Mengintip reksadana Sucorinvest Money Market Fund



JAKARTA. Membaiknya ekonomi memicu manajer investasi memburu obligasi bertenor pendek sebagai aset dasar reksadana pasar uang.

Salah satunya, Sucorinvest Asset Management yang memiliki mayoritas obligasi korporasi dalam reksadana Sucorinvest Money Market Fund (SMMF).

Investment Director Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul mengatakan strategi tersebut diterapkan lantaran suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang diperkirakan turun di akhir tahun. Jemmy memprediksi BI rate akan turun di Desember sekitar 25 basis poin.


Sekedar informasi, BI rate saat ini berada di level 7,5%. Dengan penurunan 25 basis poin, BI rate diperkirakan akan berada di kisaran 7,25%. "Sehingga kami memperbanyak obligasi jangka pendek sebagai antisipasi turunnya BI rate," ujar Jemmy, Senin (9/11).

Lembaga penjamin simpanan (LPS) sendiri saat ini menetapkan tingkat bunga penjaminan bank umum dalam denominasi rupiah sebesar 7,5% dan untuk simpanan valas sebesar 1,25%. Adapun untuk tingkat bunga penjaminan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 10%.

Menilik fund factsheet September 2015, reksadana ini menggenggam obligasi 96,27%. Sedangkan sisanya merupakan kas dan instrumen pasar uang sebesar 3,73%.

Alokasi efek terbesar reksadana ini merupakan obligasi berkelanjutan I PNM tahap I tahun 2014 seri A sebesar 96,27%. Produk ini memiliki kebijakan investasi leluasa memutar pada pasar uang termasuk obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Dengan strategi tersebut, reksadana ini mampu membagikan return 8,57% pada satu tahun terakhir per 6 November 2015. Return tersebut mengalahkan rata-rata return reksadana pasar uang yang sebesar 6,5% pada periode yang sama.

Jemmy memperkirakan produk ini mampu memberikan return 8,5% hingga 9% di akhir tahun. Investor bisa menyiapkan dana Rp 250.000 untuk minimum pembelian atau subscription.

Reksadana yang ditawarkan 2 Oktober 2014 ini hanya mengutip biaya manajemen maksimal 3,5%. Sedangkan untuk biaya pembelian, penjualan kembali atau redemption dan pengalihan atau switching tidak dikenakan.

Hingga akhir September, reksadana ini menggenggam total dana kelolaan Rp 581,68 miliar. Sedangkan nilai aktiva bersih (NAB) per unit diperdagangkan di level Rp 1.071.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo memperkirakan prospek reksadana tersebut hingga akhir tahun akan dipengaruhi oleh suku bunga dari aset-aset investasi di pasar uang. Misalnya, instrumen berbentuk obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun atau surat berharga pasar uang seperti deposito.

"Potensi kinerja reksadana ini kami perkirakan berada di kisaran 1% dalam dua bulan ke depan pada November dan Desember 2015. Asumsi tersebut berdasarkan proyeksi kinerja instrumen investasi di pasar uang," ujar Praska.

Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan prospek reksadana pasar uang tahun ini masih menarik. Menurut dia, produk ini bisa menjadi alternatif investasi bagi investor yang lebih konservatif atau investor jangka pendek. "Rata-rata return reksadana pasar uang tahun ini bisa berkisar 6% hingga 7%," ujar Vilia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto