Menggosok untung dari kilau perhiasan bebatuan (2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhiasan dari produk bebatuan kini semakin disukai oleh kaum hawa. Tak cuma oleh para ibu saja tapi juga wanita muda alias milenial. Tampilan yang lebih menawan dan harga yang tidak terlalu menguras isi kantong membuat pernak-pernik perhiasan dari batu alam dan imitasi tersebut terus banjir pemintaan.

Para pembuat perhiasan dari bebatuan pun kini sudah bisa merasakan manisnya berbisnis aksesori tersebut. Seperti misalnya Nur Hikmatul Jannah, pemilik Lunarshop.  Berbekal penjualan online, via media sosial Instagram, dirinya kini bisa menjual beragam produk perhiasan racikannya. Mulai dari gelang, cincin, kalung dan bros, benda perhiasan yang banyak dipakai kalangan perempuan.

Pembeli yang datang tidak cuma berasal dari daerah tempat tinggalnya, yang ada di Pasayangan, Martapura, Kalimantan Selatan, tapi juga daerah-daerah lainnya.  "Malah, pembeli juga ada yang dari Moskow, Rusia. Harapannya juga ada dari negara lainnya," katanya kepada KONTAN.

Baca Juga: Kisah Zetria Dharma menjalankan bisnis aksesori perhiasan (bagian 1)

Sebagai penggemar pernak-pernik perhiasan, Nur beruntung berada di tempat tinggalnya karena menjadi salah satu daerah penghasil bebatuan. Beragam batu alam, mulai dari batu giok, rubi, hingga yang lainnya bisa ia dapat dengan mudah di sana.

Baca Juga: Kisah Eka Haryani mengangkat pamor mutiara barok di produk kerajinan (bagian 1)

Sedangkan untuk urusan pembuatan produk kerajinan tersebut, ia dibantu oleh dua orang perajin. "Sampai saat ini jenis batu giok dan batu amethyst  masih yang paling laku di cari," ucapnya.

Baca Juga: Tiga pengrajin batik asal Yogya jajaki kolaborasi dengan perusahaan Portugal

Untuk bisa membeli produk dari Lunarshop, konsumen cukup memesannya via online. Dalam jangka waktu satu minggu sampai dua minggu, orderan sudah bisa dikirim. Harga jual dari produk Lunarshop sendiri mulai dari Rp 80.000 saja hingga jutaan rupiah. 

Dalam seminggu, Nur mengklaim bisa mendapatkan 40 orderan sampai 50 orderan. Dengan hasil tersebut, ia bisa meraup omzet hingga Rp 150 juta setahun.

Dengan hasil tersebut, ia pun berencana membuka toko offline di tempat kediamannya. "Karena banyak pembeli yang ingin datang langsung untuk melihat produk secara riil," tandasnya. 

Harapannya, omzet yang ia raih bisa lebih besar lagi. Yakni bisa mencapai Rp 20 juta per bulan yang setara Rp 240 juta setahun. "Kami masih punya kendala di modal dan tenaga kerja," jelasnya.

Pemain lainnya, Ana Dewi juga menikmati bisnis pernak-pernik perhiasan. Apalagi ia memakai bahan baku dari batu imitasi yang didapat di Pasar Asemka, Jakarta Barat. "Semua bahan dari sana, dan produk impor dari China," katanya.

Bahan yang ia pakai yakni batu sintesis mutiara, kristal, batu manik kayu, keramik hingga manik-manik plastik. Dengan dibantu suami, proses pembuatan satu produk perhiasan cukup ia kerjakan selama dua hari saja. Dan ia bisa mendapat orderan 1.000 buah sampai 2.000 buah perhiasan dalam sebulan dengan harga jual mulai dari Rp 5.000 - Rp 150.000 per buah. Omzetnya, bisa tembus Rp 900 juta setahun.

Untuk tahun ini ia targetkan omzet bisa dua kali lipat lewat mengikuti bazar dan membuka toko offline.         

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon