KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum mendaki dalam trek yang solid, harga saham emiten tambang mineral mengalami fluktuasi. Sempat menguat pada pekan lalu, mayoritas saham emiten yang masuk ke dalam sektor barang baku ini justru rontok di awal Juni. Tengok saja saham PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) yang merosot 3,89% pada perdagangan Selasa (4/6). Di hari yang sama, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) ikut tumbang dengan melemah 2,04%. Sedangkan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (
NCKL) terjun sedalam 7,07%, dan sudah anjlok tujuh perdagangan beruntun. Selain itu, saham PT Timah Tbk (
TINS) juga masih ambrol. Dari Grup Merdeka yang baru merilis laporan kinerja kuartal I-2024, PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA) kompak melorot. Masing-masing melemah 3,28% dan 8,97%.
Sementara jawara di antara saham emiten tambang dipegang oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN) yang melejit 8,96%. Secara
year to date, harga AMMN sudah melonjak 95,04%, membawa saham terafiliasi Grup Salim dan Medco ini menduduki posisi ketiga market cap terbesar di bursa.
Baca Juga: Saham di Papan Akselerasi Masih Mendaki, Cermati Rekomendasi Berikut Ini Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengamati koreksi saham-saham emiten tambang mineral masih terbilang wajar. Sebab, pergerakan harga saham tambang akan sangat sensitif terhadap fluktuasi harga komoditas
underlying-nya. "Kenaikan sebagian saham-saham itu sudah cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Tren masih bisa naik, jadi bisa cermati saham-saham yang prospektif," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Selasa (4/6). Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, koreksi yang terjadi pada saham yang sebelumnya sudah naik tinggi bisa disebabkan oleh aksi
profit taking. Audi memandang secara umum emiten tambang mineral punya peluang menguat di tengah sentimen yang mengiringinya. Terutama datang dari China yang berencana mengembangkan industri semi-konduktor dengan nilai investasi jumbo, yang dikabarkan mencapai US$ 47,5 miliar. Faktor ini bisa mendorong permintaan dan harga komoditas tambang mineral seperti tembaga. "Masih akan menarik untuk hold dalam jangka waktu menengah. Kami masih melihat peluang penguatan di tengah sentimen permintaan dari China," ungkap Audi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Poultry Diprediksi Melambat, Intip Rekomendasi Sahamnya Research Analyst Phintraco Sekuritas Arsita Budi Rizqi mengamini, permintaan dari China akan menjadi katalis yang signifikan bagi prospek kinerja emiten tambang mineral. Rencana China mengembangkan industri semi-konduktor dan chip bisa menjadi sentimen positif dalam jangka panjang. Apalagi dengan adanya dorongan dari pertumbuhan ekonomi dan pemulihan manufaktur di China. Secara umum, komoditas Indonesia yang akan terpapar sentimen positif dari faktor global antara lain ada nikel dan timah.
Saat terjadi koreksi, Cheril menyarankan
buy on weakness pada saham yang prospektif. Dia memilih MDKA yang sedang menggarap sejumlah agenda ekspansi. Rekomendasinya,
hold atau
buy on support MDKA di level Rp 2.600 dengan target harga Rp 2.750 dan
stop loss di Rp 2.500. Selanjutnya,
buy MBMA dengan target harga di Rp 750 dan
stop loss jika menembus Rp 620. Arsita menyarankan untuk mencermati saham TINS, ANTM dan MDKA. Sementara Audi merekomendasikan
trading buy NCKL dengan target harga Rp 1.090 dan ANTM untuk target harga Rp 1.620. Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan
trading buy saham INCO. Kemudian cermati saham MBMA dengan
support di Rp 610 dan
resistance Rp 685 untuk target harga Rp 700 - Rp 725. Lalu,
wait and see AMMN dengan
support di Rp 10.775 dan
resistance Rp 12.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati