Mengolah nilai tambah dari mebel berbahan limbah



Sampah bekas kemasan minuman instan yang melimpah menjadi problem lingkungan yang cukup serius. Seringkali, tumpukan sampah plastik kemasan ini menjadi penyebab banjir karena tersumbatnya aliran sungai atau got.

Untunglah, sekarang mulai banyak orang melirik usaha pengolahan sampah kemasan itu untuk diambil kandungan aluminium foil-nya. Ini adalah lapisan tipis di bagian dalam bungkus. Lapisan tipis itu bisa didaur ulang untuk dipungut unsur aluminiumnya melalui cara peleburan.

Salah satu yang menekuni usaha ini adalah PT Sapta Lestari Perdana di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Perusahaan ini memproduksi lembaran papan dari aluminium foil.


PT Sapta Lestari juga memanfaatkan papan tersebut sebagai bahan baku pembuatan mebel, seperti rak, meja, kursi, kotak surat, dan tempat tisu. "Kami sudah terjun di usaha ini sejak tahun 2010," kata Yanto Mul-yahardi, Manajer Marketing PT Sapta Lestari Perdana.

Menurut Yanto, bahan baku limbah sampah bekas kemasan mereka peroleh dari tiga tempat, yaitu Surabaya, Tangerang, dan Bandung. Dalam sebulan, perusahaan ini bisa menghabiskan 220 ton sampah kemasan untuk diambil aluminium foil-nya.

Proses pembuatan lembaran papan aluminium foil itu ternyata tidak memakan waktu lama karena sudah menggunakan teknologi mesin. "Proses pertamanya dikeringkan dulu, disortir, dan kemudian dimasukkan ke mesin," jelas Yanto.

Menurut Yanto, pihaknya juga menggandeng pabrik kertas untuk pengambilan kandungan aluminium foil dari limbah kemasan. Perusahaan kertas itu yang memisahkan kertas dengan bagian aluminium foil dari kemasan.

Sampai saat ini, PT Sapta Lestari Perdana bisa menghasilkan 2.000 sampai 3.000 lembar papan aluminium foil. Harga papan ini dibanderol sekitar Rp 172.000 per lembar. Sedang produk jadi dijual mulai Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per produk.

Papan aluminium foil ini banyak dicari produsen mebel dari Jakarta. Tapi tidak jarang pula mereka mendapat order dari perajin mebel di Kalimantan, Bali, dan daerah lainnya.

Dalam sebulan, mereka bisa mengantongi omzet sekitar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. "Besaran profitnya cukup menarik," kata Yanto. Untuk memperbesar pasar, PT Sapta Lestari berencana menggandeng para distributor. Saat ini, sudah ada beberapa calon distributor yang sedang diseleksi.

Yanto menyatakan, tidak menemui kendala berarti dalam menekuni usaha ini. Hambatan justru ada di bagian pengiriman barang ke konsumen. Kondisi lalu lintas Jakarta yang padat membuat pengiriman barang menjadi terlambat.

"Otomatis, hal ini berdampak pada proses produksi konsumen kami," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri