KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengandalkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan tenor pendek, kinerja reksadana Eastspring Syariah Fixed Income Amanah berhasil berkinerja lebih baik dibanding kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap. Berdasarkan
fund fact sheet per akhir November, porsi pada efek syriah pendapatan tetap mencapai 96,99% dan instrumen pasar uang sebesar 3,01%. Alokasi aset tersebut berbeda dari pengelolaan di bulan sebelumnya yang sebesar 87,36% berada di efek syariah berpendapatan tetap dan porsi kas lebih banyak sebesar 12,64% di instrumen pasar uang.
Ari Pitojo, Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia menjelaskan, jelang akhir Oktober, reksadana ini mendapat subscription atau dana masuk yang cukup besar dan menyebabkan bertambahnya porsi pada instrumen pasar uang. Dalam memilih efek syariah pendapatan tetap, Ari condong menjadikan SBSN sebagai pilihan aset utama. Porsinya sebesar 94,75% dan sisa alokasi aset berada di sukuk korporasi dan instrumen pasar uang. Ari mengatakan pengaturan alokasi aset yang mayoritas berada di SBSN tersebut karena mempertimbangkan kondisi pilihan sukuk korporasi di Indonesia masih sangat terbata dan relatif kurang likuid. "Kami lebih menyukai obligasi-obligasi syariah yang likuid terkait dengan strategi pemilihan obligasi korporasi," kata Ari, Kamis (20/12). Dalam memilih sukuk korporasi Ari menentukan minimal rating yang dipilih adalah single A dan tidak terbatas pada pemilihan sektor. Mengenai strategi durasi obligasi yang dipilih, Ari mengatakan reksadana ini memiliki durasi 4,31 tahun. Tenor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan durasi tolak ukur reksadana ini yang selama 4,22 tahun.
Alasan Ari memilih durasi yang lebih panjang dari tolak ukur karena yakin dengan potensi investasi di efek pendapatan tetap syariah dan kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil. Head of Capital Market Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai dengan memilih obligasi dengan tenor pendek maka secara risiko jadi minim bila dibandingkan dengan tenor panjang. Menurut Wawan, ketika di tahun depan suku bunga naik, maka obligasi tenor pendek koreksinya akan lebih kecil dibandingkan obligasi yang tenornya lebih panjang. Berdasarkan data Infovesta Utama per Jumat (21/12) reksadana ini berkinerja -0,30% untuk periode satu tahun terakhir. Kinerja tersebut lebih baik dibandingkan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund yang turun 1,91%.
Editor: Yudho Winarto