Temanggung menyimpan pabrik cerutu berusia 103 tahun. Pabrik yang terletak di Jalan Diponegoro Nomor 27 itu bernama Rizona. Pabrik tersebut berdiri setelah pemiliknya Hoo Tjong An belajar cerutu dari pembuat cerutu asal Filipina. Lepas menimba ilmu, Hoo membangun pabrik kecil dan mempekerjakan warga di sekitar pabrik. Nama Rizona diambil dari merek cerutu luar negeri. Meski Temanggung merupakan penghasil tembakau, ia mendatangkan bahan baku cerutu dari Jember, Jawa Timur.Konsumennya kala itu adalah para pembesar dan orang kaya di Temanggung dan daerah lain di Pulau Jawa. Tahun 1940, Rizona jatuh ke tangan anak Hoo, Sunardi Hartono. Lima puluh tahun kemudian, anak Sunardi, Mulyadi Hartono memegang kendali.Saat ini, Mulyadi mempekerjakan 34 orang untuk membersihkan daun tembakau sampai mengepak dus-dus cerutu. Tak hanya proses pembuatan cerutu yang masih dipertahankan, tembakau pun masih dipasok dari Jember. "Yang berbeda hanyalah rasa. Beda tangan, beda rasa," katanya.Proses pembuatan cerutu dimulai dengan pengasapan tembakau. Daun tembakau lalu difermentasi sekitar satu tahun. Daun tembakau hasil fermentasi yang sudah pecah, tebal, dan hitam dipilih sebagai isi cerutu. Sedangkan daun yang halus dan terang dipakai buat bungkus lintingan tembakau.Daun tembakau untuk isi cerutu dirajang halus dan dijemur. Sementara, daun tembakau untuk pembungkus dibasahi air supaya tidak pecah. Daun itu kemudian digulung melintang membungkus isi cerutu.Agar lintingan benar-benar sempurna, cerutu dipres selama dua jam dalam cetakan kayu. Setelah itu, cerutu dijemur sehari untuk mengurangi kadar air. Lalu, cerutu difumigasi atau disemprot bahan kimia agar tak ada serangga dan jamur yang tinggal di daun. Sehabis itu, cerutu diperam selama dua bulan. Baru dibungkus plastik dan dikemas dalam kotak-kotak kayu.Rizona mempunyai tiga merek cerutu: Kenner King, Kenner, dan Havana. Satu kotak Kenner King berisi 20 cerutu dengan harga Rp 25.000. Ukuran cerutu ini lebih besar dibandingkan dua merek lain. Sekotak Kenner isi 20 cerutu seharga Rp 20.000. "Kalau Havana isi 30 cerutu, harganya Rp 25.000. Ukurannya paling kecil," kata Mulyadi. Selain ukuran, tiga merek ini berbeda rasa.Sehari Rizona mampu menghasilkan 5.000 cerutu. Minimal dalam sebulan Rizona bisa mengedarkan 6.000 kotak cerutu ke Jakarta, Medan, Surabaya, Malang, dan Bandung. "Pasar paling besar Jakarta dan Bandung," kata Mulyadi yang bisa meraup omzet hingga Rp 120 juta per bulan.Tak hanya pasar lokal, Cerutu Rizona pun sudah merambah Taiwan. Dua kali dalam setahun, Mulyadi mengirimkan cerutu Rizona ke Formosa. Sekali kirim bisa 10.000 batang. "Tapi, mereka pesan khusus. Batangnya lebih panjang dengan racikan sendiri," imbuh Mulyadi.Yogyakarta juga memiliki produsen cerutu. Salah satunya, Yohanes Joni. Menurut Yohanes sudah empat tahun ini cerutu buatannya tidak mengalami peningkatan pesanan. "Pasarnya tidak berkembang hanya menyasar segmen itu-itu saja," keluh dia. Yohanes mengatakan, cerutu memang belum dapat bersaing dengan pasar rokok kretek. Makanya, peminatnya sedikit. "Ini lantaran nikotin yang terkandung dalam cerutu banyak sehingga tidak bagus untuk kesehatan," ungkap Yohanes .Yohanes menjual tiga jenis cerutu. Ia melego cerutu ukuran besar di harga Rp 90.000 untuk satu pak yang berisi 20 batang. Cerutu ukuran sedang harganya Rp 75.000 per pak berisi 30 batang. Cerutu ukuran kecil dengan isi 10 batang seharga Rp 5.000 per pak.Saat ini, cerutu-cerutu berukuran besar dan sedang paling banyak dicari orang.Menurut Yohanes, penjualan cerutu bikinannya sudah mencapai seluruh Indonesia dan Singapura.Meski enggan menyebut omzet, setiap bulan Yohanes mampu menjual hingga 25.000 cerutu dengan harga mulai Rp 3.000 hingga Rp 3.750 per batang. Biarpun penjualan cerutunya terbilang stabil, Yohanes mengungkapkan, bisnis cerutu masih menjanjikan karena belum banyak pemain di bisnis, baik produksi ataupun penjualan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mengisap harumnya pasar cerutu lokal
Temanggung menyimpan pabrik cerutu berusia 103 tahun. Pabrik yang terletak di Jalan Diponegoro Nomor 27 itu bernama Rizona. Pabrik tersebut berdiri setelah pemiliknya Hoo Tjong An belajar cerutu dari pembuat cerutu asal Filipina. Lepas menimba ilmu, Hoo membangun pabrik kecil dan mempekerjakan warga di sekitar pabrik. Nama Rizona diambil dari merek cerutu luar negeri. Meski Temanggung merupakan penghasil tembakau, ia mendatangkan bahan baku cerutu dari Jember, Jawa Timur.Konsumennya kala itu adalah para pembesar dan orang kaya di Temanggung dan daerah lain di Pulau Jawa. Tahun 1940, Rizona jatuh ke tangan anak Hoo, Sunardi Hartono. Lima puluh tahun kemudian, anak Sunardi, Mulyadi Hartono memegang kendali.Saat ini, Mulyadi mempekerjakan 34 orang untuk membersihkan daun tembakau sampai mengepak dus-dus cerutu. Tak hanya proses pembuatan cerutu yang masih dipertahankan, tembakau pun masih dipasok dari Jember. "Yang berbeda hanyalah rasa. Beda tangan, beda rasa," katanya.Proses pembuatan cerutu dimulai dengan pengasapan tembakau. Daun tembakau lalu difermentasi sekitar satu tahun. Daun tembakau hasil fermentasi yang sudah pecah, tebal, dan hitam dipilih sebagai isi cerutu. Sedangkan daun yang halus dan terang dipakai buat bungkus lintingan tembakau.Daun tembakau untuk isi cerutu dirajang halus dan dijemur. Sementara, daun tembakau untuk pembungkus dibasahi air supaya tidak pecah. Daun itu kemudian digulung melintang membungkus isi cerutu.Agar lintingan benar-benar sempurna, cerutu dipres selama dua jam dalam cetakan kayu. Setelah itu, cerutu dijemur sehari untuk mengurangi kadar air. Lalu, cerutu difumigasi atau disemprot bahan kimia agar tak ada serangga dan jamur yang tinggal di daun. Sehabis itu, cerutu diperam selama dua bulan. Baru dibungkus plastik dan dikemas dalam kotak-kotak kayu.Rizona mempunyai tiga merek cerutu: Kenner King, Kenner, dan Havana. Satu kotak Kenner King berisi 20 cerutu dengan harga Rp 25.000. Ukuran cerutu ini lebih besar dibandingkan dua merek lain. Sekotak Kenner isi 20 cerutu seharga Rp 20.000. "Kalau Havana isi 30 cerutu, harganya Rp 25.000. Ukurannya paling kecil," kata Mulyadi. Selain ukuran, tiga merek ini berbeda rasa.Sehari Rizona mampu menghasilkan 5.000 cerutu. Minimal dalam sebulan Rizona bisa mengedarkan 6.000 kotak cerutu ke Jakarta, Medan, Surabaya, Malang, dan Bandung. "Pasar paling besar Jakarta dan Bandung," kata Mulyadi yang bisa meraup omzet hingga Rp 120 juta per bulan.Tak hanya pasar lokal, Cerutu Rizona pun sudah merambah Taiwan. Dua kali dalam setahun, Mulyadi mengirimkan cerutu Rizona ke Formosa. Sekali kirim bisa 10.000 batang. "Tapi, mereka pesan khusus. Batangnya lebih panjang dengan racikan sendiri," imbuh Mulyadi.Yogyakarta juga memiliki produsen cerutu. Salah satunya, Yohanes Joni. Menurut Yohanes sudah empat tahun ini cerutu buatannya tidak mengalami peningkatan pesanan. "Pasarnya tidak berkembang hanya menyasar segmen itu-itu saja," keluh dia. Yohanes mengatakan, cerutu memang belum dapat bersaing dengan pasar rokok kretek. Makanya, peminatnya sedikit. "Ini lantaran nikotin yang terkandung dalam cerutu banyak sehingga tidak bagus untuk kesehatan," ungkap Yohanes .Yohanes menjual tiga jenis cerutu. Ia melego cerutu ukuran besar di harga Rp 90.000 untuk satu pak yang berisi 20 batang. Cerutu ukuran sedang harganya Rp 75.000 per pak berisi 30 batang. Cerutu ukuran kecil dengan isi 10 batang seharga Rp 5.000 per pak.Saat ini, cerutu-cerutu berukuran besar dan sedang paling banyak dicari orang.Menurut Yohanes, penjualan cerutu bikinannya sudah mencapai seluruh Indonesia dan Singapura.Meski enggan menyebut omzet, setiap bulan Yohanes mampu menjual hingga 25.000 cerutu dengan harga mulai Rp 3.000 hingga Rp 3.750 per batang. Biarpun penjualan cerutunya terbilang stabil, Yohanes mengungkapkan, bisnis cerutu masih menjanjikan karena belum banyak pemain di bisnis, baik produksi ataupun penjualan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News