KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi investasi saham Warren Buffett selalu menarik untuk diperhatikan. Ia telah lama menjadi mencusuar bagi para value investor di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway, Warren Buffet kerap mengubah racikan portofolio sahamnya. Sejauh ini, portofolio andalannya memang masih dari saham sektor teknologi dan keuangan. Pembelian ini membuat kepemilikannya di Occidental sudah lebih dari 27%. Penambahan porsi saham dilakukan tak lama setelah Occidental setuju mengakuisisi Permian CrownRock.
Baca Juga: Bukan Belajar Saham, Ini Pelajaran yang Harus Dikuasai Investor Menurut Warren Buffet Portofolio investasi saham terbesar Berkshire Hathaway saat ini masih dari Apple. Per September 2023, porsinya mencapai 48,4% dari total portofolio perusahaan ini. Kemudian disusul portofolio dari perusahaan keuangan, seperti Bank of Amerika Corp yang menyumbang 9,3%, American Express Company berkontribusi 7,2%, Moodys dengan porsi 2,6%, dan Mitsui & Co dengan porsi 1,2%. Namun, belakangan ini, Buffett juga memperkuat investasinya di sektor energi, khususnya di bidang energi terbarukan. Menurut laporan Bloomberg, dilansir Jumat (15/12), Berkshire Hathaway telah mengakuisisi hampir 10,5 juta saham Occidental Petroleum sepanjang pekan ini, dengan total nilai hampir US$ 588,7 juta. Occidental merupakan salah satu produsen di Ceruk Permian, ladang minyak terbesar AS. Tempat ini menghasilkan minyak serpih.
Baca Juga: Warren Buffett Anti Pamer Kekayaan, Ini 8 Gaya Hidup Hematnya Sebelum menambah kepemilikan pun, investasi Buffett di Occidental sudah memberi cuan besar. Menurut laporan keuangan Occidental, di semester I-2023, mendistribusikan dana tunai ke Berkshire senilai US$ 1,6 miliar. Jadi, tak salah bila Buffett mulai fokus ke energi terbarukan. Kendati begitu, analis menilai strategi investasi Buffett masuk ke energi terbarukan ini kurang cocok bila diterapkan oleh investor lokal.
Associate Director of Research & Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico menyebut, tiap pasar punya tren yang berbeda. Jadi, pelaku pasar saham di dalam negeri tidak bisa serta merta mengikuti tren di pasar saham asing. Nico menyarankan, cermati fundamental.
Baca Juga: Bill Gates: AI Bisa Bikin Manusia Hanya Kerja 3 Hari dalam Seminggu Toh, ia mengakui saham sektor energi, terutama emiten yang mengembangkan energi terbarukan, punya prospek bagus. Sehingga saham-saham sektor ini bisa dipertimbangkan masuk dalam portofolio investasi. "Prospek saham di pasar saham domestik akan tergantung pada perkembangan kebijakan pemerintah, fundamental emiten dan prospek sektoral." papar Nico.
Editor: Noverius Laoli