JAKARTA. Pengajar Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ghifari Yuristiadhi, memberikan komentarnya terkait pernyataan LSM RAYA Indonesia (Rumah Kajian dan Advokasi Kerakyatan) yang menyebut rokok kretek bukan merupakan warisan budaya Indonesia. Menurut Ghifari, peneliti RAYA Indonesia tidak detail menganalisis dalam dua hal. Pertama, LSM itu tidak punya bacaan yang luas sehingga tidak mengetahui bahwa ada tembakau yang varietasnya dari India dan Amerika Selatan, namun juga ada varietas lokal. “Mereka perlu jalan-jalan juga ke Candi Borobudur untuk melihat relief yang menunjukkan bahwa tradisi konsumsi tembakau sudah ada sejak masa klasik di Nusantara. Jika Borobudur berdiri sekitar abad ke-8, maka tradisi konsumsi tembakau sudah ada sejak zaman itu. Dan, jauh lebih awal dari kedatangan Portugis di abad ke-15,” jelasnya, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (24/4).
Mengolah tembakau jadi kretek sudah warisan budaya
JAKARTA. Pengajar Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ghifari Yuristiadhi, memberikan komentarnya terkait pernyataan LSM RAYA Indonesia (Rumah Kajian dan Advokasi Kerakyatan) yang menyebut rokok kretek bukan merupakan warisan budaya Indonesia. Menurut Ghifari, peneliti RAYA Indonesia tidak detail menganalisis dalam dua hal. Pertama, LSM itu tidak punya bacaan yang luas sehingga tidak mengetahui bahwa ada tembakau yang varietasnya dari India dan Amerika Selatan, namun juga ada varietas lokal. “Mereka perlu jalan-jalan juga ke Candi Borobudur untuk melihat relief yang menunjukkan bahwa tradisi konsumsi tembakau sudah ada sejak masa klasik di Nusantara. Jika Borobudur berdiri sekitar abad ke-8, maka tradisi konsumsi tembakau sudah ada sejak zaman itu. Dan, jauh lebih awal dari kedatangan Portugis di abad ke-15,” jelasnya, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (24/4).