Mengoptimalkan Bisnis dengan AI, Memilih Antara Otomatisasi dan Kolaborasi Manusia



MOMSMONEY.ID - Pada 2025, teknologi agen AI diperkirakan akan menjadi salah satu tren utama dalam dunia bisnis, dengan prediksi Gartner, sekitar 15% dari keputusan harian akan dibuat oleh AI Agentif pada 2028, sebuah lompatan signifikan dari 0% di 2024.

Fenomena ini menandai perubahan besar dalam cara perusahaan beroperasi, dengan teknologi AI yang kini dapat mengotomatisasi berbagai tugas kompleks, seperti mengidentifikasi peluang penjualan, mengoptimalkan rantai pasokan, hingga mengelola jadwal karyawan.

Dalam menghadapi perubahan ini, perusahaan harus memilih antara dua pendekatan AI yang berbeda, yaitu AI Agentif dan AI Kopilot, masing-masing dengan karakteristik yang unik.


Rahul Pradhan, Wakil Presiden Strategi dan Produk di Couchbase, menjelaskan, AI Agentif dirancang untuk bekerja secara mandiri, mengambil alih tugas rutin, dan bahkan pengambilan keputusan tanpa keterlibatan manusia.

"AI Agentif dirancang untuk bekerja secara mandiri, mengambil alih tugas rutin dan bahkan keputusan tanpa keterlibatan manusia," ujar Pradhan dalam keterangan tertulis.

Baca Juga: Teknologi AI dan Otomatisasi Bisa Dorong Efisiensi Biaya Operasional Hingga 25%

Prasaan bilang, model Kopilot berperan sebagai pendamping, memberikan dukungan bagi manusia, dan memungkinkan pengguna tetap memegang kendali dalam pengambilan keputusan. 

Sementara AI Agentif membawa potensi besar untuk mengotomatisasi berbagai aspek operasional, seperti yang terlihat di sektor manufaktur, rantai pasokan, dan kesehatan, AI Kopilot menawarkan pendekatan yang lebih kolaboratif.

Contoh, di sektor pemasaran, AI Kopilot dapat menganalisis data pelanggan dan menyarankan ide konten, sementara pemasar tetap memegang kendali penuh dalam pengambilan keputusan.

"Misalnya, kopilot di bidang pemasaran bisa membantu menganalisis data pelanggan dan menyarankan ide konten, sementara pemasar menggunakan intuisi dan pemahaman strategis untuk memandu keputusan akhir," kata Pradhan.

Pendekatan ini memungkinkan kreativitas manusia untuk tetap menjadi elemen kunci dalam keputusan bisnis.

Baca Juga: MMS Group Indonesia dan Workday Kerjasama Tingkatkan Efisiensi SDM

Namun, seperti dalam sebuah labyrinth yang penuh dengan teka-teki, integrasi AI ini tidaklah sederhana. AI Agentif sering memerlukan perubahan yang lebih mendalam dalam infrastruktur teknologi perusahaan, seperti yang diungkapkan Pradhan.

"Untuk dapat memanfaatkan AI Agentif, perusahaan harus menyiapkan strategi manajemen data yang terpadu, memastikan akses informasi real-time, dan menghindari masalah seperti silo data atau penyebaran data," tambahnya.

Di sisi lain, AI Kopilot dapat lebih mudah diintegrasikan ke dalam sistem yang sudah ada, memungkinkan perusahaan untuk merasakan manfaat teknologi ini dengan gangguan minimal.

Adopsi kedua jenis AI ini juga memengaruhi dinamika karyawan. Integrasi AI Agentif, yang sering kali menggantikan tugas manusia, memerlukan strategi manajemen perubahan yang hati-hati agar transisi peran karyawan berjalan lancar.

Sebaliknya, AI Kopilot lebih berfokus pada peningkatan kemampuan manusia dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

Baca Juga: BAT Indonesia Gelar Kompetisi Battle of Mind bagi Inovator Muda

"Perusahaan harus melatih dan memberikan dukungan berkelanjutan bagi karyawan dalam menggunakan AI Kopilot, untuk membangun kepercayaan terhadap AI sebagai mitra kolaboratif," sebut Pradhan. 

Bagi perusahaan yang berada di persimpangan jalan dalam memilih antara AI Agentif dan AI Kopilot, Pradhan menyarankan untuk tidak hanya melihat kebutuhan saat ini, tetapi juga ambisi masa depan mereka.

"Mungkin ada kasus di mana kombinasi antara AI Agentif dan Kopilot adalah pilihan terbaik, memungkinkan perusahaan meraih manfaat penuh dari keduanya," imbuhnya.

Dengan pendekatan yang tepat, kedua jenis teknologi ini bisa saling mengintertwine, menciptakan tapestry teknologi yang kaya dan memaksimalkan potensi operasional bisnis di tengah dunia yang terus berubah.

Di era digital yang terus berkembang, perusahaan harus melangkah dengan hati-hati namun berani, menjelajahi pilihan antara otomatisasi penuh dan kolaborasi manusia-AI, untuk memastikan mereka dapat bertahan dan berkembang dalam dunia yang semakin kaleidoskopik dan penuh tantangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Francisca bertha