savills PCI Anton Sitorus mengingatkan, pertumbuhan ekonomi masih lambat dan suku bunga kredit yang tinggi masih menghantui penjualan.  Pasalnya, meski uang muka kredit lebih kecil, bank ogah turunkan bunga. Alhasil, beleid pelonggaran LTV tak banyak artinya. "Saya prediksi pasar properti semester II tak banyak berubah," kata Anton.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia