Usaha karikatur kilat tak butuh modal besar. Tapi, karikaturis memerlukan keterampilan membuat karikatur dan modal kertas, pensil, dan pena. Dalam waktu hanya tiga jam, seorang karikaturis kilat di Surabaya mampu membuat 30 karya. Pendapatannya mencapai Rp 22,5 juta per bulan.Karikatur bisa dibuat hanya dalam hitungan menit. Jika tak percaya, tengok saja usaha karikatur kilat milik Teguh Wahyudi. Lelaki 39 tahun ini menjual kelihaiannya membuat sketsa dan karikatur kilat. Ada embel-embel kilat karena pengerjaan sebuah karikatur hanya makan waktu lima menit. "Bahkan tahun 2003, saya pernah mengerjakan karikatur wajah Menteri Pariwisata I Gede Ardika dalam waktu dua menit," kata Teguh. Itu karya pertamanya saat ia menginjakkan kaki di tempat usahanya di Pasar Malam Kya-kya Surabaya delapan tahun lalu.Teguh mengambil tawaran temannya menjadi seniman karikatur kilat karena ia tak melihat ada karikaturis kilat saat itu. Banyak karikaturis, tapi jarang yang bisa mengerjakan karikatur dengan cepat. Bakat dan ilmu dari Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya menjadi modalnya sebagai karikaturis kilat. Lulus kuliah tahun 1994, Teguh fokus mengerjakan sketsa. "Banyak sekali sketsa yang saya buat tergeletak di rumah sampai saya terpikir untuk menjualnya," katanya. Setelah menguasai sketsa, Teguh merambah karikatur. Di pasar malam, Teguh mendapat banyak pesanan. Ia bisa kebanjiran 30 pesanan dari pukul 19.00 hingga 22.00, bahkan lebih lama lagi. Bila akhir pekan tiba, pesanan membludak. "Malah pernah ada pemesan menunggu saya sampai pukul 12 malam. Dia tidak mau pulang sampai gilirannya dikerjakan," imbuh Teguh. Satu sketsa dan karikatur kilat harganya Rp 25.000. Dengan asumsi 30 pesanan per hari, Teguh bisa meraup omzet lebih dari Rp 22,5 juta per bulan. Biasanya Teguh membuat sketsa wajah anak-anak. Namun, setelah ia menguasai karikatur, dua tahun belakangan banyak pemesan minta dibuatkan karikatur. Bila sketsa cukup menggambar wajah sesuai aslinya, karikatur bisa dibuat lebih leluasa. Kepala objek bisa lebih besar dari badan. Ia pun bisa menambahkan objek lain di samping objek utama. Paling penting, karikatur harus lucu. "Misalnya, karikatur seorang anak naik kuda," ujar Teguh. Pasar konsumen terbesar Teguh adalah anak-anak. Biasanya, ketika mereka datang minta dibuatkan karikatur, anak-anak itu datang membawa foto. Ada juga anak langsung duduk di depan Teguh minta digambar wajahnya. Selain bekerja di lapangan, Teguh juga menerima pesanan karikatur via Facebook dan blognya http://lukiswajahkilat.blogspot.com. Dari dunia maya, ia bisa dapat 5 hingga 7 pesanan saban bulan. Satu karikatur di kertas A3 harganya Rp 75.000 dan Rp 100.000 untuk karikatur di kertas 20 R. Teguh yakin usaha karikatur kilat masih bagus untuk terus digeluti. "Sebab masih sedikit pemain karikatur kilat bagi masyarakat kelas bawah," katanya. Tonny Siswoyo, lulusan Institut Kesenian Jakarta, menerima pesanan karikatur kilat lewat acara promosi produk. Di acara itu ia diberi stan khusus untuk melayani permintaan pengunjung. Tonny melayani pesanan dari acara perusahaan susu, minyak wangi, rokok, pembukaan apartemen, dan acara tertentu dari penyelenggara acara. "Kadang saya membuat karikatur orang-orang yang menang di acara itu. Atau kalau mereka beli produk, dapat hadiah langsung berupa karikatur buatan saya," tutur pria 30 tahun yang sudah menerima pesanan paket karikatur sejak 2001. Penyelenggara acara menyewa kemampuan Tonny selama 4 hingga 8 jam. Dalam waktu 8 jam, Tonny mampu membuat sekitar 30 karya karikatur dengan lama pembuatan 15 menit per karya. Setiap karya hanya butuh kertas dan pensil. Pemilik acara membayar Tonny per paket dengan tarif Rp 700.000 hingga Rp 2 juta. Tapi, jumlah pesanan paket yang datang kepadanya tak pasti. Kadang tiga kali sebulan, malah pernah nihil sama sekali. Usaha karikatur kilat berbeda datang dari Yori Yuniawan. Ia menawarkan karikatur digital dengan pengerjaan kurang dari satu jam. Mulanya, Yori mengerjakan karikatur secara manual. Yori membuat sketsa di selembar kertas. Bila sudah jadi, gambar di-scan supaya berpindah ke program pengeditan di komputer. "Saya memodifikasinya dengan Vector dan Adobe Photoshop. Hasilnya lantas dicetak," kata Yori. Cetakan itu bisa dibingkai. Harga jasa buat karikatur berbeda dengan cetak. Yori mematok sebuah sketsa karikatur berbagai ukuran Rp 100.000. Harga cetak ditentukan ukuran dan media gambar. Yori memasang harga Rp 150.000 untuk cetakan di kanvas berukuran 30 x 40 cm. Adapun cetak di kanvas berukuran 50 x 60 cm harganya Rp 200.000. Yori juga menyediakan kertas foto sebagai media karikatur. Harganya, Rp 80.000 di kertas foto berukuran 30 x 40 cm. Di kertas foto 50 x 60 cm karikatur itu harganya Rp 130.000. "Kebanyakan orang memesan di kanvas karena hasilnya terlihat seperti lukisan dan tahan lama," tutur Yori, 35 tahun. Dalam sehari, Yori mampu mengerjakan 10 karikatur digital kilat. Pemesannya datang dari Jakarta, Pekanbaru, Medan, Palembang, Bandung, dan Bali. Yori mampu menjangkau pemesan dari luar Jakarta karena ia menggunakan media promosi internet via blog di http://caricature.alfyori.com. Yori mengatakan, banyak orang cenderung menyukai karikatur digital yang serba cepat. "Karena dengan karikatur digital bisa diwarnai dan ditambahi efek-efek seperti asap," katanya. Tapi, kecenderungan ini tak sejalan dengan perkataan Teguh dan Tonny. Menurut mereka, karikatur yang dibuat dengan tangan lebih banyak diincar pembeli. “Waktu pengunjung datang memesan, mereka lihat saya menggoreskan pensil di kertas. Itu nilai lebih jualan karikatur manual,” kata Tonny. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menggurat omzet padat dari usaha karikatur kilat
Usaha karikatur kilat tak butuh modal besar. Tapi, karikaturis memerlukan keterampilan membuat karikatur dan modal kertas, pensil, dan pena. Dalam waktu hanya tiga jam, seorang karikaturis kilat di Surabaya mampu membuat 30 karya. Pendapatannya mencapai Rp 22,5 juta per bulan.Karikatur bisa dibuat hanya dalam hitungan menit. Jika tak percaya, tengok saja usaha karikatur kilat milik Teguh Wahyudi. Lelaki 39 tahun ini menjual kelihaiannya membuat sketsa dan karikatur kilat. Ada embel-embel kilat karena pengerjaan sebuah karikatur hanya makan waktu lima menit. "Bahkan tahun 2003, saya pernah mengerjakan karikatur wajah Menteri Pariwisata I Gede Ardika dalam waktu dua menit," kata Teguh. Itu karya pertamanya saat ia menginjakkan kaki di tempat usahanya di Pasar Malam Kya-kya Surabaya delapan tahun lalu.Teguh mengambil tawaran temannya menjadi seniman karikatur kilat karena ia tak melihat ada karikaturis kilat saat itu. Banyak karikaturis, tapi jarang yang bisa mengerjakan karikatur dengan cepat. Bakat dan ilmu dari Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya menjadi modalnya sebagai karikaturis kilat. Lulus kuliah tahun 1994, Teguh fokus mengerjakan sketsa. "Banyak sekali sketsa yang saya buat tergeletak di rumah sampai saya terpikir untuk menjualnya," katanya. Setelah menguasai sketsa, Teguh merambah karikatur. Di pasar malam, Teguh mendapat banyak pesanan. Ia bisa kebanjiran 30 pesanan dari pukul 19.00 hingga 22.00, bahkan lebih lama lagi. Bila akhir pekan tiba, pesanan membludak. "Malah pernah ada pemesan menunggu saya sampai pukul 12 malam. Dia tidak mau pulang sampai gilirannya dikerjakan," imbuh Teguh. Satu sketsa dan karikatur kilat harganya Rp 25.000. Dengan asumsi 30 pesanan per hari, Teguh bisa meraup omzet lebih dari Rp 22,5 juta per bulan. Biasanya Teguh membuat sketsa wajah anak-anak. Namun, setelah ia menguasai karikatur, dua tahun belakangan banyak pemesan minta dibuatkan karikatur. Bila sketsa cukup menggambar wajah sesuai aslinya, karikatur bisa dibuat lebih leluasa. Kepala objek bisa lebih besar dari badan. Ia pun bisa menambahkan objek lain di samping objek utama. Paling penting, karikatur harus lucu. "Misalnya, karikatur seorang anak naik kuda," ujar Teguh. Pasar konsumen terbesar Teguh adalah anak-anak. Biasanya, ketika mereka datang minta dibuatkan karikatur, anak-anak itu datang membawa foto. Ada juga anak langsung duduk di depan Teguh minta digambar wajahnya. Selain bekerja di lapangan, Teguh juga menerima pesanan karikatur via Facebook dan blognya http://lukiswajahkilat.blogspot.com. Dari dunia maya, ia bisa dapat 5 hingga 7 pesanan saban bulan. Satu karikatur di kertas A3 harganya Rp 75.000 dan Rp 100.000 untuk karikatur di kertas 20 R. Teguh yakin usaha karikatur kilat masih bagus untuk terus digeluti. "Sebab masih sedikit pemain karikatur kilat bagi masyarakat kelas bawah," katanya. Tonny Siswoyo, lulusan Institut Kesenian Jakarta, menerima pesanan karikatur kilat lewat acara promosi produk. Di acara itu ia diberi stan khusus untuk melayani permintaan pengunjung. Tonny melayani pesanan dari acara perusahaan susu, minyak wangi, rokok, pembukaan apartemen, dan acara tertentu dari penyelenggara acara. "Kadang saya membuat karikatur orang-orang yang menang di acara itu. Atau kalau mereka beli produk, dapat hadiah langsung berupa karikatur buatan saya," tutur pria 30 tahun yang sudah menerima pesanan paket karikatur sejak 2001. Penyelenggara acara menyewa kemampuan Tonny selama 4 hingga 8 jam. Dalam waktu 8 jam, Tonny mampu membuat sekitar 30 karya karikatur dengan lama pembuatan 15 menit per karya. Setiap karya hanya butuh kertas dan pensil. Pemilik acara membayar Tonny per paket dengan tarif Rp 700.000 hingga Rp 2 juta. Tapi, jumlah pesanan paket yang datang kepadanya tak pasti. Kadang tiga kali sebulan, malah pernah nihil sama sekali. Usaha karikatur kilat berbeda datang dari Yori Yuniawan. Ia menawarkan karikatur digital dengan pengerjaan kurang dari satu jam. Mulanya, Yori mengerjakan karikatur secara manual. Yori membuat sketsa di selembar kertas. Bila sudah jadi, gambar di-scan supaya berpindah ke program pengeditan di komputer. "Saya memodifikasinya dengan Vector dan Adobe Photoshop. Hasilnya lantas dicetak," kata Yori. Cetakan itu bisa dibingkai. Harga jasa buat karikatur berbeda dengan cetak. Yori mematok sebuah sketsa karikatur berbagai ukuran Rp 100.000. Harga cetak ditentukan ukuran dan media gambar. Yori memasang harga Rp 150.000 untuk cetakan di kanvas berukuran 30 x 40 cm. Adapun cetak di kanvas berukuran 50 x 60 cm harganya Rp 200.000. Yori juga menyediakan kertas foto sebagai media karikatur. Harganya, Rp 80.000 di kertas foto berukuran 30 x 40 cm. Di kertas foto 50 x 60 cm karikatur itu harganya Rp 130.000. "Kebanyakan orang memesan di kanvas karena hasilnya terlihat seperti lukisan dan tahan lama," tutur Yori, 35 tahun. Dalam sehari, Yori mampu mengerjakan 10 karikatur digital kilat. Pemesannya datang dari Jakarta, Pekanbaru, Medan, Palembang, Bandung, dan Bali. Yori mampu menjangkau pemesan dari luar Jakarta karena ia menggunakan media promosi internet via blog di http://caricature.alfyori.com. Yori mengatakan, banyak orang cenderung menyukai karikatur digital yang serba cepat. "Karena dengan karikatur digital bisa diwarnai dan ditambahi efek-efek seperti asap," katanya. Tapi, kecenderungan ini tak sejalan dengan perkataan Teguh dan Tonny. Menurut mereka, karikatur yang dibuat dengan tangan lebih banyak diincar pembeli. “Waktu pengunjung datang memesan, mereka lihat saya menggoreskan pensil di kertas. Itu nilai lebih jualan karikatur manual,” kata Tonny. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News