Mengintip Peluang IPO si Jagoan Kredit Perumahan



JAKARTA. Bank Tabungan Negara (BTN) siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di penghujung tahun ini. Lewat penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), bank pelat merah itu menawarkan saham seharga harga Rp 800 per saham. Dalam aksi ini, BTN akan melepas saham ke publik sebanyak 2,36 miliar atau setara 27,08%. Alhasil, bank yang fokus menggarap kredit pemilikan rumah (KPR) ini bakal meraup dana Rp 1,9 triliun. Wakil Direktur Utama BTN Evi Firmansyah mengklaim, harga saham IPO BTN sangat menarik. Dengan rasio harga terhadap laba per saham atau price to book value (PBV) di kisaran 1,5-2,2 kali, "Harga saham BTN sudah cukup murah," katanya, kemarin. BTN akan memakai dana IPO untuk mendongkrak rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BTN dari 15,04% jadi 27%. Bukan jangka panjang Kepala Riset Financorpindo Nusa Edwin Sebayang menilai, harga IPO BTN ini cukup ideal lantaran berada pada level dua kali nilai buku. "Namun, harga itu tidak terlalu menarik," katanya, kemarin. Sebab, menurut hitungan Edwin, rasio pengembalian modal atau return of equity (ROE) BTN hanya 15%. Rasio itu berada di bawah bank-bank lain. "Rata-rata ROE perbankan kita saat ini 18,6% hingga 27,37%," jelasnya. Evi beralasan, ROE BTN tahun ini rendah lantaran terkena imbas krisis global yang juga melanda perekonomian domestik. Menurut Evi, dengan naiknya CAR BTN pasca-IPO nanti, otomatis kucuran kredit BTN akan semakin deras. Dampak berikutnya, ROE bank ini pun bakal terkerek. Menurut Evi, tahun lalu, BTN mencatatkan ROE di kisaran 19,6% hingga 20%. Dalam risetnya, Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas Arief Kurniawan menyebut, harga saham IPO BTN cukup bagus karena PBV-nya berada di bawah PBV industri perbankan. Selain itu, permintaan perumahan di Indonesia akan berkembang seiring pertumbuhan penduduk dan pulihnya kondisi ekonomi. Arief menambahkan, dalam lima tahun terakhir, permintaan rumah baru diperkirakan mencapai 800.000 unit, sementara persediaannya hanya sekitar 400.000 unit. Ini jelas peluang besar bagi BTN. Selain itu, terjaganya rasio kredit macet BTN juga membuat saham ini menarik. Tapi, Edwin menyarankan investor sebaiknya tidak menyimpan saham BTN untuk jangka panjang. "Kalau jangka pendek bagus," tegasnya. Edwin beralasan, banyaknya pendanaan eksternal lewat penerbitan obligasi bisa meningkatkan risiko bank ini di kemudian hari. Strategi BTN yang hanya fokus menggarap kredit sektor perumahan juga menambah risiko pertumbuhan kredit bank ini. Analis Valbury Asia Securities Michael Handisurya juga bilang, meski harga IPO BTN menarik, investor perlu mewaspadai risiko kredit macet BTN akibat kenaikan bunga. Jika hal itu terjadi, kata Michael, BTN harus melakukan pencadangan atau provisi dan ini bisa menggerus labanya. Tapi, manajemen BTN menepis anggapan bahwa fokus mereka ke kredit sektor perumahan berisiko. "Kredit kami lebih banyak ke kelas menengah bawah yang minim risiko," kata Evi. Jika tak berubah, BTN berencana memulai penawaran saham 8 Desember 2009.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test