KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menghadapi musim panas berkepanjangan sebagai efek dari El Nino di tahun 2023 lalu, di semester kedua tahun ini perusahaan sawit akan dihadapkan dengan La Nina. Fenomena La Nina meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah, bahkan dalam kadar ekstrem fenomena ini dapat menyebabkan banjir hingga tanah longsor. Mengantisipasi efek samping La Nina, sejumlah perusahaan di sektor sawit telah mempersiapkan sejumlah strategi. Astra Agro Lestari (AALI) misalnya telah menerapkan Water Management pada saat melakukan desain dalam pembangunan kebun. "Tergantung pada kondisi topograpi untuk kebun yang memiliki karakteristik rendahan dan secara historis merupakan daerah yang banjir maka sejak dari awal telah dipersiapkan bendungan dan pintu air untuk secara operasional bisa dilakukan pengendalian ketinggian air di dalam kebun. Termasuk penyediaan pompa-pompa air sebagai antisipasi apabila ketinggian air melampaui ketinggian yang telah dirancang sebelumnya, semisal terjadinya La Nina seperti yang dialami tahun ini," jelas Direktur Utama AALI, Santosa saat dihubungi Kontan, Senin (05/08). Baca Juga: Soal Harga MinyaKita, Ini Peringatan dari Pemerintah Kemudian, terkait dampak La Nina kepada produksi Tandan Buah Segar (TBS) atau Crude Palm Oil (CPO) di semester 2 tahun ini, Santosa mengatakan dampaknya belum akan terlihat dalam waktu 6 bulan ke depan. "Namun secara operasional sudah dirasakan dalam hal evakuasi buah dari kebun menuju ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) karena dengan curah hujan yang terjadi di musim kemarau menyebabkan kesulitan dalam hal pemeliharaan infrastruktur jalan di kebun. Justru dampak El Nino di tahun lalu yang secara agronomi saat ini kami rasakan sebagi penyebab turunnya produksi TBS di semester 1 tahun ini," tambahnya. Adapun, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) untuk mengantisipasi La Nina, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah seperti perbaukan saluran irigasi hingga penghijauan. "Mulai dari perbaikan saluran irigasi yang sudah ada, penguatan tanggul, dan penghijauan disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)," ungkap Sekretaris Perusahaan CSRA, Iqbal Prastowo saat dihubungi Kontan, Minggu (04/08). Iqbal juga menambahkan di kuartal ke 3 tahun ini pihaknya optimis terhadap peningkatan produksi CPO karena peningkatan produksi TBS. "Produksi (TBS) diperkirakan mencapai puncaknya pada kwartal 3 ini yang merupakan puncak tahun panen, diperkirakan dapat menutup rendahnya produksi pada kuartal 1 dan 2 yang lalu," tambahnya. Antisipasi juga telah dilakukan oleh PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), menurut Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng Perseroan saat ini sudah menyiapkan segala infrastruktur untuk menghadapi iklim yang lebih basah efek La Nina. "Pada jalur pengiriman barang, perseroan sudah melakukan maintenance agar seluruh jalanan siap untuk menghadapi semua kondisi. Terkait water management, perseroan juga telah menyiapkan infrastruktur yang memadai agar Perkebunan tidak mengalami genangan akibat curah hujan yang meningkat," ungkap Joni kepada Kontan. Joni menambahkan, kondisi yang lebih basah akibat La Nina diperkirakan justru akan meningkatkan produksi TBS di masa yang akan datang. "Meskipun sedikit menekan Oil Exstraction Rate (OER) akibat proses pollination yang terganggu. Berdasarkan kondisi saat ini perseroan memperkirakan produksi TBS dan CPO masih akan mengalami peningkatan sebesar single digit dibandingkan tahun sebelumya," jelasnya. Baca Juga: Kemendag Wajibkan Pelaku Usaha untuk Pasok Minyakita Sebelum Ekspor
Mengintip Startegi Perusahaan Sawit Hadapi Fenomena La Nina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menghadapi musim panas berkepanjangan sebagai efek dari El Nino di tahun 2023 lalu, di semester kedua tahun ini perusahaan sawit akan dihadapkan dengan La Nina. Fenomena La Nina meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah, bahkan dalam kadar ekstrem fenomena ini dapat menyebabkan banjir hingga tanah longsor. Mengantisipasi efek samping La Nina, sejumlah perusahaan di sektor sawit telah mempersiapkan sejumlah strategi. Astra Agro Lestari (AALI) misalnya telah menerapkan Water Management pada saat melakukan desain dalam pembangunan kebun. "Tergantung pada kondisi topograpi untuk kebun yang memiliki karakteristik rendahan dan secara historis merupakan daerah yang banjir maka sejak dari awal telah dipersiapkan bendungan dan pintu air untuk secara operasional bisa dilakukan pengendalian ketinggian air di dalam kebun. Termasuk penyediaan pompa-pompa air sebagai antisipasi apabila ketinggian air melampaui ketinggian yang telah dirancang sebelumnya, semisal terjadinya La Nina seperti yang dialami tahun ini," jelas Direktur Utama AALI, Santosa saat dihubungi Kontan, Senin (05/08). Baca Juga: Soal Harga MinyaKita, Ini Peringatan dari Pemerintah Kemudian, terkait dampak La Nina kepada produksi Tandan Buah Segar (TBS) atau Crude Palm Oil (CPO) di semester 2 tahun ini, Santosa mengatakan dampaknya belum akan terlihat dalam waktu 6 bulan ke depan. "Namun secara operasional sudah dirasakan dalam hal evakuasi buah dari kebun menuju ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) karena dengan curah hujan yang terjadi di musim kemarau menyebabkan kesulitan dalam hal pemeliharaan infrastruktur jalan di kebun. Justru dampak El Nino di tahun lalu yang secara agronomi saat ini kami rasakan sebagi penyebab turunnya produksi TBS di semester 1 tahun ini," tambahnya. Adapun, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) untuk mengantisipasi La Nina, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah seperti perbaukan saluran irigasi hingga penghijauan. "Mulai dari perbaikan saluran irigasi yang sudah ada, penguatan tanggul, dan penghijauan disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)," ungkap Sekretaris Perusahaan CSRA, Iqbal Prastowo saat dihubungi Kontan, Minggu (04/08). Iqbal juga menambahkan di kuartal ke 3 tahun ini pihaknya optimis terhadap peningkatan produksi CPO karena peningkatan produksi TBS. "Produksi (TBS) diperkirakan mencapai puncaknya pada kwartal 3 ini yang merupakan puncak tahun panen, diperkirakan dapat menutup rendahnya produksi pada kuartal 1 dan 2 yang lalu," tambahnya. Antisipasi juga telah dilakukan oleh PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), menurut Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng Perseroan saat ini sudah menyiapkan segala infrastruktur untuk menghadapi iklim yang lebih basah efek La Nina. "Pada jalur pengiriman barang, perseroan sudah melakukan maintenance agar seluruh jalanan siap untuk menghadapi semua kondisi. Terkait water management, perseroan juga telah menyiapkan infrastruktur yang memadai agar Perkebunan tidak mengalami genangan akibat curah hujan yang meningkat," ungkap Joni kepada Kontan. Joni menambahkan, kondisi yang lebih basah akibat La Nina diperkirakan justru akan meningkatkan produksi TBS di masa yang akan datang. "Meskipun sedikit menekan Oil Exstraction Rate (OER) akibat proses pollination yang terganggu. Berdasarkan kondisi saat ini perseroan memperkirakan produksi TBS dan CPO masih akan mengalami peningkatan sebesar single digit dibandingkan tahun sebelumya," jelasnya. Baca Juga: Kemendag Wajibkan Pelaku Usaha untuk Pasok Minyakita Sebelum Ekspor