Mengolah Laba dari Usaha Dapur Iga



Salah satu kuliner yang banyak diminati berbagai lapisan masyarakat adalah olahan iga sapi.  Tak heran, pemain baru pun kuliner ini terus bermunculan. Sementara yang lama terus melakukan ekspansi.

Salah satu pelaku usaha yang menjajal peruntungan di bisnis ini adalah Wildan Niahzif dari Bandung. Sejak tiga tahun silam, dia bersama ketiga temannya merintis kuliner dengan mengusung brand Dapur Iga.

Awalnya, mahasiswa Sekolah Bisnis Manajemen di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini tertarik membuka usaha kuliner ini, lantaran terinspirasi mulai maraknya restoran yang menawarkan menu sejenis di Bandung.


"Saya lihat, anak muda juga menggandrungi kuliner ini, sehingga saya beranikan diri membuka usaha kuliner spesialis iga yang membidik kalangan muda," ceritanya.  

Nah, lantaran mengincar kalangan muda, Dapur Iga pun berupaya mengemas menu yang berkesan “anak muda”. Jadi, selain mengusung menu andalan iga bakar, dia juga menyiapkan menu kudapan yang umumnya digemari kalangan muda, seperti seperti onion rings dan fish fingers.

Beragam menu iga dan menu pendukung dibanderol harga mulai dari Rp 13.000-Rp 30.000 per porsi. Interior ruangan juga diatur tidak terlalu terang, supaya nyaman buat nongkrong.

Setelah, bisnis resto yang berlokasi di Jalan Veteran, Bandung, mapan, Wildan pun berani menawarkan peluang kemitraan sejak Juni 2012. Alhasil, berdirilah Dapur Iga di Palembang.

Wildan mengemas tiga paket kemitraan, yaitu untuk klasifikasi ruko, rumah dan kafe. Calon mitra harus menyiapkan investasi Rp 315 juta untuk paket ruko. Investasi itu mencakup biaya kemitraan lima tahun, sebesar Rp 55 juta.

Sisanya, untuk peralatan, mebel pelengkap resto, pelatihan, daftar menu, spanduk hingga poster. Mitra  harus mencari tempat berukuran 80-120 meter persegi (m2).

Sementara, investasi untuk paket rumah sebesar Rp 320 juta. Tempat yang harus disiapkan mitra seluas 160-250 m2. Sedangkan, untuk memboyong paket kafe, biayanya mencapai Rp 340 juta. Mitra harus mencari tempat seluas di atas 250 m2.

Selain tiga paket kemitraan itu, Dapur Iga juga menawarkan paket master kemitraan untuk satu provinsi. Syaratnya, mitra harus memiliki satu resto Dapur Iga, plus menambah Rp 400 juta untuk naik ke level master kemitraan.

Wildan memproyeksi, mitra bisa meraup omzet berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta, tergantung jenis paket. Dia mengklaim, Dapur Iga milik mitra di Palembang rata-rata beromzet Rp 100  juta sebulan. "Target kami, keuntungan bersih bisa 20%, sehingga mitra bisa balik modal 1-2 tahun, " ujarnya.

Konsultan waralaba dari International Franchise Business Management Evi Diah Puspitawati menilai, tidak sulit membangun usaha kuliner iga. Soalnya, makanan ini bisa diterima semua kalangan, sehingga tinggal cara mengemasnya yang harus menarik.

"Namun, calon mitra harus tahu betul seluk beluk bisnis yang akan dijalankan, jadi saat mitra berada jauh dari pusat, usahanya tetap bisa berjalan baik," sarannya.    Dapur Iga          Jl. Veteran No. 42 Bandung Telp. 022-72250888

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri