KONTAN.CO.ID - Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan & Advokasi (Pataka) Yeka Fatika menilai, beberapa kebijakan pemerintah dalam peternakan sapi masih kurang tepat. Dia menyoroti kebijakan pemerintah yang menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk daging beku serta program Upsus Siwab (Sapi Indukan Wajib Bunting). Menurut Yeka, dengan adanya penetapan harga untuk daging beku serta dibukanya keran impor, mengakibatkan kerugian bagi peternak sapi. Bahkan, harga daging sapi saat ini belum sesuai dengan HET yang ditetapkan yakni Rp 80.000 per kg. Bahkan menurut Yeka, akibat harga yang ditekan dan impor daging dibuka, banyak pedagang yang akhirnya mencampur sapi dengan daging kerbau. "Harga yang ditetapkan membuat petani merufi. Hal ini karena ketika daging semakin murah, otomatis mengurangi harga di peternak. Jumlah sapi yang dijual peternak juga semakin lama semakin menurun," ujar Yeka, Selasa (19/9).
Mengkritik kebijakan daging sapi
KONTAN.CO.ID - Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan & Advokasi (Pataka) Yeka Fatika menilai, beberapa kebijakan pemerintah dalam peternakan sapi masih kurang tepat. Dia menyoroti kebijakan pemerintah yang menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk daging beku serta program Upsus Siwab (Sapi Indukan Wajib Bunting). Menurut Yeka, dengan adanya penetapan harga untuk daging beku serta dibukanya keran impor, mengakibatkan kerugian bagi peternak sapi. Bahkan, harga daging sapi saat ini belum sesuai dengan HET yang ditetapkan yakni Rp 80.000 per kg. Bahkan menurut Yeka, akibat harga yang ditekan dan impor daging dibuka, banyak pedagang yang akhirnya mencampur sapi dengan daging kerbau. "Harga yang ditetapkan membuat petani merufi. Hal ini karena ketika daging semakin murah, otomatis mengurangi harga di peternak. Jumlah sapi yang dijual peternak juga semakin lama semakin menurun," ujar Yeka, Selasa (19/9).