KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsisten dalam menyisihkan sebagian penghasilannya merupakan salah satu kunci keberhasilan Direktur Keuangan PT Mega Perintis Tbk (
ZONE) Luki Rusli dalam berinvestasi. Hal ini dilakukan sejak dia mulai bekerja pada Juni 2001. Sebagai awalan, Luki memilih berinvestasi di mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Alasannya, dolar AS merupakan mata uang yang menjadi acuan di seluruh dunia sehingga punya daya tahan yang kuat terhadap inflasi. Setiap bulannya, sekitar 20%-30% penghasilannya dia alokasikan untuk membeli dolar AS dalam pecahan yang kecil. Begitu juga dengan pemasukan yang dia peroleh dari Tunjangan Hari Raya (THR), bonus kinerja, dan lain sebagainya.
Dolar AS yang dia punya terus disimpan untuk jangka panjang karena bertujuan untuk mempersiapkan tabungan masa depan untuk dirinya serta keluarganya.
Capital gain yang dia catatkan hingga saat ini sebenarnya sudah tergolong besar. Sebab Luki sudah mengoleksi dolar AS sejak kursnya masih di Rp 9.000 per dolar AS.
Baca Juga: Warren Buffett Kembali Bagi-bagi Saham ke 4 Badan Amal, Nilainya Rp 11,8 Triliun Meskipun begitu, Luki berprinsip bahwa dolar AS yang dia punya hanya akan dijual saat membutuhkan dana, misalnya untuk biaya sekolah anak-anaknya ataupun keperluan mendesak lainnya. Luki memang rutin membeli dolar AS dari penghasilan bulanannya, tetapi Luki juga memperhatikan momen pembelian yang tepat. "Saat kurs dolar AS terhadap rupiah sedang menguat, saya tahan dulu. Saya akan beli lagi saat nilai tukarnya turun lagi," ucap Luki beberapa waktu lalu. Selain dolar AS, Luki juga berinvestasi di perhiasan emas dan logam mulia batangan. Emas dipilih karena merupakan salah satu aset safe haven yang dapat menjaga nilai tukar dan menjadi incaran di saat ekonomi bergejolak. Luki menabung emas sejak harga emas masih berada di level Rp 180.000 per gram. Sama seperti dolar AS, emas yang ia miliki juga terus disimpan saja sampai ada kebutuhan tertentu.
Baca Juga: Resesi Global Mengancam, Begini Proyeksi Investasi Dapen ke Depan Pada tahun 2004, Luki mulai memperluas investasinya ke properti. Hal ini dilakukan seiring dengan kebutuhannya terhadap rumah tinggal setelah menikah pada September 2003. Ia membeli rumah tinggal pertamanya dengan menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Seiring berjalannya waktu, Luki pun berhasil menambah aset propertinya. Sebagian ada juga yang dijual untuk diganti dengan yang lebih luas. Lokasi properti menjadi hal utama yang menjadi pertimbangan Luki sebelum membelinya. Dia memilih lokasi yang strategis supaya aset tersebut punya prospek peningkatan nilai yang lebih tinggi. Belasan tahun kemudian tepatnya pada pertengahan 2019, Luki mulai memperluas investasinya ke instrumen saham. Ketertarikannya pada pasar modal muncul setelah PT Mega Perintis Tbk (ZONE) melaksanakan
initial public offering (IPO) pada Desember 2018. Ia sebenarnya sudah mendengar investasi di saham sejak lama, tetapi belum begitu tertarik. "Nah, setelah ZONE IPO, saya jadi berpikir bahwa pasar saham dapat menjadi media untuk masuk sebagai investor di perusahaan-perusahaan besar yang sudah stabil," kata dia.
Baca Juga: Ratusan Triliun Duit Masyarakat Menghilang di Robot Trading Di pasar saham, ia juga berinvestasi untuk jangka panjang. Ia mencari perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang baik, kinerja yang terus bertumbuh, punya neraca keuangan yang sehat, dan arus kas yang positif supaya bisa membiayai operasionalnya. Sejauh ini, saham-saham perbankan, retail, dan teknologi menjadi sektor favorit Luki.
"Saya juga cenderung berinvestasi di saham-saham big caps saja. Perusahaan yang membagikan dividen secara konsisten juga menjadi parameter pemilihan sahamnya," tutur Luki. Setelah tiga tahun menyelami pasar saham, Luki mengambil pelajaran bahwa konsistensi dalam menabung saham juga menjadi salah satu kunci keberhasilannya. Yang tak kalah penting, investor saham sebaiknya tidak serakah dan terburu-buru dalam menaruh dananya . Investasi di saham harus dengan perhitungan agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya. KOMPOSISI PORTOFOLIO INVESTASI
- Properti 50%
- Perhiasan, logam mulia batangan, dan dolar AS 25%
- Saham 15%
- Uang tunai 10%
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati