Mengintip Peluang Bisnis dari Teknologi Kecerdasan Buatan, Ini Tips Memulai Usaha



MOMSMONEY.ID - Ada peluang peluang dan tips memulai bisnis menggunakan teknologi kecerdasan buatan yang bisa Anda coba.

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kian pesat dalam beberapa tahun terakhir. 

Kelahiran berbagai model AI yang inovatif dan revolusioner membuka peluang pemanfaatan teknologi ini di berbagai bidang, termasuk sektor bisnis.


Deputy Director-Industry Collaboration Indonesia AI Society Adhiguna Mahendra memprediksi, pemanfaatan AI di berbagai bidang usaha akan terus meningkat.

Baca Juga: Kemendag Dorong Perempuan Pelaku Usaha Pasarkan Produk Makanan Olahan ke Kanada

"Saya yakin, ke depannya, kian banyak perusahaan yang menggunakan AI. Hal ini jadi peluang bisnis yang sangat menarik, sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan," ujarnya dalam diskusi bertajuk Disruptive Innovation in the Telecommunication Industry yang digelar Master Program Universitas Prasetiya Mulya, pekan lalu.

Adhi yang juga Chief of Business, Product & AI Strategy Nodeflux, perusahaan pengembang AI lokal, mengatakan, saat ini, setidaknya ada dua model bisnis yang bisa dimanfaatkan para entrepreneur.

Yakni, membuat perusahaan pengembang piranti lunak (software) maupun komponen fisik (hardware) berbasis kecerdasan buatan.

"Dulu pengembang (developer) AI harus memulai dari nol. Membuat algoritmanya, mengumpulkan datanya, effort-nya besar sekali, tetapi sekarang dengan banyaknya platform dan framework yang bersifat open source, pengembangan AI menjadi lebih mudah," kata Adhi. 

Baca Juga: Sirclo Bagi 3 Tips Bisnis Kian Cuan

Salah satu platform AI yang bisa dimanfaatkan para pengembang adalah Generative Pre-training Transformer (GPT) yang dikembangkan perusahaan OpenAI. Platform ini merupakan program pengolahan bahasa (large language program) yang sudah memasuki generasi ke empat.

"GPT ini bisa digunakan untuk menganalisa data, membuat laporan, dan sebagainya. Tinggal bagaimana pengembang memanfaatkan program itu, mengumpulkan datanya, membuat aplikasinya (use case), serta model bisnisnya jika hendak dipasarkan," jelas Adhi. 

Adhi berpendapat, pengembangan AI tidak membutuhkan modal besar dan bisa dilakukan oleh perusahaan berskala kecil. Bahkan, pendirian startup AI tidak memerlukan investasi hingga puluhan jutaan dollar.

Sekarang, banyak perusahaan telekomunikasi dalam negeri yang terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan pengembang skala kecil. Kolaborasi tersebut memungkinkan perusahaan pengembang untuk meningkatkan atawa scale up bisnis. 

Perusahaan pengembang AI pun tak perlu khawatir bakal kesulitan memasarkan produknya. Akses pasar bagi perusahaan pengembang software AI, sudah sangat terbuka dengan keberadaan toko aplikasi semacam Google Playstore dan App Store.

Begitu juga dengan akses pasar bagi pengembang hardware berbasis AI yang bisa dilakukan melalui berbagai platform lokapasar (marketplace).

Baca Juga: Ingin Jadi Womenpreneur? Simak Tips dari Michella Ham Pendiri Skin Game

5G mendukung pemanfaatan AI kian luas  

Potensi pemanfaatan AI di berbagai sektor industri kian besar berkat adanya teknologi telekomunikasi yang telah mencapai generasi ke lima, atau populer disebut 5G.

SVP Solution Architect at Enterprise/Business Solution Directorate PT XL Axiata Tbk Aun Abdul Wadud mengatakan, kehadiran teknologi komunikasi 5G memungkinkan proses automasi di sektor industri berjalan lebih cepat dan canggih.

"Proses bisnis dan produksi yang kompleks di sejumlah sektor industri kini bisa dilakukan secara digital. Hasilnya, produktivitas bisa meningkat, efisien, dan mengurangi kesalahan manusia (human error)," kata Abdul. 

Perusahaan telekomunikasi sebagai penyedia infrastruktur 5G, juga tengah gencar mengembangkan berbagai solusi bisnis berbasis teknologi machine learning dan AI. Teknologi 5G ini kapasitasnya sangat besar dan sangat cocok untuk dimanfaatkan di sektor industri.

"Kolaborasi dengan para pengembang teknologi AI diperlukan agar semakin banyak inovasi solusi bisnis yang lebih cerdas dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang," jelas Abdul.

Baca Juga: Kiat Bangun Bisnis Coklat ala Pipiltin Cocoa

Aneka solusi bisnis yang bisa dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan, antara lain sistem automasi untuk pemrosesan dokumen, manajemen rantai pasok, atau optimasi logistik. AI juga bisa digunakan untuk pengembangan produk dan layanan inovatif.

Dengan menggunakan teknik pembelajaran mesin dan pengolahan bahasa alami, perusahaan dapat menciptakan asisten virtual, chatbot, atau sistem rekomendasi yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan.

Abdul mencontohkan sistem automasi yang dikembangkan XL Axiata pada salah satu site di Kalimantan untuk bisnis batubara.

"Pada industri mining yang sudah didukung 5G, truk-truk sudah tanpa sopir karena dikerjakan secara automasi, dilengkapi fitur early warning system untuk mencegah tabrakan dan lainnya," ujar Abdul.

"Bahkan di China, jumlah operator truk dengan automasi sudah berkurang, yang awalnya 12 truk untuk 12 operator menjadi 12 truk untuk 3 operator," imbuh dia.   

Baca Juga: Jadi Perhatian Khusus, G7 Akan Atur Kecerdasan Buatan ChatGPT Cs

Pentingnya model bisnis yang tepat

Direktur SBE Center of Excellence Sekolah Bisnis dan Ekonomi (SBE) Universitas Prasetiya Mulya Dr. Anton Sumarlin sepakat, kehadiran teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan membuka peluang bisnis yang sangat besar dan potensial.

Namun, Anton bilang, pengembangan produk yang inovatif saja tidaklah cukup. Para entrepreneur, termasuk pengembang teknologi, harus mampu menciptakan nilai tambah dari produk yang mereka kembangkan.

Untuk itu, diperlukan model bisnis yang kuat agar perusahaan dapat bersaing di tengah perubahan ekosistem bisnis yang pesat.

Dalam merancang model bisnis yang tepat dan kuat, kata Anton, ada lima komponen analisis yang perlu dipelajari pelaku usaha.

Baca Juga: Tips UMKM Perkuat Modal Lewat Kredit

Pertama adalah value atau nilai. "Dalam komponen ini, entrepreneur perlu menentukan model bisnis yang dirancang dapat menawarkan manfaat yang dianggap berharga oleh konsumen,” ujarnya.

Kedua, adaptability atau kemampuan beradaptasi. Model bisnis perlu dirancang untuk mencapai skala keuntungan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Ketiga, rareness atau keunikan khusus. Artinya, produk atau model bisnis perlu memiliki kekhasan yang dapat dianggap nilai lebih bagi konsumen.

Keempat, inimitability, di mana keunggulan produk sulit atau bahkan tidak dapat ditiru oleh pelaku usaha lainnya.

Kelima, yang tak kalah penting adalah monetization. Dalam aspek ini, model bisnis harus bisa mendatangkan arus keuangan positif, bahkan keuntungan bagi perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita