Makanan dan minuman tak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok umat manusia yang harus terpenuhi. Dus, bisnis yang menyangkut kebutuhan primer ini pun tak pernah kehilangan pamor serta selalu menjanjikan keuntungan. Seiring pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan masyarakat, makanan dan minuman pun jadi bagian gaya hidup.
Dahulu, orang boleh jadi lebih sering menyantap makanan yang dimasak di rumah. Makan di luar jadi sesuatu yang mewah. Akan tetapi sekarang, kesibukan di tempat kerja disertai jalanan macet mengubah pola tersebut. Orang-orang menyukai segala sesuatu yang praktis, termasuk untuk urusan perut. Makanya, produsen pun kerap membuat makanan dan minuman dalam bentuk kemasan. Nah, produk-produk ini sangat erat kaitannya dengan perisa makanan (flavour). Berdasarkan SNI 01-7152-2006, perisa merupakan bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat, dengan atau tanpa ajudan perisa untuk memberi rasa, dengan pengecualian rasa asin, manis, dan asam.
Mayoritas produk makanan dan minuman menggunakan perisa untuk menyempurnakan rasa produknya. Perisa ini dijadikan salah satu komposisi dalam membuat produk. Walaupun, tentu saja, ada produk yang tak menggunakan perisa. Produsen perisa makanan di dalam negeri bisa dihitung dengan jari. Rata-rata produsen ini juga merupakan perusahaan besar yang sudah berkecimpung lama dalam bisnisnya. Bahkan, beberapa di antaranya bekerjasama dengan perusahaan berskala multinasional. Salah satu di antaranya ialah PT Indesso Aroma. Perusahaan ini didirikan sejak 1968 di Semarang, Jawa Tengah. Awalnya, bisnis Indesso bergerak di bidang penyulingan minyak cengkeh. Perusahaan ini semakin berkembang setelah bergabung dengan Firmenich, perusahaan perisa asal Swiss, yang memiliki pabrik di Karawang, Jawa Barat. Arianto Mulyadi, Senior Manager Corporate Communications Indesso, menuturkan, kebutuhan perisa makanan sangat tinggi dan semakin bertumbuh seiring dengan meningkatnya produk makanan dan minuman siap saji. “Rata-rata produk itu membutuhkan perisa,” ujarnya. Arianto menjelaskan, faktor utama yang membuat suatu produk makanan atau minuman disukai adalah rasa. Ini tak dapat disangkal lagi. Nah, rasa itu menyangkut apa yang ditangkap indra perasa dan indera penciuman melalui aroma makanan atau minuman tersebut. Jadi, semenarik apa pun kemasan produk dibuat atau strategi pemasaran yang efisien sekalipun akan jadi sia-sia bila rasa dari produk makanan atau minuman itu tak diterima oleh masyarakat. Karena itu, perusahaan yang memproduksi makanan atau minuman tak main-main dalam menciptakan rasa. Adapun perisa merupakan bahan atau konsentrat yang membantu menghasilkan rasa atau aroma tertentu pada produk makanan dan minuman. Arianto bilang, dalam skala dunia, ada 10 perusahaan yang menguasai pasar perisa. Beberapa di antaranya ialah Givaudan, Firmenich, IFF, Symrise, Takasego, Sensient, Mane, dan Hasegawa. Nah, sebagian dari perusahaan multinasional ini masuk ke pasar Indonesia dengan menggaet perusahaan lokal. “Sekitar 80% produsen perisa di Indonesia merupakan perusahaan multinasional,” tuturnya. Menurut penelusuran KONTAN, produsen perisa makanan ini tergabung dalam Asosiasi Flavor dan Fragran Indonesia (AFFI). Anggota AFFI sampai saat ini mencakup 12 perusahaan. Selain Indesso dan Firmenich, anggota asosiasi ini memang didominasi perusahaan multinasional yang disebutkan di atas. Rata-rata perusahaan tersebut juga membangun pabrik di dalam negeri. Ambil contoh Indesso yang digaet Firmenich sebagai distributor perisa makanan. Selain memasarkan perisa, Indesso juga berhak melakukan proses compounding atau pencampuran bahan baku untuk menjadi produk yang lebih spesifik. Arianto mengakui, banyak perusahaan multinasional yang melirik pasar Indonesia karena potensinya yang besar. Bila dihitung-hitung dari kebutuhan dalam negeri, Arianto bilang, potensi pasar perisa lebih dari Rp 5 triliun saban tahun. Klien Indesso untuk produk perisa tak terbatas untuk pasar dalam negeri. Bekerjasama dengan perusahaan multinasional memungkinkan Indesso untuk memasarkan produknya ke semua negara di kawasan Asia Tenggara serta Sri Lanka. Padat modal dan padat teknologi Setelah melihat potensi yang besar ini, apakah Anda tertarik untuk menggeluti usaha perisa makanan? Sebelum mengambil keputusan, ada baiknya Anda menyimak penjelasan Arianto soal bisnis perisa makanan. Dia menyatakan, tak mudah merintis perusahaan perisa makanan. Pasalnya, usaha ini bukan hanya padat modal, tapi juga padat teknologi. Sebab, untuk menciptakan perisa yang jumlahnya secuil dalam sebuah produk, proses yang dilalui sangat panjang dan tak mudah. Padahal, bila melihat kemasan produk makanan atau minuman, Anda akan melihat perisa hanya salah satu komponen dalam daftar komposisi bahan bakunya (ingredients). Perisa bisa dibuat dari bahan natural dan sintetik. Secara sederhana, proses manufaktur perisa dilakukan dengan mencampur beberapa bahan baku yang sudah ditakar dengan kadar yang tepat. Nah, tahapan menakar dan campuran bahan baku ini sangat teknis. Apalagi bila dilakukan dalam skala besar, teknologi yang dibutuhkan pun harus mutakhir. Misalnya saja, untuk menghasilkan perisa jeruk. Produsen makanan harus mengetahui jenis jeruk yang mau digunakan, lantas bagaimana rasa yang ingin ditonjolkan dari produk itu. Barulah produsen perisa seperti Indesso bisa merumuskan bahan baku yang dibutuhkan serta memprosesnya. Bahkan, Arianto menjelaskan, bisa jadi dalam membuat perisa jeruk tersebut sama sekali tak melibatkan bahan baku jeruk. "Rasa jeruk bisa dimanipulasi dengan bahan kimia, yang tentunya sesuai aturan BPOM dan terbukti tak berbahaya bagi tubuh manusia," ucap dia. Arianto bilang, perisa natural tak selalu lebih baik dibandingkan perisa sintetik. Pasalnya, pada bahan natural pun terdapat molekul kimia yang mungkin tak dibutuhkan atau berbahaya bagi tubuh. Meski demikian, perisa natural biasanya lebih mahal dibandingkan sintetik. Untuk menghasilkan perisa natural, bahan yang dibutuhkan biasanya lebih banyak. Indesso memproduksi ribuan produk perisa makanan dan minuman. Arianto mengatakan, kebanyakan produk dibuat berdasarkan permintaan klien. Namun, Indesso juga punya produk-produk andalan yang biasanya digunakan untuk klien dalam skala kecil. Sebelum membuat perisa, Indesso membuat sampel terlebih dahulu. Di kantornya yang terletak di kawasan Jakarta Pusat, Indesso punya laboratorium khusus untuk membuat sampel. Laboratorium ini juga memiliki mesin ultra high temperature (UHT), sterilisasi dan pasteurisasi minuman dalam skala kecil. Meski berskala kecil, harganya mencapai miliaran rupiah. Biasanya, klien berkonsultasi dahulu mengenai produk yang ingin dibuat. Misalnya saja ingin membuat minuman dalam kemasan gelas plastik. Klien menentukan rasa dan aroma yang diinginkan, lantas Indesso mengarahkan jenis perisa yang dibutuhkan untuk produk itu. Arianto bilang, Indesso membuat perisa berdasarkan cost in use. Klien tinggal menyebutkan harga produk yang ingin dibuat, serta perhitungan jumlah perisa yang dibutuhkan. “Nanti Indesso akan membuat produk sesuai dengan perhitungan tersebut,” sebut dia. Perusahaan kecil biasanya memesan perisa dalam kemasan kecil sekitar 20 kg. Harganya sangat beragam, sesuai dengan bahan-bahan yang digunakan. "Untuk harga, kisarannya sangat luas, ada yang hanya US$ 10, ada yang sampai ratusan dollar AS," kata Arianto. Akan tetapi, untuk perusahaan besar, jumlah pesanan perisa ini bisa mencapai ratusan bahkan ribuan ton per tahun. Tak jarang juga, klien memesan perisa secara eksklusif, yang tidak boleh digunakan untuk produk lain. Nah, untuk klien seperti ini, Indesso tak sekadar menjual produk, tapi menawarkan konsep. Namun untuk memastikan perisa yang digunakan sudah tepat, bergantung pada sampel yang dibuat. Bila sampel sudah disetujui, barulah perisa dibuat sesuai order. Proses yang rumit inilah yang membuat tak banyak perusahaan menggeluti usaha pembuatan perisa makanan. Apalagi sumber daya yang dibutuhkan juga sangat banyak, baik dari bahan baku maupun sumber daya manusia. Arianto bilang, komponen pembuat perisa tak semuanya tersedia di dalam negeri. Maka, bergabung dengan perusahaan multinasional jadi salah satu jalan untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan. Akan tetapi, secara garis besar, ada beberapa kunci kesuksesan yang harus Anda ketahui jika ingin terjun di bisnis ini. Pertama, Anda harus punya modal yang sangat besar karena bisnis ini bersentuhan dengan teknologi canggih. Kedua, Anda harus siap dengan sumber daya manusia dan jaringan yang kuat, terutama dalam penyediaan bahan baku.
Maklum, Arianto bilang, produsen makanan dan minuman dalam skala besar tak mungkin asal-asalan memilih komposisi bahan untuk produknya. Pasalnya, untuk satu produk saja, perusahaan besar biasanya menggelontorkan dana hingga miliaran rupiah. Selain itu, yang namanya makanan dan minuman diatur oleh banyak regulasi yang tak boleh dilanggar. Arianto menyarankan, bila memang memiliki modal besar dan tertarik terjun dalam bisnis ini, mulailah dengan memproduksi makanan atau minuman. Setelah menguasai pembuatan produk tersebut, akan lebih mudah untuk masuk dalam bisnis pembuatan perisa. Kini, apakah Anda sudah mengambil keputusan? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi