Mengintip reksadana Simas Danamas dari Sinarmas



JAKARTA. Di tengah fluktuasi pasar modal, reksadana yang menawarkan strategi konservatif bisa menjadi pilihan investasi. Salah satu yang mengusung strategi tersebut adalah Simas Danamas Instrumen Negara, kelolaan PT Sinarmas Asset Management.

Direktur Sinarmas Asset Management Jamial Salim mengatakan, reksadana pendapatan tetap ini cocok bagi investor yang menginginkan tingkat imbal hasil stabil dan optimal, serta memiliki risiko yang rendah.

Sesuai kebijakan investasi, Simas Danamas Instrumen Negara boleh menempatkan aset dasar di pasar uang, efek beragun aset (EBA), serta ekuitas dan derivatif hingga sebanyak 20%. Sedangkan, pada efek bersifat utang bisa bervariasi antara 80% hingga 100%.


Produk yang terbit sejak 5 Oktober 2007 ini mengkombinasikan strategi hold dan trading obligasi. "Untuk mengerek imbal hasil (return), kami melakukan trading. Apabila ada potensi keuntungan, kami pindah dari satu seri ke seri lain," papar Jamial.

Fund fact sheet Juni 2015 menunjukkan, reksadana ini memutar 96,11% dana kelolaan pada obligasi pemerintah, dan sisanya, 3,89% pada time deposit dan giro.

Lantaran mayoritas ditempatkan pada obligasi pemerintah, produk ini cukup aman. "Imbal hasil pun lebih baik dibandingkan pasar uang," klaim Jamial.

Selain itu, katanya, return reksadana ini menyerupai obligasi negara ritel atau ORI. Namun, investor akan memperoleh keuntungan berupa diskon pajak menjadi 5% apabila menempatkan dana melalui reksadana ini.  Potongan tersebut lebih kecil ketimbang investor masuk langsung ke obligasi negara yang mengutip pajak sebesar 15%.

Mengutip Infovesta Utama, reksadana ini mampu membagikan return 6,62% dalam satu tahun terakhir per 24 Juli lalu. Kinerja tersebut mengungguli kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta Fixed Income Fund Index, yakni 5,53% pada periode yang sama. "Hingga akhir tahun ini, Simas Danamas Instrumen Negara diperkirakan bisa memberikan return 6% hingga 7%," proyeksi Jamial.

Per 24 Juli 2015, nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) Rp 1,540.33. Investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan menyetor investasi awal senilai Rp 500 juta. Adapun, investasi selanjutnya bisa senilai Rp 100 juta.

Investor dikutip biaya pembelian (subscription) maksimal 1%. Sedangkan penjualan kembali (redemption), apabila melebihi 60% dari saldo di awal pekan, investor dikutip biaya sebesar 1%. Tapi, jika redemption tidak melebihi 60% dari saldo, maka bebas biaya.

Selain itu, ada biaya manager investasi sebesar 1% per annum, dan biaya bank kustodian sebesar 0,15% per annum. Reksadana ini menggunakan bank kustodian Bank CIMB Niaga.

Analis Infovesta Utama Viliawati menilai, kinerja produk ini ditopang membaiknya kinerja obligasi pemerintah. "Salah satunya didukung peningkatan kepemilikan asing di SUN (Surat utang negara)," jelas Vilia.

Meski demikian, belum pulihnya kondisi perekonomian masih menyisakan ancaman bagi pasar obligasi pemerintah. Meski berisi obligasi pemerintah yang cukup likuid, kinerja reksadana ini  diperkirakan tak terlalu berfluktuasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto