Menghijaukan Dompet lewat Usaha Pisang Ijo



weekend-pisang-ijoJANGAN terkecoh pada namanya. Meski sebutannya pisang ijo, ia bukanlah pisang dalam arti  sesungguhnya. Pisang ijo adalah sejenis minuman yang tengah naik daun. Minuman dengan nama unik ini berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Lazimnya, minuman ini menjadi penyuci mulut. Isinya terdiri dari daging pisang yang dibalut dengan tepung beras berwarna hijau. Setelah itu diguyur bubur sumsum dan parutan es yang sudah dilumuri santan, susu kental, dan sirup. Es pisang ijo ini dulu hanya tersedia di restoran atau kedai khusus makanan tradisional di Makassar. Di tempat makan seperti itu, menu khas kota asal Jusuf Kalla ini tersedia bersama es palubutung dan sop konro. Tapi kini es pisang ijo sudah menyebar ke kawasan Indonesia bagian barat. Minuman ini sangat mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan kota-kota besar terutama Bandung, Jakarta, Surabaya, Pekanbaru, Padang dan sebagainya. Es pisang ijo ini juga mejeng di berbagai pusat jajanan (food court) ousat-pusat perbelanjaan. Sebagian gerai tergabung dalam jaringan kemitraan tertentu, namun ada juga gerai independen yang mengibarkan bendera sendiri. Sejauh ini, setidaknya ada dua usaha pisang ijo yang menawarkan kemitraan. Nah, sebelum memutuskan hendak bergabung dengan salah satunya, ada baiknya Anda juga mempertimbangkan buka usaha pisang ijo independen.
  • Waralaba pisang ijo Ala'din
Pada awalnya, waralaba pisang ijo Ala’din membuka gerai di depan minimarket-minimarket. “Kami membuat promosi dan akhirnya orang-orang terpancing,” kata Direktur Bisnis Ala’din Erri Hamdani. Ia mengaku, Ala’din menawarkan es pisang ijo hasil kreasi sendiri, lalu mengolahnya dengan cara yang berbeda. Misalnya, Ala’din tidak menggunakan pisang kukus, melainkan pisang segar yang langsung dibungkus dengan kulit tepung berwarna pandan. Usaha pisang ijo yang bermarkas di Bandung ini juga mengganti santan dengan fla beraneka rasa. Ala’din juga memberi tambahan taburan keju dan mesis berwarna-warni. Erri mengatakan, perubahan racikan dari resep tradisional ini bertujuan agar es pisang ijo lebih awet dan ringkas. Setelah tiga tahun berdiri, es pisang ijo Ala’din mewabah di Bandung, Jawa Barat. Saat ini Ala’din sudah memiliki 400 gerai dan 11 master franchise. Kalau tertarik menjadi terwaralaba Ala’din, Anda harus bermodal dana Rp 5,5 juta. Itu merupakan nilai investasi awal selama lima tahun. Jika masa lima tahun berakhir, Anda cukup membayar Rp 1,5 juta per tahun untuk memperpanjang kerjasama. Oh, iya, Anda tak perlu membayar royalti. Dari paket tadi, terwaralaba memperoleh seragam, alat promosi, pelatihan, produk perdana sebanyak 25 porsi, serta peralatan komplit dari gerobak hingga perkakas dapur. Calon terwaralaba hanya perlu menyiapkan lokasi usaha, es batu, susu, serta gelas plastik dan sendok. Kalau ingin menjadi master franchise, Anda harus membeli 20 paket mitra sekaligus. Nilai investasinya bisa dinegosiasikan dengan pewaralaba. Yang menarik, terwaralaba boleh menentukan margin keuntungan karena Ala’din membebaskan mitra menentukan harga jual. Margin keuntungannya antara Rp 1.500 hingga Rp 1.800 per porsi. Ala’din hanya mematok harga eceran terendah Rp 4.500 per porsi. Erri mengungkapkan, rata-rata setiap gerai mitra pemula bisa menjual 40 porsi per hari dengan harga Rp 4.500 hingga Rp 5.000. Tentu saja penjualan setiap mitra berbeda-beda. “Ada yang laris manis dan ada pula yang tidak,” katanya. Menurutnya, dalam tiga bulan pertama biasanya mitra junior akan ragu-ragu mengenai usaha ini. Pasalnya, pengeluaran operasional dan bahan baku terus mengucur, sementara produk pisang ijo harus terbuang karena tak tahan lama. Jadi Erri bilang, mitra memang harus berani menanggung risiko tersebut. “Justru ini bisa menjadi cambuk bagi mitra agar lebih kreatif,” tambahnya. Jika persediaan pasokan habis, terwaralaba tak perlu repot-repot memesan dari Bandung. Ala’din sudah membuka rumah produksi di setiap master franchise. Rumah produksi tersebut menjual es pisang ijo seharga Rp 2.750 per porsi dan bubur sumsum Rp 2.550 seporsi. “Setiap mitra bisa membeli minimal 25 porsi, dikirim dengan ongkos Rp 3.000,” katanya. Salah satu mitra sekaligus master franchise Ala’din adalah Lukman Hermawan. Ia mengaku, dalam dua bulan bisa menjual 20 gerai. Lukman yang memegang pemasaran di seluruh wilayah Jakarta, kecuali Jakarta Barat, sudah berhasil menggaet 55 mitra. Dari hasil kerja kerasnya itu, dia memperoleh jatah komisi 10% dari setiap paket mitra baru dan 30% penjualan bahan baku pisang ijo. Lukman sendiri memiliki gerai yang berlokasi di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setiap pekan dia bisa menjual 700 porsi es pisang ijo. “Kalau hari Sabtu dan Minggu bisa terjual 250 hingga 300 porsi,” katanya. Tak sampai dua bulan, dia mengaku sudah bisa balik modal. Cuma dengan catatan, Lukman harus berbagi hasil dengan manajemen Mal Kelapa Gading sebagai pengganti biaya sewa tempat. Saban tiga bulan sekali dia harus menyetorkan hasil usahanya ke Mal Kelapa Gading. Sebagai imbal baliknya, pihak mal menyediakan gelas plastik dan sendok. Dia hanya membayar iuran Rp 28.000 per bulan, membeli bahan baku, dan menggaji dua karyawan. Jika ingin sukses, Lukman memberikan sedikit tip. Menurut dia, lokasi yang ramai bukan jaminan bahwa usaha es pisang ijo ini akan sukses. Terwaralaba juga harus memperhatikan daya beli dan tipe konsumen di lokasi usaha.
  • Waralaba pisang ijo JustMine
Pengusaha lain yang menawarkan waralaba pisang ijo adalah Riezka Rahmatiana. Semula Riezka adalah mitra Ala’din dan sukses balik modal dalam tempo empat bulan. Namun, sejak Februari lalu, dia berusaha membangun merek sendiri bernama JustMine Pisang ijo. Akhirnya, pada 16 Maret 2009, dia resmi mendirikan outlet pertama di Jalan Geger Kalong Hilir, Bandung, di bawah bendera PT Ezka Giga Pratama. Perusahaan ini juga meracik pisang ijo mirip dengan Ala’din. Bedanya, selain menu pisang ijo modifikasi, JustMine juga menawarkan rasa asli pisang ijo khas Makassar. Modal waralaba JustMine sedikit lebih mahal dibanding Ala’din, yakni Rp 6,5 juta. Namun, selain melengkapi tawarannya dengan gerobak plus paket perdana 25 porsi, JustMine memberikan bahan lain, seperti keju, es batu, dan gelas plastik. Di paket hemat ala JustMine, terwaralaba hanya boleh menjual satu jenis produk, yakni es pisang ijo. Terwaralaba juga harus membeli bahan baku dari JustMine sebesar Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per porsi, plus ongkos kirim Rp 3.000. JustMine mensyaratkan, setiap pembelian minimal 25 porsi. Sedangkan syarat lain tak jauh beda dengan Ala’din, yakni bebas royalti dan memberikan pelatihan bagi karyawan. JustMine juga menawarkan paket waralaba lain, yakni paket kemitraan. Nilai investasi awalnya Rp 25 juta. Dalam paket ini, produk yang boleh dijual tidak hanya pisang ijo, tapi juga beberapa jenis makanan hangat dan minuman segar yang lain. JustMine juga membolehkan terwaralaba mengembalikan produk-produk yang tak laku. Hampir sama dengan Ala’din, JustMine tak mematok harga penjualan eceran. Mereka hanya memberikan kisaran harga jual pisang ijo ke konsumen, yaitu antara Rp 4.000 hingga Rp 6.000 per porsi. Saat ini sudah ada 10 gerai pisang ijo di Bandung yang berlabel JustMine. Riezka mengaku sangat menjaga kinerja setiap terwaralaba. “Saya baru buka mitra lagi kalau 10 yang tergabung sudah bagus,” katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: