Lirik lagu menanam jagung di kebun kita sepertinya bisa berubah menjadi mengimpor cangkul ke sawah kita. Janji Nawa Cita untuk kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor pertanian kembali dipertanyakan. Tak perlu program hebat bila hal sederhana memenuhi kebutuhan cangkul petani saja belum terpenuhi. Petani kecewa ketika pemerintah membuka keran impor cangkul. Apalagi industri alat pertanian dalam negeri sedang susah. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga, terpeleset pula. Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia bilang, industri cangkul sudah lama menyusut karena sulitnya mendapat mata cangkul. Alhasil, cangkul dari China dan Thailand merajalela. Penderitaan bertambah ketika Kementerian Perdagangan mengizinkan impor cangkul kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia Juni 2016. Dari rencana impor 1,5 juta unit cangkul, baru terealisasi 86.190 unit. “Kami sesalkan, kenapa BUMN pula yang impor?” keluh Henry kepada KONTAN, Selasa (1/11).
Mengimpor cangkul ke sawah kita
Lirik lagu menanam jagung di kebun kita sepertinya bisa berubah menjadi mengimpor cangkul ke sawah kita. Janji Nawa Cita untuk kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor pertanian kembali dipertanyakan. Tak perlu program hebat bila hal sederhana memenuhi kebutuhan cangkul petani saja belum terpenuhi. Petani kecewa ketika pemerintah membuka keran impor cangkul. Apalagi industri alat pertanian dalam negeri sedang susah. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga, terpeleset pula. Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia bilang, industri cangkul sudah lama menyusut karena sulitnya mendapat mata cangkul. Alhasil, cangkul dari China dan Thailand merajalela. Penderitaan bertambah ketika Kementerian Perdagangan mengizinkan impor cangkul kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia Juni 2016. Dari rencana impor 1,5 juta unit cangkul, baru terealisasi 86.190 unit. “Kami sesalkan, kenapa BUMN pula yang impor?” keluh Henry kepada KONTAN, Selasa (1/11).