JAKARTA. Reksadana berbasis syariah bisa menjadi salah satu alternatif investasi bagi investor. Premier ETF JII, salah satunya yang berkinerja mengikuti indeks Jakarta Islamic Index (JII). Produk kelolaan Indo Premier Investment (IPIM) ini memiliki kebijakan investasi menempatkan 80% hingga 100% pada efek syariah bersifat ekuitas yang terdaftar pada JII. Kemudian sisanya maksimal 20% bisa diputar pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun atau deposito syariah. Berdasarkan fund factsheet Juni 2015, mayoritas aset dasar ditempatkan pada saham sebesar 103,02%. Sisanya merupakan kas sebesar minus 3,02%.
Sebagian besar aset dasar diputar di sektor
consumer goods 27,67%, infrastruktur sebesar 23,72% dan sektor aneka industri sebesar 15,54%. Lalu sektor trading 12,06%, industri dasar dan kimia sebesar 8,98%, properti 8,93%, mining 3,58% dan agriculture sebesar 3,53%. Adapun lima besar saham yang digenggam antara lain saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR), Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) serta Astra International Tbk (ASII). Kemudian saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan Kalbe Farma (KLBF). "Tujuan investasi produk ini memberikan hasil investasi yang setara dengan JII yang diterbitkan oleh bursa efek Indonesia (BEI), " kata Direktur IPIM Diah Sofiyanti. Dengan strategi tersebut, kinerja produk ini mencatat minus 7,01% dalam satu tahun terakhir per 31 Juli 2015. Kinerja ini hampir sama dengan indeks JII yang minus 7,73%. Direktur IPIM Ernawan Rahmat Salimsyah mengatakan kendati minus, namun investor justru masuk ke produk dengan ticker XIJI ini. "Setelah bulan Maret, investor justru melakukan subscription," ujar dia. Awal Januari lalu, XIJI mencatat dana kelolaan Rp 536 miliar. Nilai tersebut naik menjadi Rp 559,38 miliar. Menurut dia, investor memilih masuk ke ETF yang berisi banyak saham ketimbang masuk langsung ke saham. Pasalnya, risiko menjadi lebih terdiversifikasi. Dia optimistis produk ini akan memberikan return positif tahun ini. Diah Sofiyanti atau yang kerap disapa Ofie mengatakan JII yang menjadi indeks acuan Premier ETF JII bakal berkinerja menarik di tengah tren fluktuasi Pasar Modal. JII diperkirakan akan bertahan dibandingkan saham konvensional lantaran tidak terdapat saham sektor finansial. "Sedangkan sektor finansial tengah turun," kata Ofie. Investor dapat melakukan transaksi ETF di pasar primer melalui dealer partisipan. Saat ini, dealer partisipan produk ini yakni PT Indopremier Securities. Untuk minimum pembelian di primer, sebesar 1 unit kreasi atau basket sebanyak 100.000 unit penyertaan.
Produk ini juga dapat ditransaksikan di pasar sekunder melalui broker. Karena diperjualbelikan melalui BEI, maka investor harus membuka rekening dana investor sebagaimana halnya investor saham. Setelah itu, investor dengan mudah melakukan jual beli ETF berdasarkan kode perdagangannya. Untuk minimum pembelian sekitar 1 lot atau 100 unit. ETF relatif murah karena tidak mengutip subscription dan redemption fee. Investor hanya perlu mengeluarkan biaya broker saat transaksi di bursa. Kemudian, juga dikenakan biaya pengelolaan maksimum 1% per tahun dan biaya bank kustodian maksimum 0,20% per tahun. Analis Infovesta Utama Viliawati memperkirakan kinerja ETF masih berpotensi menguat. Kendati demikian, fluktuasi pasar masih mengancam seiring dengan respon pasar terhadap perkembangan perekonomian domestik dan global, rilis kinerja laporan keuangan emiten, serta perkembangan kinerja pemerintah. "Prospek ETF bakal mengikuti outlook indeks yang menjadi acuan," kata Vilia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto