Mengintip cuan saham investor ritel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi saham masih memberi keuntungan menggiurkan. Tahun lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 19,99%. Di saat yang sama, banyak investor ritel meraup untung, bahkan hingga puluhan persen.

Suherman salah satunya. Pria yang berprofesi sebagai sekuriti di sebuah perusahaan ini mencicipi manisnya cuan saham tahun lalu. "Rata-rata, saya memperoleh gain sekitar 50% hingga 60%," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (2/1).

Keuntungan tadi dia peroleh dari sejumlah saham andalan. Misalnya, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Suherman memilih saham-saham tersebut berdasarkan informasi yang diterima dari surat kabar. Pria yang pernah didaulat sebagai investor inspiratif ini memilih ADRO karena memiliki kinerja menarik.

Sedang PTBA dipilih karena permintaan batubara dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih tinggi. Suherman mengenal investasi saham sejak 2008 saat memperhatikan aktivitas di sekitar lingkungan kerjanya, di Mandiri Sekuritas. Kala itu, ia membenamkan deposit awal Rp 8 juta. Suherman membagi aset investasinya menjadi dua porsi. Sebesar 80% digunakan untuk menabung saham. Lalu, sisa 20% dia gunakan untuk trading jangka pendek.

"Untuk trading, saya memberi batasan, kalau sudah untung 10% hingga 15%, saya switch ke saham lain yang lebih murah," jelas dia.

Strategi ini membuahkan hasil. Awal 2017, portofolio Suherman sekitar Rp 90 juta. Sekarang, portofolionya naik menjadi sekitar Rp 140 juta. Nilai ini masih bisa bertambah. Sebab, pada pekan terakhir Desember 2017, Suherman sempat mendapuk untung Rp 3 juta dalam sepekan melalui initial public offering PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP).

Di awal pekan 2018, dia juga masih sempat meraup untung Rp 600.000 dalam sehari dari penjualan saham WSKT. Kemarin, Suherman juga untung Rp 1,4 juta dari saham INDY.

Siap menerima risiko

Pasar saham juga mengubah kehidupan finansial Aab Abdullah, yang sebelumnya berprofesi sebagai supir taksi. Dengan investasi awal Rp 3 juta pada 2015 silam, kini nilai portofolio saham Aab sudah mencapai Rp 180 juta.Namun, Aab mengakui sepanjang tahun 2017 lalu, ia tak banyak meraih cuan.

"Sepanjang 2017 belum banyak untung," ujar dia. Salah satu pemicunya, Aab masuk ke saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) saat harganya masih di level Rp 60 per saham.

Hingga Rabu (3/1), saham BEKS masih bersandar di level Rp 50 per saham. Meski demikian, Aab belum berencana untuk cut loss. Ia masih yakin harga BEKS bisa naik, lantaran fundamental BEKS cukup bagus.Aab menyadari risiko berinvestasi di saham. Namun, ia tetap berupaya meminimalisir risiko itu. Makanya, ia tak meletakkan investasinya di satu keranjang saja.

"Saya berencana masuk juga ke saham ASII," kata dia.

Investasi saham juga makin populer di kalangan anak muda. Zola Azaria, misalnya, sudah mulai mencari tahu tentang saham sejak duduk di bangku SMA.Sepanjang 2017, alumni Universitas Bina Nusantara ini banyak mengakumulasi saham dari sektor keuangan dan infrastruktur.

Misal, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Jasamarga Tbk (JSMR).Zola memilih saham JSMR karena JSMR banyak mendapat tender proyek pemerintah. Lalu, saham keuangan dipilih karena banyak melakukan stock split.

"Kalau sudah naik 5% harganya, saya pindah ke saham lain," katanya. Ia mengaku, sebagian saham miliknya sudah dijual. Tapi, masih ada saham yang masih dia simpan karena ia melihat adanya potensi kenaikan, misalnya saja saham BBRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie