KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saudi Arabia sedang dalam proses membangun megacity yang dikenal dengan nama
The Line sebagai bagian dari proyek ambisius Vision 2030. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya antara US$100 miliar-US$200 miliar (Rp 1.588 triliun-Rp 3.176 triliun) dan merupakan salah satu elemen utama dalam upaya negara untuk melakukan diversifikasi ekonomi dan memposisikan diri sebagai pemimpin global. Proyek yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman ini bertujuan untuk menciptakan ekonomi yang lebih beragam, memberdayakan warga negara, dan menarik investasi internasional.
Baca Juga: Malam-malam Putra Mahkota Arab Saudi Menelepon Donald Trump, Apa yang Dibicarakan? Apa itu "The Line"?
Mengutip
unilad.com, The Line adalah sebuah kota futuristik yang akan membentang sepanjang 170 kilometer dengan lebar hanya 200 meter, tanpa kendaraan atau jalan raya, dan akan sepenuhnya bergantung pada energi terbarukan. Kota ini dirancang untuk menjadi inovatif dan ramah lingkungan, serta diharapkan dapat merangsang sektor pariwisata Saudi Arabia yang terus berkembang. Meskipun proyek ini terdengar menjanjikan, berbagai tantangan dan kontroversi sudah muncul.
Kontroversi Terkait Proyek The Line dan Vision 2030
Pada Februari 2023,
Middle East Eye melaporkan bahwa setidaknya 47 anggota suku Al-Howeitat di provinsi Tabuk, yang tanahnya akan digunakan untuk membangun
The Line, telah ditangkap atau dipenjara karena menentang pengusiran mereka dari tanah tersebut. Sebuah laporan oleh organisasi hak asasi manusia Alqst juga mengungkapkan bahwa 14 anggota suku tersebut dijatuhi hukuman penjara antara 15 hingga 50 tahun.
Baca Juga: Pasokan Minyak Arab Saudi ke China Turun Karena Permintaan Melemah Selain itu, proyek ini juga mendapat sorotan internasional terkait isu keselamatan kerja. Sebuah dokumenter ITV pada Oktober 2023 berjudul
Kingdom Uncovered: Inside Saudi Arabia mengklaim bahwa sekitar 21.000 pekerja asing meninggal dan lebih dari 100.000 pekerja lainnya hilang sejak dimulainya proyek Vision 2030 pada 2016. Namun, Dewan Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja Saudi Arabia membantah klaim ini, menyebutkan bahwa tingkat kematian akibat kecelakaan kerja di negara tersebut adalah 1,12 per 100.000 pekerja, yang menurut mereka adalah salah satu yang terendah di dunia.
Pembaruan Terbaru Mengenai Proyek The Line
Terlepas dari kontroversi yang mengelilingi proyek ini, Neom baru-baru ini mengumumkan perkembangan terbaru mengenai
The Line. Pada 11 November 2024, Neom mengungkapkan bahwa fase pertama proyek
The Line akan segera dimulai. Dalam pengumuman tersebut, Neom menyatakan bahwa mereka telah menunjuk mitra-mitra terkemuka dunia untuk merancang dan merencanakan kota ini, termasuk Delugan Meissl Associate Architects (DMAA), Gensler, dan Mott MacDonald, yang akan bertanggung jawab dalam desain kota, perencanaan, dan infrastruktur untuk fase pertama. Pengumuman ini juga menyebutkan bahwa Neom, dengan dukungan mitra-mitranya, telah membentuk sebuah ekosistem desain yang canggih untuk mewujudkan tujuan urban
The Line. Fase pertama dari kota ini akan mencakup perencanaan dan desain lingkungan perumahan, yang diperkirakan akan dimulai pada awal 2025.
Baca Juga: Intip 10 Negara Terkaya di Timur Tengah dengan Sumber Minyak Melimpah Ambisi Proyek dan Tantangan yang Dihadapi
Walaupun
The Line menjanjikan banyak inovasi dalam desain kota dan berpotensi menjadi model untuk kota masa depan yang berkelanjutan, proyek ini menghadapi berbagai tantangan. Masalah-masalah seperti pengusiran penduduk lokal, keselamatan pekerja, dan dampak lingkungan perlu diatasi dengan hati-hati untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan jangka panjang dari proyek ini. Namun, Saudi Arabia tetap berkomitmen untuk mewujudkan
The Line sebagai pusat inovasi dan keberlanjutan yang dapat mengubah wajah negara, sejalan dengan tujuan Vision 2030 untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan memperkenalkan Saudi Arabia sebagai pusat teknologi dan investasi internasional.
Editor: Handoyo .