Menghitung Ulang Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Terhadap Realisasi Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September 2022. Kali ini, suku bunga acuan dikerek sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan BI untuk meningkatkan suku bunga acuan ini merupakan langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menjaga ekspektasi inflasi ke depan dan tingkat inflasi inti.

Baca Juga: Ekonom Celios: Naiknya Suku Bunga Acuan BI Pengaruhi Konsumsi Rumah Tangga


Deputi Bidang Perencanaan Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan mengatakan, meski BI menaikkan suku bunganya, pihaknya belum menerima laporan adanya pembatalan atau penundaan investasi oleh investor.

Oleh karena itu, hal tersebut mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga acuan tersebut tidak menekan realisasi investasi di Indonesia.

"Sampai saat ini belum ada dilaporkan ke kami adanya pembatalan atau penundaan investasi oleh investor," ujar Indra kepada Kontan.co.id, Minggu (25/5).

Namun Indra menuturkan, pihaknya masih akan tetap memantau perkembangan dan memberikan fasilitasi dan asistensi serta pengawalan terhadap rencana dan realisasi investasi baik untuk proyek baru maupun perluasan.

Pihaknya juga masih optimistis dalam mengejar target investasi sebesar Rp 1.200 triliun di tahun ini bisa tercapai. Pasalnya, pada semester I-2022 realisasinya sudah terkumpul 48,7% dari target.

Sehingga Kementerian Investasi masih akan berusaha mengejar target tersebut di sisa tiga bulan ini. "Kami berharap bisa menggarap sisanya sampai akhir tahun," katanya.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, meskipun diselimuti oleh ketidakpastian global, namun dirinya optimis bisa mengejar target realisasi investasi pada tahun 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun.

Baca Juga: Sudah Ada Kepastian Suku Bunga Acuan, IHSG Diprediksi Menguat Senin (26/9)

"Target realisasi investasi di kuartal III dan IV-2022 tetap kami targetkan Rp 1.200 triliun di akhir tahun nanti. Dan di kuartal III dan IV kita sudah mempunyai strategi. Tapi yakinlah bahwa pada tahun 2022 kita akan mencapai target," ucap Bahlil dalam Konferensi Pers Kementerian Investasi/BKPM, Senin (8/8).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ekonom Senior Bank Standard Chartered Aldian Taloputra. Ia mengatakan, kenaikan suku bunga BI tidak akan signifikan mempengaruhi investasi di tahun ini. Sehingga target yang telah ditetapkan oleh pemerintah masih bisa tercapai di sisa bulan akhir ini.

Ia melihat kenaikan suku bunga BI akan dinaikkan secara terukur yang dibutuhkan untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak (bbm) dan menjaga stabilitas Rupiah ditengah kenaikan suku bunga The Fed yang agresif.

"Transmisi kenaikan suku bunga ini terhadap real sector diperkirakan baru akan terlihat tiga kuartal ke depan dan mungkin bisa lebih lambat mengingat likuiditas perbankan yang saat ini masih cukup tinggi," kata Aldian kepada Kontan.co.id.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Tauhid mengatakan bahwa kenaikan suku bunga BI memiliki dampak terhadap Penamanan Modal Dalam Negeri (PMDN) meskipun tidak tertalu tinggi dampaknya.

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik Lagi, Seperti Apa Efeknya terhadap Dunia Usaha?

"Yang PMDN saya kira pengaruhnya ada, tapi tidak terlalu tinggi lah. Yang terpukul sebenarnya di konsumsi, kalau itu pasti terpuku," ucap Tauhid kepada Kontan.co.id, Minggu (25/9).

Dengan begitu, dirinya juga melihat target investasi yang ditetapkan sebesar Rp 1.200 triliun masih cukup berat untuk dicapai. Hal ini dikarenakan adanya kondisi global yang masih tidak menentu.

"Tidak tercapai, cukup berat karena pukulannya kenaikan harga BBM itu orang (investor) akan menghitung ulang," tandasnya.

Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan bahwa dengan kenaikan tingkat suku bunga BI sebesar 50 basis poin, maka akan memberikan efek ke tingkat investasi.

Hal ini dikarenakan dengan kebijakan moneter yang ada, investor akan cenderung wait and see untuk alokasi investasi dan likuiditas akan cenderung berkurang di sistem perekonomian.

"Tetapi, target Rp 1.200 triliun investasi pada tahun 2022, relatif masih achievable dengan catatan tidak ada perubahan kebijakan moneter yang mengeskalasi tingkat suku bunga ini," kata Ajib kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Kenaikan Bunga The Fed dan Resiko Resesi Semakin Memukul Pasar Saham dan Obligasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto