Menghisap kepulan laba dari tembakau madura (1)



Permintaan terhadap tembakau di Indonesia masih besar. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya jumlah konsumsi rokok di Indonesia. Beberapa perusahaan rokok pun masih harus mendatangkan daun tembakau dari luar negeri. Inilah yang menyebabkan budidaya tembakau masih menjanjikan.

Salah satu daerah penghasil tembakau di Indonesia adalah Madura, Jawa Timur. Tembakau dari daerah ini dikenal akan kualitasnya yang tinggi.

Ada dua jenis tembakau yang banyak ditanam di Madura, yakni Prancak 95 dan Cangkring 95. "Dua jenis ini adalah varietas tembakau yang paling diminati perusahaan rokok,” terang Samukrah, petani tembakau di Pamekasan, Madura.


Dua varietas tembakau itu asli dari Pulau Garam. Samukrah menjelaskan, dua jenis tembakau itu memang cocok ditanam di Madura. Di daerah lain bisa saja hidup, tapi kualitasnya akan sangat berbeda dibandingkan daerah asalnya.

Samukrah menerangkan, varietas tembakau ini memiliki ciri khas pada aroma, warna dan pegangan. “Para ahli rokok menyebut tembakau Madura itu rasanya khas, hanya bisa didapat di sini, dan katanya ini yang paling enak,” imbuhnya.

Menurut penuturannya, tembakau Madura merupakan salah satu jenis tembakau yang harga jualnya paling tinggi dibanding jenis lainnya.

Abdul Aziz (39) petani tembakau Madura lainnya mengaku, bahwa harga jual tembakau di daerahnya cukup stabil. "Harga tembakau di daerah sawah sama gunung bisa beda. Karena tempat saya daerah gunung, harganya stabil, tidak sampai anjlok kayak di daerah sawah," ujar Aziz antusias.

Harga tembakau di daerah Aziz dibanderol antara Rp 35.000–Rp 50.000 per kilogram (kg). Saat panen November 2015 lalu, harga tembakau daerahnya dijual Rp 40.000 per kg.

Dalam satu kali panen, setiap satu hektare lahan bisa menghasilkan 8 kuintal daun tembakau. Aziz sendiri memiliki 10 hektare kebun tembakau.

Praktis dalam sekali panen, omzet yang didapat Aziz bisa mencapai Rp 320 juta. Hasil panennya ia setorkan ke tengkulak tembakau. Dari tengkulak, tembakau  disalurkan ke pabrik rokok.

Sebenarnya, petani inginnya bisa menjual langsung ke pabrik. Lumayan bisa meningkatkan harga jual. "Karena selama ini harga jual yang menentukan tengkulak," ujar pria asli Pamekasan ini.

Meski demikian, mengenai harga ini sudah ada kesepakatan antara petani, pengusaha, dan pemerintah. Hal ini dilakukan untuk menjaga nilai jual tembakau. “Jadi disepakati harga jual per kilogram adalah Rp 33.700. Tapi itu belum mutlak, perusahaan akan mempertimbangkan kualitasnya,” terang Samukrah.           

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Roy Franedya