KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sektor dan saham diperkirakan punya prospek yang menarik tahun depan. Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, salah satu sektor yang menarik adalah sektor
consumer non-cyclical atawa barang konsumsi primer, dalam hal ini adalah subsektor
plantation alias perkebunan. Sektor barang konsumsi primer Sejumlah sentimen diyakini bakal mendorong kinerja sektor ini.
Pertama, adanya penurunan produksi dari Malaysia, yang merupakan salah satu produsen minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) terbesar di dunia.
Kedua, peningkatan konsumsi biofuel, yang ditandai dengan mulai adanya transisi B30 ke B40. Ini bisa mendorong harga CPO.
Ketiga, adanya wacana penghentian ekspor CPO dan mendorong hilirisasi oleh pemerintah Indonesia. Indonesia sebagai produsen terbesar bisa mengerek harga CPO, karena permintaan sebenarnya masih tinggi. Saham pilihan di sektor ini antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (
SIMP).
Baca Juga: Saham bank mini dinilai masih menarik untuk trading jangka menengah Sektor barang konsumsi nonprimer Sektor
consumer cyclical atau sektor barang konsumsi nonprimer dengan subsektor
broadcasting. Sentimen di sektor ini adalah adanya
shifting dan meningkatnya penggunaan layanan
streaming over the top (OTT). Ada pula peningkatan konten produksi digital. Ditambah, adanya pergeseran masyarakat dari hiburan yang bersifat konvensional ke media
online. Saham pilihan di sektor ini antara lain PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (
MNCN).
Baca Juga: Harga saham TLKM, ISAT, dan EXCL naik, simak rekomendasi berikut Subsektor electronic retail Ketiga, sektor
electronic retail. Sentimen dari sektor ini adalah sistem bekerja dari rumah (WFH) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ke depan masih akan tinggi. Ditambah, Indonesia merupakan pangsa gawai pintar (
smartphone) yang besar. Penetrasi digital di Indonesia terutama Pulau Jawa cukup tinggi. Saham pilihan di sektor ini adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA). Subsektor perbankan Selanjutnya adalah sektor finansial, yakni subsektor perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan saluran kredit naik akan 9,27% tahun depan. Selain itu, ada pula perpanjangan kebijakan relaksasi kredit sampai 2023 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Saham-saham pilihan di sektor
banking antara lain PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS), dan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI). Ada pula subsektor pembiayaan konsumen (consumer financing), yang dinilai menarik seiring perbaikan ekonomi. Sentimen di sektor ini diantaranya relaksasi pembiayaan serta prospek pembiayaan motor dan mobil bekas. Saham PT BFI Finance Indonesia Tbk (
BFIN) menurut Wisnu menarik dicermati.
Baca Juga: Cermati rekomendasi saham emiten logam dari BRIDanareksa Sekuritas ini Sektor infrastruktur Teraikhir, menurut Wisnu, sektor infrastruktur yakni
integrated telco service juga menarik. Di tahun 2022, kebutuhan paket data masih sangat tinggi, diantaranya untuk kepentingan bisnis, edukasi, dan sosial media. Saham PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) menjadi pilihan. Dalam laporan yang dikutip Kontan.co.id, Selasa (30/11), Tim Riset Valbury Sekuritas Indonesia mengungkapkan, ada sejumlah sektor yang prospektif di tengah pemulihan ekonomi. Diantaranya adalah sektor
consumer, yang merupakan sektor defensif baik dalam masa pandemi maupun masa pemulihan. Saham pilihan diantaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP). Kedua emiten ini punya dominasi di produk mie instan dan bumbu masakan serta adanya peningkatan pangsa pasar di luar negeri setelah akuisisi Pinehill Sektor lainnya yang menarik adalah sektor tambang logam, seiring fokus pemerintah untuk terus mengembangkan industri supply baterai mobil listrik. Saham pilihan yakni PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM).
Baca Juga: Emiten rokok diproyeksikan kian tertekan seiring naiknya target penerimaan cukai 2022 Proyeksi IHSG 2022 Wisnu melihat, tahun depan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.200-7.400. Sejumlah sentimen, baik positif dan negatif, masih membayangi pergerakan indeks. Pertama, eskalasi Covid-19 dan mutasinya. Hal ini tercermin dari merebaknya varian delta yang sempat membuat kasus harian di tanah air melonjak pada pertengahan tahun ini. “Mendekati akhir tahun, ada mutasi-mutasi virus baru. Kasus negara di Eropa seperti Jerman, Inggris, dan Belanda naik,” terang Wisnu kepada Kontan.co.id, baru-baru ini. Penyebaran mutasi ini masih berpotensi menjadi penahan laju pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Wisnu melihat, masih ada pelonggaran kebijakan (
tapering) lain pada 2022. Ketimpangan vaksinasi antara negara maju dan negara dunia ketiga juga menjadi penghambat pemulihan ekonomi. Di sisi lain, terdapat sejumlah penyokong pergerakan indeks tahun depan, diantaranya akselerasi pemulihan ekonomi yang semakin kencang. Badan Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,9% di 2022. Proyeksi laju ekonomi ini didorong oleh sejumlah aspek, seperti vaksinasi yang berjalan masif serta reformasi struktural dan birokrasi.
Baca Juga: IHSG melorot 1,13% di hari terakhir November, melemah 0,87% sebulan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati