Mengharapkan Energi Terbarukan dari Obama



JAKARTA. Terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat tidak hanya direspons positif pelaku usaha di negeri Paman Sam. Pengusaha dalam negeri pun berharap angin segar rezeki bisa berembus kencang ke Indonesia.

 Salah satu yang berharap banyak adalah Hilmi Panigoro, petinggi PT Medco Energi Internasional Tbk. Menurut Hilmi, salah satu prioritas yang dikumandangkan Obama pada masa kampanyenya menjelang pemilihan adalah soal independensi energi. "Kalau Presiden Amerika Serikat bilang independensi, pasti mengarah pada energi terbarukan," kata Hilmi yang juga Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Kamis (6/11). Ditambahkannya, jika Obama mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan pengembangan energi terbarukan dalam skala besar tentu dampaknya akan sangat baik bagi Indonesia karena bisa menciptakan pasar yang besar untuk menyerap energi terbarukan asal Indonesia. Masih menurut Hilmi, menurunnya harga minyak fosil seperti yang terjadi sekarang tidak berpengaruh terhadap potensi pengembangan energi terbarukan menjadi lebih besar lagi. Ia mencontohkan, salah satu bahan bakar nabati yang paling ekonomis biaya produksinya saat ini adalah bioethanol. Dalam hitungan Hilmi, biaya untuk memproduksi bioethanol sekitar US$ 50 sampai US$ 60 per barel dan siap pakai. Sedangkan harga minyak mentah yang sudah mencapai US$ 64 sampai US$ 65 per barel belum siap pakai dan masih membutuhkan proses pengolahan lagi. "Kalau sampai diolah maka harganya pasti di atas US$ 70 per barel. Jadi selama harga minyak di atas US$ 60 per barel, saya pikir bahan bakar energi terbarukan terutama bioethanol, masih akan sangat menarik," kata Hilmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: